Layaknya sang pengembara waktu, bertiup dari perbukitan yang jauh, angin membawaku kembali jatuh pada pulang yang selalu aku hindari, yang menyisakan puing-puing reruntuhan dendam dan amarah yang tak pernah sempat ku tafsir barang satu atau dua patah tanda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!