Mohon tunggu...
a_selaludihati
a_selaludihati Mohon Tunggu... Guru - Andy Hermawan

Terlahir dengan nama Andy Hermawan, saat ini berprofesi sebagai edupreneur dan pendongeng.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengungkap Temuan Hasil Survey Forum Pengelola Sekolah Swasta Propinsi Bali

17 Juni 2020   14:02 Diperbarui: 17 Juni 2020   13:55 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu saya menyaksikan keterangan pers dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan terkait panduan penyelenggaraan pembelajaran pada tahun ajaran dan tahun akademik baru di masa panemi covid-19. Kementrian mengeluarkan 4 kebijakan yang dijadikan pedoman dalam menggelar pembelajaran tatap muka. Setelah itu di beberapa group komunikasi yang saya ikuti, banyak teman-teman pengelola sekolah yang curhat, walaupun bukan ke saya secara pribadi, namun hal tersebut menggugah perhatian saya.

Tidak sedikit teman-teman yang menceritakan akibat dari Surat Keputusan yang diterbitkan oleh Kementrian tersebut beliau menjadi kehilangan murid karena tidak jadi menyekolahkan anaknya di sekolah yang dikelola oleh teman saya ini, itu hanya satu contoh kejadian, saya kira masih banyak kejadian-kejadian lain di luar sana seperti sekolah yang ditutup karena tidak ada pemasukan, kemudian pemberhentian guru, dan lain sebagainya.

Saya teringat obrolan teman baik saya beberapa bulan yang lalu, teman saya mengelola sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus secara mandiri, sekolah beliau menjadi salah satu sekolah yang terdampak dan terancam tutup jika kondisi pandemi ini tidak segera membaik. Dan ternyata beliau tidak sendirian mengalami hal demikian, banyak teman-teman beliau yang kebetulan saya juga mengenal, juga terdampak oleh pandemi ini.

Curhatan beliau dengan sesama pengelola sekolah swasta di Propinsi Bali justru memunculkan ide cemerlang bagi para pengelola ini. Melalui forum yang diinisiasi oleh Jentina Yulyanti, Jeanne Selvya Damorita Rotte, dan Sutaningrat Puspa Dewi, melakukan survey dampak pandemi bagi sekolah swasta di Bali. Dan ternyata survei ini berhasil menghimpun data 160 pengelola sekolah yang bertindak sebagai pengambil keputusan tertinggi seperti Ketua Yayasan, Direktur, Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah.

Para pengelola ada yang membawahi 1 jenjang pendidikan, beberapa jenjang pendidikan dan beberapa cabang sekolah. Demografi responden tergolong lengkap dari 9 kabupaten/kota dengan proporsi Badung (45), Bangli (20), Buleleng (6), Denpasar (36), Gianyar (5), Jembrana (5), Karangasem (9), Klungkung (25), dan Tabanan (9).

Berdasarkan status ijin operasionalnya responden termasuk dalam 3 kategori: Sekolah (148), Madrasah (7) dan PKBM (5). Secara umum temuan yang didapat meliputi:

1) Rata-rata siswa yang tidak membayar SPP secara penuh adalah 54%,

2) Rata-rata guru yang mengalami pemotongan gaji sebanyak 41%,

3) Sebanyak 29% sekolah termasuk dalam resiko penutupan dan 19% sekolah sedang/akan melakukan pemutusan kontrak kerja karena defisit anggaran dalam periode Mei-Desember 2020, dan

4) Sebanyak 40% sekolah masih terbebani dengan biaya sewa baik bangunan maupun tanah. Wah luarbiasa ya, survey ini dilakukan dalam kurun waktu 14-17 Mei 2020, dan itulah temuan yang beliau-beliau ini dapatkan. Namun masih ada lagi lanjutan hasilnya.

Sehubungan dengan pengalaman belajar siswa selama pandemi, beberapa masalah yang berkembang antara lain kemampuan orang tua membelikan kuota, ketersediaan perangkat (Laptop, HP), kebutuhan pendampingan dari orang tua atau orang dewasa saat belajar di rumah, ketersediaan sinyal, capaian belajar yang tidak berkesinambungan dan motivasi, fokus serta efektivitas belajar di rumah.

Di sisi lain, para pendidik juga mengalami beberapa hal serupa seperti kemampuan membeli kuota, adaptasi keterampilan menggunakan teknologi, ketersediaan sinyal di rumah, beban kerja yang meningkat karena perubahan metode belajar, kepemilikan perangkat (Laptop, HP), kondusifitas mengajar jarak jauh terutama anak usia dini dan performa yang menurun akibat tambahan pekerjaan sampingan bagi yang mencari penghasilan tambahan.

Pada sisi orang tua, responden masih kesulitan dalam: 1) Mengelola simpang siur informasi di media yang mempengaruhi opini orang tua terhadap keputusan sekolah, 2) Menentukan indikator kondisi keuangan keluarga yang riil terdampak dan berhak atas bantuan, 3) Mengelola mispersepsi dan ekspektasi orang tua terkait makna belajar dari rumah, 4) Transparansi kondisi keuangan sekolah dan 5) Keluhan mengenai tambahan biaya ART/guru les yang dikeluarkan oleh orang tua yang tetap bekerja. 

dok FPSSPB
dok FPSSPB

Ada dua hal yang saya ambil dari hasil survey yang dilakukan teman-teman saya ini. Pertama, saya meihat banyak sekali temuan yang membuat saya mengelus dada dan pastinya sedih. Ternyata pandemi ini telah meluluhlantakkan semua yang ada.

Yang kedua, betapa mulianya hati teman-teman saya ini melakukan sesuatu, beliau-beliau ini sekolahnya juga terancam behenti beroperasi, tetapi masih mau berbuat sesuatu untuk menyelamatkan teman-teman yang lain.

Apa yang dilakukan teman-teman saya ini mengingatkan saya akan sebuah ajaran yang pernah diajarkan oleh seorang pemimpin tertinggi gereja Katolik di Indonesia yaitu Justius Kardinal Darmajuwana, yang berbunyi,  "Sithik ora ditampik, akeh saya pekoleh," artinya "sedikit tidak ditolak, banyak semakin diterima" begitulah kira-kira bunyi dari kutipan tersebut.  Bukan harus selalu materi yang diberikan jika kita mau terlibat untuk berbuat sesuatu. Tetapi sebuah kepedulian yang dilakukan  untuk membantu banyak orang inilah menjadi poin penting tersendiri bagi teman-teman pengelola sekolah swasta yang lain.

Beberapa upaya yang telah dilakukan pengelola sekolah antara lain bersinergi dengan pihak internal dan eksternal sekolah, melakukan inovasi pembelajaran, evaluasi dan peningkatan layanan, evaluasi anggaran dan struktur biaya pendidikan dan pelatihan kompetensi mengajar jarak jauh.

Banyak hal positif yang menjadi pembelajaran selama masa pandemi antara lain peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), lompatan kemajuan teknologi di lingkup sekolah, peningkatan nilai-nilai Pancasila (gotong royong, tenggang rasa, iman dan takwa) dan keterlibatan orang tua serta masyarakat dalam memperhatikan pendidikan anak-anak bangsa. 

"Sithik ora ditampik, akeh saya pekoleh,"

(Sedikit tidak ditolak, banyak semakin diterima)

Hal positif yang dapat diambil dari contoh di atas adalah bahwa keterlibatan untuk menjadi bagian dari orang lain adalah hal yang sangat penting. Forum Pengelola Sekolah Swasta Propinsi Bali telah memulai untuk menjadi bagian dari orang lain dalam segala daya upayanya.

Upaya kolaborasi sangat diperlukan, satu tindakan akan membawa berjuta manfaat bagi banyak orang. Upaya ini juga memunculkan semangat "Yen ra tau kumpul bakal ucul, yen kumpul kudu wani cucul,"  jika tidak bersatu maka akan tercecer, namun jika bersatu, harus siap berkorban. 

Karena teman-teman ini menyadari, bahwa saat ini yang diperlukan adalah upaya sekolah-sekolah swasta berkolaborasi demi keberlangsungan visi mulia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan lagi menjadikan sekolah sebagai mesin penghasil uang. Dan semoga semangat yang dibawa oleh teman-teman ini menjadi inspirasi untuk berbuat baik bagi sesama.

"Yen ra tau kumpul bakal ucul, yen kumpul kudu wani cucul," 

(Jika tidak bersatu maka akan tercecer, namun jika bersatu, harus siap berkorban.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun