Mohon tunggu...
Andung Yuliyanto
Andung Yuliyanto Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

penikmat seni, penikmat teh, penikmat buku dan juga penikmat jalan-jalan....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbisnis Terima kasih

25 Oktober 2019   09:40 Diperbarui: 25 Oktober 2019   09:53 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Bila kita berbagi dengan rekan-rekan sesama pemburu, bukankah itu sebuah investasi kebaikkan. Mereka nggak akan melupakan kok. Berburu tidak saban hari dapat buruan, siapa tahu, mungkin suatu saat  apes, tidak dapat apa-apa. Dengan investasi kebaikan yang pernah kita tabur, kita punya harapan, dapat pertolongan dari teman-teman sesama pemburu", jawab Pak Tedjo, sambil membersihkan Jeep kesayangannya.

"Iya, pokoknya kalau ada rejeki ya sebisa mungkin dibagi-bagilah. Masak kita nggak sungkan, kalau pulang bawa hasil buruan sendiri, sementara teman lainnya tangan kosong, gak dapat apa-apa". Nggak enak kan kayak gitu! Kalau bisa yang bertumbuh bareng..." pungkas Beliau.

Dua sikap yang kontras dengan Ibu warung pecel. Andaikata Ibu di warung pecel itu, bersikap  seperti Pak Tedjo si pemburu, dengan memulai  menawarkan minuman di kios sebelahnya terlebih dahulu, pasti suatu saat ibu yang menjual minumnya ini, akan mereferensikan warung pecel itu kepada pelanggannya.

Kata temen-temen, kebaikkan itu ibarat  energy. Sedangkan energy itu sifatnya kekal. Energi tidak akan hilang, dia akan kembali kepada  kita namun dalam bentuk yang berbeda. Saya ingat ada satu buku yang menuliskan, jika ada orang berbuat baik kepada kita, kita akan berusaha mencari waktu dan moment yang tepat untuk membalas kebaikkannya.

Saat ini dunia bisnis digital konsep-konsep semacam ini sedang dipraktikkan. Mereka menyebutnya dengan istilah The Thank You Economy. Kita memberikan sesuatu terlebih dahulu kepada orang lain, baru kita jualan. Jika di pemasaran offline yang kita lakukan adalah selling, selling, selling baru sharing. Nah diera Media social ini menjadi beda. Mereka melakukan sharing, sharing, sharing terlebih dahulu baru melakukan selling. Berbagi, berbagi, berbagi baru melakukan penjualan.

Strategi ini yang dipakai para pebisnis. Diawal mereka banyak memberi, meski akhirnya ditutup dengan penjualan. Para pebisnis itu tahu bahwa pembeli sekarang sudah pandai. Mereka tidak serta merta langsung percaya dengn produk dan fitur yang kita tawarkan. Sebelum belanja mereka akan melihat rating dan review produk kita. Mereka juga lebih percaya dengan referensi seorang teman.Begitulah trend perilaku pembeli jaman sekarang.

So... jangan ragu untuk berbagi karena akan memudahkan direferensikan oleh orang sekitar. Bila referensi meningkatkan peluang berbisnis jadi lebih terbuka. Tapi pastikan, bahwa mereka mereferensikan kebaikkan dan sikap helpfull kita ya, bukan yang lainnya. Asyik kan... ternyata berbuat baik itu selain dapat pahala ditambah bonus bisnis menjadi lancar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun