Strategi Bank Ikut Bermain Pay Later
Bagi perbankan, sebetulnya pay later hanya sekadar kemasan ulang dari produk kredit konsumsi. Selaku lembaga intermediasi yang menyalurkan dana berupa kredit, perbankan sudah memiliki seluruh kemampuan guna menjual pay later, hanya saja fenomena pay later memang muncul dari area lain di luar bank lantaran layanan jasa keuangan sudah terdisrupsi oleh keberadaan fintech dan pemain e-commerce yang ikutan membuka saluran pembayaran.
Dari sisi modal, infrastruktur teknologi, jaringan usaha, data nasabah dan kemapanan regulasi sudah jelas bank punya dasar kuat untuk ikut bermain pay later. Sekarang tinggal memilih strategi supaya tawaran bank disambut baik oleh nasabahnya.
1. Mengembangkan sendiri fitur pay later
Hal ini bisa dipilih. Bank memiliki unit kerja pengembangan produk, mereka pasti sudah mengerti caranya membuat produk macam ini. Polanya mungkin bisa mirip dengan kartu kredit, ada kerja sama dengan merchant, memberikan tawaran kepada nasabahnya.
Namun perlu diingat sifat pay later adalah nominalnya mungkin tidak sebesar kartu kredit dan persyaratannya jangan sampai seribet kredit konsumsi pada umumnya. Jika tidak,ya daya tariknya akan berkurang.
Cara ini mengharuskan bank berpikir membuat program promo yang menarik dan mengena bagi segmen pasarnya, sekaligus langsung berhadapan dengan para pemain pay later non bank yang bisa jadi sudah lebih mengenal pangsa pasarnya.
Ada beberapa bank yang sahamnya justru dimiliki investor dari pemain e-commerce dan fintech besar. Dalam posisi ini bank tersebut menjadi kepanjangan tangan dari para pemilik modalnya untuk lebih memantapkan hegemoninya memperluas pangsa pasar penawaran pay later, jauh lebih mudah karena berada dalam satu konglomerasi.