Mohon tunggu...
a_selaludihati
a_selaludihati Mohon Tunggu... Guru - Andy Hermawan

Terlahir dengan nama Andy Hermawan, saat ini berprofesi sebagai edupreneur dan pendongeng.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Setop Menjadi Generasi Cengeng, Mulailah Membangun dari Tempat Anda

1 Juli 2020   16:00 Diperbarui: 1 Juli 2020   15:57 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi doc pribadi

Saya rasa yang pernah memiliki pengalaman tidak menyenangkan di sekolah bukan hanya saya, tetapi kita semua pasti pernah mengalami hal serupa. 

Bagaimana bisa belajar jika tidak menyenangkan, apalagi ditambah dengan adanya tekanan? Membuka kembali sekolah di wilayah zona yang "belum hijau", dan guru yang tidak mau keluar dari zona nyaman adalah ciri satuan pendidikan yang tidak tidak meyakini bahwa sesungguhnya siswa merupakan subjek atau pusat belajar yang menghadirkan pengalaman pada dirinya. 

Karena mengajar yang lazim kita alami sesungguhnya membutuhkan prasyarat bahwa siswa memang datang dan butuh untuk "diajar", bukan kita yang tiba-tiba datang mau mengajar mereka. 

Memangnya kita benar-benar dibutuhkan oleh mereka (siswa)? Yang perlu kita semua tahu, pengetahuan atas pengetahuan yang paling hakiki dan sejati harus dialami oleh seluruh pancaindera, jasad, maupun rohani secara langsung terkait dengan pengaruh proses kehidupan dan pengalaman (apa yang dilakukan dan apa yang dialami)  dalam kehidupan sehari-hari. 

Dengan kata lain, sangatlah disayangkan jika pilihan yang disajikan hanyalah metode siswa yang hanya duduk dengan melipat tangan, memasang telinga dan mendengarkan guru memberi nasihat.

Selain itu penerapan pemberian niai sebagai hasil dari suatu proses belajar juga dapat dikategorikan sebagai suatu pengalaman yang tidak menyenangkan. Apalah yang bisa diceritakan oleh angka 6, 7, 8, atau bahkan 9? 

Bisakah ia menceritakan tentang proses, jatuh bangunnya, kebangkitannya dari kegagalan, hingga semangat yang baru lagi untuk mencoba? Bisakah angka bercerita soal perkembangannya yang signifikan soal penyesuaian dirinya dengan teman? 

Membandingkan kecerdasan anak satu dengan yang lainnya, secara ekstrim bisa diibaratkan ketika kita membandingkan kemampuan terbang antara burung dengan orang utan. Atau ketika kita membandingkan kempuan berenang antara kucing dengan ikan. 

Tidak adil bukan? Kompetisi yang sebenarnya adalah dengan diri sendiri. Berhasilnya belajar bukan karena mampu mengalahkan orang lain, tetapi karena menjadi lebih baik, lebih paham, makin mampu dari hari ke hari. 

Semua model proses belajar yang mengedepankan pembentukan ekosistem merdeka belajar tidak mungkin dihentikan hanya karena telah menyelesaikan atau telah menamatkan di bangku sekolah tertentu, sebab sesuatu yang dilakukan secara sadar oleh manusia selalu mengandung unsur belajar. 

Apa yang dipikirkan, apa yang dilakukan di masa lalu, apa yang dilakukan pada saat ini, seperti apa yang direncanakan untuk masa mendatang, semua menunjukkan proses belajar sekaligus bagaimana cara melakukannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun