Beberapa wejangan pun disampaikan kancil besar pada kancil kecil itu menganai majikan, seruan untuk yakin padanya, dan apa yang dilakukan orang tuanya ialah sebuah jalan kebenaran.
Kancil kecil itu pun akhirnya sadar dan berjanji akan kembali kepada induknya. Ia tidak akan menggerutu lagi pada iduknya perihal majikannya karena ia yakin akan kebaikan hati majikannya. Yang ia butuhkan hanyalah keyakinan.
Kancil kecil memutuskan untuk menanam sebuah pohon untuk membalas budi baik majikannya di pelataran rumah majikannya.
Selang dua musim pohon yg ia tanam dengan sabar dan ikhlas telah tumbuh tinggi setinggi-tingginya. Bahkan menembus langit, membus angkasa. Karena kelelahan, kancil kecil akhirnya tertidur.
Tidur kali ini membawanya pada sebuah mimpi. Pohon itu berkata padanya di dalam mimpi, "Suatu hari nanti tubuhku akan menjelma menjadi tangga-tangga yang dapat megantarkanmu menuju majikanmu."
Keringat bercucuran dan seketika ia terbangun dari tidurnya.
Ia ingin mecari udar segar, hingga tak terasa sampai dekay hutan larangan. Mata kancil kecil fokus ke depan, di kejauhan dua macan yang beberapa waktu lalu hendak memakannya telah kurus kering seperti hampir mati. Ia berlari untuk pulang bertemu induknya.
Tiga hari setelah hari itu tersiar kabar bahwa macan itu tidak bisa masuk hutan larangan karena kejahantannya dan akhirnya mati dikerubung lalat dan hilang jejak dalam seminggu terbakar matahari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H