Mohon tunggu...
Andy Dharma
Andy Dharma Mohon Tunggu... -

Andy Dharma lahir: 17-10-1973, saat ini tinggal di Batam, berprofesi sebagai ahli therapis, juga mengajar THAI CHI I CHING dan MEDITASI. Alamat sekretariat THAI CHI I CHING di ruko Mega Legenda BLOk A 3 no:18 BATAM - KEPRI. Email: andytaichi@yahoo.com. BLOG: http//taichiiching.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penodong itu Sudah Tergambar Dipikiranku

18 Mei 2010   23:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:07 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu tinggal di Jakarta, di awal saya bekerja di daerah Gedong Panjang, setiap hari saya harus naik mikrolet B 82 menuju terminal Grogol dan sambung lagi menuju daerah Tomang tempat tinggalku.

Suatu hari saya membawakan proposal pembangunan pusdiklat Budhis Mayteryavira di Duta Mas, dan teman teman kantor saya ada yang ikut menyumbang melalui saya sekitar Rp 1,5 juta terkumpul pada hari itu.

Setelah jam kantor selesai, sayapun pulang dengan metromini B 82> Begitu naik kea tas metromini ini, hati saya terasa gelisah dan anehnya langsung tergambar dipikiran saya bahwa saya akan ditodong oleh 2 orang dengan membawa senjata sebuah celurit.
Sayapun langsung membuka dompet, kemudian uang yang dibawa sebagian ku masukkan ke sepatu dan juga ke kaos kakiku.

Tak lama kemudian, teryata benar, masuklah dua orang yang mencurigakan dan saya terkejut karena kedua orang ini persis seperti dalam gambaran pikiranku.

Merekapun mulai beraksi, satu persatu penumpang ditodong diambil isi dompetnya dengan ancaman sebuah celurit yang tajam.
Sampai giliranku, satu penodong itu mengalungkan celuritnya dileherku dan yang satu lagi memeriksa kantong dan dompetku.
Akupun lumayan tenang kuserahkan dompetku tanpa perlawanan, diapun memeriksa dompetku dan terlihat agak kecewa karena isinya hanya 8 ribu rupiah saja.

Ketika ia mengambil uangku, aku masih sempat menegurnya agar jangan diambil semua, karena saya butuh ongkos nyambung bis. Dan anehnya ia menyisakan uang 2 ribu rupiah di dompetku.

Setelah penodong itu turun, akupun mengucapkan rasa syukur mendalam kepada Tuhan, dan para Budha dan para suci yang telah memberitahukan bencana penodongan ini lewat batin dan pikiranku sebelumnya, sehingga uangku dan juga uang sumbangan untuk pusdiklat selamat.

Sebuah kisah sekitar tahun 1995 sewaktu tinggal di Jakarta.

Salam damai selalu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun