Mohon tunggu...
Andi Cipta Asmawaty
Andi Cipta Asmawaty Mohon Tunggu... -

Saya adalah pekerja sosial di lembaga yang bernama Solidaritas Perempuan. Hobi membaca dan menulis mengenai situasi sosial merupakan ketertarikan saya sejak di bangku SMA. Setelah saya menjadi pekerja sosial yang berkaitan dengan perspektif perempuan dan gender, saya terus mengamati sekaligus mengkritisi realitas dari mikro hingga makro. Blog saya: www.feminisgaul.wordpress.com dan personal blog saya: www.andycipta.tumblr.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Contoh Hipokrit: Insiden Bikini Melorot Jadi Populer

1 Desember 2011   05:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:58 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wow. Rasa ini yang membludak saat membaca artikel ini. Belum pernah artikel kompas sehits ini dalam dua minggu terakhir. Saking populernya, tulisan yang bertajuk Monyet di Ubud Bikin Gadis ini Jadi Terkenal dipublikasikan melalui kompas.com pada Rabu, 30 November 2011 dengan pembaca sebanyak 164749 dengan komentar sebanyak 57 kali dan disebarkan melalui facebook sebanyak 4298 kali. Belum lagi, artikel ini juga disukai oleh 108 orang.

Belum jelas betul, apakah pembaca ini menyukai tulisannya atau perempuan yang menjadi topik bahasan artikel ini. Nyatanya, artikel ini mengulas perempuan bernama Charmian Chen. Mahasiswa ini memang popular berkat insiden melorotnya atasan bikininya karena ditarik oleh oleh dua ekor monyet. Perempuan berdarah Taiwan ni yang juga berprofesi sebagai model tengah berlibur ke Bali dan mengunjungi Sacred Monkey Forest di Ubud Bali.  Foto-fotonya kemudia disebarkan sehari saja paska kejadian itu dan ia telah mendunia bahkan diwawancara oleh sejumlah media internasional.

Untuk selengkapnya tentang perempuan ini, dapat dibaca di tayangan artikel yang dapat dicari di paman google. Hanya saja, artikel kompas yang mengulas perempuan ini dapat dibedah apakah berperspektif atau bukan. Pembaca terang tidak. Pembaca Indonesia yang sok-sok moralis ini bisa jadi menyukai artikel pasalnya terdapat foto si model di dalam artikel. Bahkan, si pembaca akan kembali mencari fotonya kembali di paman google atau membaca profilnya di mesin pencari atau mungkin mencintai sosoknya yang terkesan apa adanya dan menerima panggilannya sebagai “monkey girl”.

Hanya saja, terdapat kata-kata yang tidak pantas dalam artikel ini. Pertama, memalukan. Memalukan untuk siapa? Nyatanya, Chen malah tertawa ketika ia tahu fotonya tersebar di Internet dan justru sumringah ketika ia disapa Monkey Girl. Ataukah memalukan bagi si penulis? Bisa jadi iya. Namun sayangnya, penulis adalah laki-laki yang tidak memiliki payudara sehingga tidak memiliki pengalaman memiliki payudara. Jadi mungkin agak sok tahu, jika ia menulis kata memalukan. Seksualitas perempuan tidak dapat diartikulasikan jika ia tak punya pengalaman kebertubuhan. Teori-teori susah pun tidak akan berlaku dan tidak dapat dipaksakan bila bertemu dengan pengalaman seksualitas perempuan yang sungguh unik. Memiliki payudara besar atau kecil tidak dapat disamakan pengalamannya. Ada yang merasa bangga, ada yang merasa minder, ada pula yang merasa biasa-biasa saja. Ragam pengalaman ini hanya ditemukan di perempuan.

Kedua, malu dan konyol. Dituliskan dalam artikel itu, jika Chen malu dan konyol. Padahal, dalam foto yang terlampir bersama artikel ini, tidak terlihat Chen merasa bodoh ataupun menunjukkan raut muka merah padam karena malu. Jadi, opini penulis bahwa Chen malu dan konyol sepertinya harus dikaji lagi.

Ketiga, “kurang ajar” dan “menggerayangi” meskipun dengan kutipan, kata ini tidak kemudian jadi berperspektif. Kata-kata ini menimbulkan kekerasan terhadap perempuan. Seksualitas perempuan dijadikan objek sekalipun dengan binatang. Tubuhnya menjadi tontonan yang tidak heran kemudian tersebar begitu cepat di media internet.

Ketiga faktor di atas menjadi konten di artikel popular ini. Gaya bahasa yang melebih-lebihkan justru digunakan untuk menambah efek dramatis dari foto yang dilampirkan. Serta judul: Monyet di Ubud Bikin Gadis Terkenal. Ada subjek. Ada objek. Subjeknya adalah si monyet. Objeknya adalah si perempuan. Judulnya pun menggunakan metafor yang mendiskriminasi perempuan. Binatang pun dapat mengobjekkan tubuh perempuan. Kesengajaannya untuk melorot atasannya ini bikin perempuan ini jadi popular. Tulisan ini memperlihatkan tubuh perempuan terkesan sama binatangnya dengan kelakuan si monyet, dengan menyalahkan ekspresi kebertubuhannya secara halus bahwa alasan si monyet jadi impulsive adalah warna bikininya yang cerah.

Beragam faktor di atas memperlihatkan topik seksualitas perempuan plus penggunaan artikulasi tulisan yang eksploitatif memang sungguh disukai oleh pembaca yang bisa jadi sebagian besar adalah laki-laki. Yang gape bicara moral, tapi mengklik tombol like untuk artikel ini. Hipokrit bukan?

Link:

http://internasional.kompas.com/read/2011/11/30/05571695/Monyet.di.Ubud.Bikin.Gadis.Ini.Jadi.Terkenal

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun