Mohon tunggu...
Sesar_____
Sesar_____ Mohon Tunggu... Lainnya - Conten Writer

Menuju Waktu Yang Akan Datang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mangga Muda

22 September 2020   14:56 Diperbarui: 23 September 2020   12:56 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ketinggalan bentuk wajahnya yang bulat malah seperti donat kentang semakin menambah pantas wajah ini dipadukan dengan salah satu tokoh kartun di televis minggu pagi. Tentu penjabaran ini bukan keluar dari benak penulis, melainkan dari tokoh lelaki yang sedang kita bicarakan ini.

Singkat cerita, ia tidak bisa mendapatkan mangga muda barang satu biji pun karena keburu digonggongi asu. Walhasil dengan muka masam ia pulang dengan langkah gontai. 

Tangannya terayun ke kanan, ke kiri, seperti hendak putus. Tatapan nanar dari wajahnya membuat siapa saja yang melihatnya saat itu merasakan kesedihan yang amat dalam. 

Sungguh besar cintanya pada Astuti, istri tercintanya. Dan alasan lainnya ia tidak ingin anaknya jadi ileran seperti apa yang dikatakan kebanyakan orang kalau istri yang ngidam tidak terpenuhi inginnya, otomatis anaknya akan jadi beler. Hal itu ia pegang teguh dan percaya penuh, padahal belum ada bukti ilmiah yang mendukung, tapi yasudahlah kasihan juga melihat rupanya.

Tiga puluh langkah kecil lagi menuju rumahnya ia seperti kena sengatan listrik yang mencuci rasa jijiknya untuk meminta langsung pada Hasan yang kaya raya.

Di depan rumah Hasan ia memencet bel dengan bunyi aungan macan. Mendengar suara itu sontak membuatnya berkicau, "Selera orang kaya memang aneh-aneh." Tidak lama setelah itu, terdengar suara Hasan yang kaya raya.

"Mau apa kamu ke sini heh?"

"Begini pak, sebelumnya maaf mengganggu malam-malam begini, jadi istri saya itu ngidam mangga muda pak dan di sini cuma pak Hasan Sadili yang punya pohon mangga yang terkenal lezat dan manis. Apakah saya boleh meminta satu atau dua biji saja pak untuk memenuhi rasa ngidam istri saya?"

"Halah, bilang aja sam istrimu, tidak perlu ngidam-ngidam begitu. Mangga saya ini sudah saya hitung buahnya, semua itu saya tulis satu-satu siapa yang akan say berikan. Ya, saya sudah menjatah kolega bisnis saya, kolega politik saya, juga kolega arisan istri saya. Itu saja sebenarnya belum cukup. Jadi, mending kamu pulang bilang sana ke istrimu tidak usah ngidam-ngidam. Udah sana, pulang sana, ganggu saja kamu."

Bippp... Bippp... Bippp...

"Tapi pak, pak Hasan, pak... pakkkkkkkkk. Asu. Orang kok pelit amat sih, awas aja kalau anakku lahir sebagai laki-laki, aku tidak akan pernah menamakannya Hasan apalagi sadili, cuiihhh. Muka sama mangga muda sama aja, dasar asu!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun