Setelah IELTS di tangan, Saya mulai buka situs kampus-kampus luar negeri. Saya catat satu persatu yang kena di hati dan memungkinkan untuk dimasuki. Saya mulai melempar jaring. Terutama ke kampus-kampus yang pendaftarannya gratis.
Alhamdulillah, dari 6 jala yang saya tebar semuanya diterima: University of Exeter ,University of Birmingham, University of Leeds, University of Bristol, University of Queensland dan University of New South Wales.
Sembari menunggu Kampus-kampus tersebut memberi kabar, saya mulai mendaftar LPDP. Beasiswa prestisius dari kemenkeu ini selalu jadi incaran setiap tahunnya.
Tahun ini awardee yang diterima banyak sekali, tak pelak angin keberuntungan pun berhembus ke arah saya. Voila! Segala puji bagi Allah saya pun berhasil menjadi awardee dalam kesempatan seleksi pertama kali.
Berangkat dari berbagai capaian tadi, saya akhirnya percaya bahwa ketika kita menuliskan mimpi-mimpi kita, hal tersebut secara langsung dan tidak langsung akan menjadi motif dalam berbagai tindakan kita. Menjadi tujuan-tujuan samar yang akan tetap kita datangi entah besar kecilnya motivasi yang tersisa. Walaupun tak melulu menuliskannya setiap tahun, apa yang pernah saya mimpikan dan saya tuliskan 10 tahun lalu menjadi semacam hutang yang saya harus bayar. jadi, kalau akhir-akhir ini kita merasa seperti hidup kita kurang menantang atau kita merasa tidak memiliki tujuan, nampaknya duduk sejenak memikirkan beberapa rancangan resolusi tahunan bisa jadi membuat hidup kita lebih penuh lecutan.
Akhirnya saya tergelitik mencari-cari dan mengingat kembali, apa saja kira-kira 100 resolusi saya di masa lalu yang masih mungkin saya capai. target yang masih relevan tentu saja masih patut diperjuangkan, tapi yang jelas untuk target menjuarai master chef Indonesia mari dilupakan saja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H