Mohon tunggu...
a_selaludihati
a_selaludihati Mohon Tunggu... Guru - Andy Hermawan

Terlahir dengan nama Andy Hermawan, saat ini berprofesi sebagai edupreneur dan pendongeng.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Tanpa Batas dan Sekat, Kisah Inspiratif Pak Slamet Riyanto, Pejuang Mandiri dalam Dunia Pendidikan

30 September 2019   23:54 Diperbarui: 1 Oktober 2019   00:02 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Slamet Riyanto (jongkok nomor satu dari kanan)


Riuh anak belajar bersama di serambi sebuah Masjid di Lereng Gunung Slamet. Puluhan anak belajar bersama dengan satu guru. Membersamai belajar anak berbagai jenjang pendidikan yang dienyam anak merupakan tantangan yang dihadapi Pak Slamet Riyanto, seorang otodidak, pejuang mandiri yang peduli terhadap pedidikan dari Lereng Gunung Slamet. 

Pada TPD #1 KGB Banyumas, 29 September 2019 Pukul 11.00-14.00, KGB Banyumas mengadakan TPD dengan tema Belajar Tanpa Batas dan Sekat. Pada kesempatan ini, KGB Banyumas ingin mengulik bagaimana cara Pak Slamet mengelola kelas dengan berbagai jenjang pendidikan dalam satu tempat dan satu waktu dalam suatu wadah bernama Oemah Sinau Bocah.

 Oemah Sinau Bocah merupakan kegiatan sosial bimbel gratis. Kegiatan Oemah Sinau Bocah dikelola secara mandiri, tanpa pengurus, dan donasi yang didapatkan donatur yang mengetahui kegiatan Oemah Sinau Bocah melalui media sosial. Anak-anak yang belajar di Oemah Sinau Bocah tidak dipungut biaya. Pembelajaran dilakukan di rumah-rumah warga (tempat 1-5) dan serambi masjid (tempat 6). 

Lokasi tempat belajar anak-anak Oemah Sinau Bocah berada di Limpakuwus Kecamatan Sumbang (tempat 1-5) dan Kemutug Lor Kecamatan Baturraden (tempat 6). 

Menurut Pak Slamet, banyak anak-anak yang tidak dapat menghargai orang tua dan sekolah dianggap sebagai rutinitas bukan aktivitas. Guru, orang tua, dan pendidikan non formal merupakan tiga pilar pendidikan. 

Banyak orang tua beranggapan orang tua telah menyekolahkan anak maka anak harus memiliki prestasi. Padahal kenyataannya, betapa sulitnya seorang guru menghadapi banyak anak dengan berbagai karakter dan latar belakang. Disisi lain, orang tua merupakan pilar utama dalam pendidikan anak dan pembentukan karakter anak. A

da beberapa orang tua yang cenderung tidak memperhatikan apa yang dipelajari anak di sekolah. Selain itu, banyak anak yang tidak menghargai guru. Berangkat dari fenomena yang ada, Pak Slamet membentuk Oemah Sinau Bocah.

Pak Slamet Riyanto (jongkok nomor satu dari kanan)
Pak Slamet Riyanto (jongkok nomor satu dari kanan)

 Dalam pembelajaran di Oemah Sinau Bocah, Beliau menyisipkan beberapa pendidikan karakter, salah satunya sebelum dan sesudah belajar anak-anak berdoa dan mencium tangan para relawan pengajar. 

Menurut beliau, mencium tangan seorang guru dapat memudahkan anak dalam menyerap materi belajar karena anak menghormati guru, bertanggung jawab, dan mencintai apa yang akan dipelajari. "Anak-anak merupakan guru terbesar kami" merupakan semboyan Oemah Sinau Bocah. 

Anak-anak yang belajar di Oemah Sinau Bocah bervariasi dari PAUD hingga Kelas IX. Lalu, bagaimana Pak Slamet dan para relawan memfasilitasi belajar anak dengan berbagai jenjang? Pak Slamet dan para relawan akan mengajar di 6 tempat Oemah Sinau Bocah dengan satu tempat akan dikelola satu pengajar dan belajar 2x dalam seminggu bersama relawan pengajar Oemah Sinau Bocah. 

Setiap hari anak-anak akan belajar materi sesuai jadwal yang telah disepakati. Pak Slamet selalu berpesan kepada setiap relawan pengajar untuk mengosongkan gelas. Ibarat gelas yang penuh dengan air, kita harus membuang terlebih dahulu isinya sehingga kita dapat menghilangkan rasa ego yang ada dalam diri kita. 

Dengan mengosongkan gelas, kita dapat menerima aspirasi anak-anak, serta emosi dan energi positif akan tumbuh dalam diri kita. Sejatinya, anak-anak merupakan guru terbesar kami. Pada hari Minggu, 29 September 2019 merupakan jadwal pelajaran IPS, maka seluruh anak-anak akan belajar IPS. Pengajar memulai dengan permainan. Fitrah anak adalah bermain, bermain dengan disisipi edukasi dan pendidikan karakter.

Permainan dapat dilakukaan saat awal pembelajaran dan/atau disisipkan saat pertengahan pembelajaran untuk mengembalikan semangat belajar dan fokus anak. 

Setelah itu, pengajar akan menanyakan materi IPS yang terakhir dipelajari. Pengajar akan menanyakan satu persatu anak untuk setiap jenjang. Lalu, memulai menyampaikan materi satu persatu untuk setiap jenjang. 

Untuk model penyampaian materi tergantung gaya dari pengajar, kondisi anak, dan kondisi tempat sehingga tidak ada aturan baku dalam hal ini. Dunia anak tidak ada habisnya untuk dibahas dan tidak ada usainya untuk diarungi. 

Dunia anak tempat berbagi dan mencari ilmu yang berketepian. Guru yang sukses adalah seseorang yang dekat dan dirindukan oleh anak-anak. Ilmu mudah didapat. Karakter, tata krama, dan kasih sayang perlu disampaikan kepada anak-anak.

Temu Pendidik Daerah #1 Komunitas Guru Belajar Banyumas, Minggu, 29 September 2019, di Oemah Sinau Bocah, Jln. Raya Desa Kemutug Kidul, Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Koresponden: Ritia Rahmawati (SMAN 1 Banyumas-KGB Banyumas)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun