Optimisme harus selalu ditanam, dirawat dan dijaga pada masa krusial perjalanan kehidupan di era pandemi seperti ini. Optimisme yang disebabkan oleh dua hal. Pertama, dalam sejarah kehidupannya, manusia membuktikan dengan segala upayanya selalu berhasil menemukan jalan keluar (way out) dari krisis yang terjadi, mulai dari serbuan wabah penyakit, krisis ekonomi yang berujung peperangan, hingga bencana alam. Kedua, kombinasi antara kecerdasan manusia dengan teknologi komputer cerdas (Artifisial Inteligence) yang ada saat ini memungkinkan identifikasi segera terhadap akar masalah wabah dan menemukan cara lebih cepat untuk mengobatinya.
Sebagai manusia yang hidup dalam kompleksitas symtom kehidupan, kita dapat mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang menjadi umpan balik (feed back) bagi setiap individu maupun sistem kehidupan yang lebih besar. Perbaikan sistem kehidupan berawal dari suatu masalah dan tantangan cara untuk mengatasinya. Masalah yang merangsang manusia untuk menyadari posisinya yang rapuh, dengan selalu bersiap diri meresponsnya, seperti pepatah " sedia payung sebelum hujan".
Konsekuensi dari logika berfikir ini, sebagai suatu negara besar dengan populasi nomor empat terbesar di dunia, cara berfikir "sedia payung sebelum hujan " menuntut individu dan bangsa Indonesia untuk berfikir prediktif dan melakukan langkah pro aktif dalam mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan.
Berfikir reaktif dengan langkah pragmatis adalah logika berpikir dan cara yang usang. Apalagi pada era masyarakat 5.0 dimana integrasi kecerdasan manusia dan kecanggihan teknologi informasi (artifisial Inteligence) memungkinkan manusia memetakan symtom persoalan kehidupan. Symtom wajib dimaknai sebagai alarm sistem untuk menformulasikan rekomendasi dan respons dari tataran kebijakan sampai dengan operasionalisasinya. Symtom dapat dijadikan rujukan untuk membuat desain strategi kesiapan nasional dalam menghadapi perjalanan kehidupan di masa depan. "Mencegah lebih murah daripada mengobati," barangkali begini bentuk rumusannya.
Untuk mendesain republik yang luas dengan populasi besar, yang memiliki keanekaragaman budaya membutuhkan pemikiran bersama, bagaimana seharusnya republik ini diurus dan digerakan untuk mencapai cita-cita bersama. Dari sisi geografis, panjang pantai Indonesia setara dengan bentangan pantai dari Turki sampai dengan London. Belum lagi kompleksitas perilaku penduduknya. Untuk mendesain bagaimana seharusnya postur republik bukanlah hal mudah. Perlu kualifikasi sumber daya yang harus disiapkan, disinkronisasi dan diintegrasikan sebagai suatu energi yang dapat menggerakan Indonesia ke depan.
Untuk mendesain Indonesia ke depan diperlukan beberapa prasyarat mutlak yang tak bisa lagi ditawar. Proses ini dapat dilakukan jika prasyarat kondisi nasional berada dalam iklim demokrasi. Prasyarat mutlak lainnya, spritualitas semangat 45 yang harus selalu ada menjadi semangat juang seluruh komponen bangsa. Dan sebuah kesadaran, kebahagiaan bangsa tidak didapat dari sikap welas asih bangsa lain, melainkan harus melalui usaha kemandirian dan gotong royong.
Prasyarat mutlak untuk mendesain masa depan Indonesia adalah terbangunnya kualitas sumber daya manusia yang unggul ditandai dengan kemampuan membaca tanda-tanda zaman secara cerdas yang berbasis pada ilmu pengetahuan. Sumber daya manusia yang mencintai proses belajar, karena zaman dan gagasan terus tumbuh dan berkembang.
Prasayarat juga membutuhkan daya dukung lingkungan untuk mewujudkan sistem pembangunan politik nasional yang berorientasi pada budaya politik yang menempatkan kepentingan umum dan bangsa diatas kepentingan siapapun. Kemampuan bangsa untuk menghasilkan keuntungan ekonomi bagi masa depan Indonesia (cadangan devisa). Tanpa kemampuan negara dan masyarakat untuk bergerak bersama dalam mengumpulkan devisa, mustahil penyelenggaraan pembangunan nasional dapat berjalan secara baik.
Desain pembangunan nasional bukanlah sekedar tulisan atau mimpi tentang masa depan indonesia, tetapi imajinasi yang melahirkan sikap dan budaya bersama untuk mewujudkannya. Adanya sistem tata kelola pemerintahan yang menjalankan amanat konstitusi, serta adanya alat keamanan dan pertahananan negara yang berwibawa, profesional dan terpercaya dalam menjaga spirit kemerdekaan 45.
Sebaiknya kita mau belajar dari sejarah kemajuan bangsa lain, bagaimana cara mereka mencapainya. Sudah sepatutnya kita bersikap jujur dan terbuka mengakui secara obyektif posisi Indonesia dalam sistem peradaban global. Dengan keterbukaan dan kejujuran kita menjadi tahu apa yang semestinya harus dilakukan.
Pandemi Covid 19 seharusnya memberikan banyak pelajaran bagi semua sektor kehidupan dalam perjalanan bangsa ini. Saatnya untuk berbenah dan membangun resolusi baru bagaimana seharusnya republik ini didesain dan digerakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H