“Tttingg…..” nada terakhir tanda mereka berdua selesai. Tanpa ada komando seluruh penonton memberikan standing applaus yang meriah, tepuk tangan riuh berkepanjangan. Sang Anak bingung. Dia tidak sadar, bahwa sebetulnya tepuk tangan itu ditujukan pada pianis terkenal.
“Permainan ini menjadi sempurna, karena kami masing-masing saling menutupi kekurangan dan tidak menonjolkan kelebihan kami, hingga akhirnya menjadi sebuah permainan yang harmonis…” kata sang pianis dengan rendah hati seraya berterima kasih. Sambil membungkuk, ia menunjukkan tangannya kepada sang anak, yang berarti bahwa sang anak layak juga mendapat penghargaan. “Dia seorang pianis yang hebat dan rendah hati, ia tidak mau merendahkan pun untuk seorang anak kecil dengan kemampuan seadanya…” Mata Sang Ayah berkaca-kaca mengucapkan kata itu dalam hatinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H