Mohon tunggu...
Andy Fitrianto
Andy Fitrianto Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang waktu kecil pengen jadi baja hitam robo

a father, a teacher, a runner

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Bertahan Hidup di Bulan Januari

14 Januari 2024   11:12 Diperbarui: 14 Januari 2024   11:21 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Januari memang asyik, apalagi kalau yang kita ingat cuma tentang kembang api ataupun tentang deretan mimpi dan resolusi. Nyatanya, Januari ternyata tak seindah nyala kembang api, terutama bagi para PNS. 

Januari acapkali jadi tumbal kesenangan kita pada perayaan akhir tahun. Januari selalu jadi masa dimana praktik keuangan dan administrasi kedinasan selalu mengulang hal yang sama dari tahun ke tahun. Telat dapat gaji.

Ya, sudah tanggal 14 Januari terpantau rekening masih tetap suci. Tak terkontaminasi transferan masuk. Yang ada justru desakan transfer keluar. Itupun sudah tidak memungkinkan lagi karena memang tak ada yang bisa dikeluarkan. 

Entahlah di daerah lain, tapi di tempat saya bekerja, hal ini rutin adanya. Bagaimana mekanismenya, dan bagaimana prosedurnya sehingga gaji januari selalu seperti ini saya kurang faham. 

Tapi ketimbang memikirkannya berlarut-larut atau melakukan protes sana-sini, rasanya lebih baik jika kita mulai introspeksi dan mulai merancang sekaligus menjalankan mekanisme pertahanan diri agar tetap bertahan hidup di bulan Januari.

Pertama, Kencangkan ikat pinggang. Bagi beberapa orang, sebenarnya sudah terlambat mengencangkan ikat pinggang di masa sekarang ini. Konon ikat pinggang yang sudah dikencangkan tersebut berada di tingkat keketatan maksimal yang sudah tidak bisa ditambah lagi. Tapi setidaknya bisa mulai disadari saat ini untuk tidak melakukan transaksi yang tidak penting. Toko orange dan toko hijau silahkan dijauhi sementara waktu. 

Jangan berusaha tekan checkout walapun bisa menggunakan paylater. Pokoknya jangan. Banyak kasus membuktikan jika pengeluaran terbesar terkadang tidak berasal dari kebutuhan pokok. Tapi malah dari kebutuhan tersier yang saat ini semakin mudah didapatkan. Hal berikutnya yang tak kalah menguras dompet adalah soal jajanan anak. 

Tampaknya sepele hanya membeli beng-beng diwarung dan dua bungkus Chiki. Tapi jika hal tersebut rutin dilakukan setiap hari, hitunglah berapa pengeluaran tersebut dalam satu bulan. 

Jajan kadang sudah menjadi kebiasaan walapun sebenarnya bukanlah suatu kebutuhan. Mengurangi pengeluaran jajan anak dalam masa paceklik adalah wajib, namun untuk jangka panjang, mengedukasi anak agar tidak banyak jajan nampaknya langkah terbaik untuk meningkatkan stabilitas perekonomian rumah tangga.

Kedua, lakukanlah transaksi Susbtitusi atau belanja barang dengan fungsi yang sama namun dengan nilai yang lebih ekonomis. Kalau biasanya kita minum Aqua Galon asli yang puluhan ribu, coba lah sekali-sekali minum merek air minum lokal yang jauh lebih murah. Kalau kebetulan handbody lotion scarlet nya habis, sementara beli saja dulu lotion merek Citra ukuran kecil di warung dekat rumah. Dan yang paling signifikan diantara itu semua adalah soal makanan. 

Jika kita terbiasa makan ikan kualitas nomor satu, cobalah sementara makan ikan tongkol harga obral, atau ikan-ikan karang yang biasanya lebih miring secara harga.

Kemudian soal kebiasaan makan di luar. Jika biasanya kita rutin mengajak keluarga makan di restoran setiap akhir pekan, cobalah kali ini makan dirumah saja. Masaklah menu sederhana yang tak kalah enaknya. 

Sayur asem dengan sambal terasi dan ikan asin justru nikmat tiada tara. Ini bukan satir atau guyonan. Kita memang selayaknya harus hemat soal makanan. Bahkan ketika tidak terjadi "paceklik" sekalipun. Makanan yang bergizi dan berkualitas tidak selalu linier dengan harga dan nominal. Makanan akan semakin meningkat secara nominal ketika sudah dibumbui kemewahan dan gengsi. Tak apa sekali-sekali, tapi kita juga harus tahu kapan menarik diri.

Ketiga, selalu susun rencana antisipasi. Langkah ketiga sekaligus terakhir ini justru yang paling penting. Sebagai PNS yang hampir setiap tahun selalu mengalami siklus telat gaji di Januari, upaya antisipasi sudah seharusnya dilakukan jauh-jauh hari. Bulan Desember adalah bulan dimana para guru mendapat tunjangan sertifikasi. 

Dari total jumlah uang yang diterima, usahakan jangan semua dihabiskan untuk jalan-jalan apalagi beli durian. Sisakanlah dalam nominal tertentu yang bisa dipakai untuk bertahan hidup untuk satu bulan. Godaan cuti panjang dan rekening yang lebih berisi jangan membutakan mata kita bahwa setiap Januari selalu ada "paceklik" yang tidak bisa dihindari. 

Sebagian besar hal di dunia ini bisa direncanakan, apalagi kalau hanya soal pengeluaran rumah tangga. Karena seperti pepatah yang sering kita dengar, gagal dalam merencanakan sama saja merencanakan kegagalan. Tinggal kita saja yang menentukan untuk menuruti ego dan kesenangan atau tetap berfikir jernih dalam menyusun prioritas perekonomian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun