Mohon tunggu...
Andy Naburju
Andy Naburju Mohon Tunggu... -

Diberkati untuk menjadi berkat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menghadiri Upacara Pembakaran Mayat

22 Agustus 2012   11:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:27 1942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru kali ini saya menghadiri upacara pembakaran mayat dalam upacara agama Budha. Acara tersebut berlangsung tidak lama. Di balai sosial khusus pembakaran mayat sudah tersedia alat pembakar yang cepat karena dibakar dengan gas. Mayat itu akan dibakar selama dua hari untuk kemudian diambil abunya. Upacara sembahyang diikuti oleh pemuka agama yang bertugas dan sanak keluarga dan rekan almarhum yang dianggap memenuhi syarat untuk bersembahyang.

Murid yang masih berumur sekitar 17an itu meninggal dalam kecelakaan lalu lintas saat liburan menjelang idul fitri. Masih teringat dia menjadi kiper pada futsal 17 Agustus itu. "Pak, dukung kelas kami ya", begitu dia tertawa meminta dukungan buat kelasnya. Besoknya dia sudah meninggal seolah tanpa persiapan apa-apa menghadap Penciptanya.

Menurut peraturan agama Budha, anak yang meninggal akan disemayamkan di Balai Sosial sambil menetapkan hari yang tepat untuk mengantarnya ke peristirahatan terakhir. Hari ini dianggap hari yang paling baik. Sembahyang dipimpin oleh pemuka agama Budha dengan lantunan pembacaan doa-doa yang panjang. Mereka yang boleh bersembahyang adalah saudara-saudara dan rekan-rekan almarhum yang berumur dibawah umur almarhum. Sepanjang acara sembahyang kedua orangtua almarhum tidak bisa menghadiri acara itu. Kedua orangtua kemudian pulang kerumah sebelum mayat dibawa ke tempat pembakaran mayat.

Dari keluarga paling dekat hanya dua orang adik almarhum yang boleh mengikuti sembahyang upacara pembakaran mayat. Kedua adik inilah kelak yang akan terus berdoa bersembahyang buat kakaknya. Sekitar 15 menit upacara, mayat kemudian dibakar. Cerobong mengeluarkan asap. Orang-orang yang menghadiri upcara itu kemudian meninggalkan Balai Sosial. Mayat itu akan dibakar selama dua hari (menurut rekan Budha), dan kemudian diambil abunya untuk disimpan di Balai Sosial. Di Hari Besar Budha kelak, abu itu akan disembahyangi kembali memohon doa.

Tidak ada gundukan tanah tanda kematian, yang ada hanya abu. Selamat jalan anak kami yang baik. Kenangan tentang kebaikanmu tak pernah dilupakan oleh teman-teman dan gurumu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun