Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Resah dan Gelisah Masalah Ekonomi

10 Juni 2022   19:44 Diperbarui: 13 Juni 2022   10:33 1305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kenaikan harga barang konsumsi (isappscience.org)

Sebenarnya nama Mars merupakan nama dewa di zaman Romawi kuno, lantas para ilmuwan di masa modern menjadikannya sebagai nama salah satu planet di tataran sistem tata surya bersama dengan planet Bumi. 

Dewasa ini planet Mars banyak menarik perhatian para peneliti guna mengetahui apakah ada kemungkinan umat manusia dapat singgah di planet tersebut.

Elon Musk rupanya juga turut menaruh minat akan keberadaan planet Mars sebagai objek riset. 

Sebagai orang terkaya di dunia saat ini, sudah banyak dana yang dialokasikan Musk untuk mengetahui berbagai kemungkinan mendirikan pemukiman manusia di planet Mars. Mungkin Musk memiliki pandangan bahwa planet Bumi banyak diterpa persoalan sehingga hendak mencari lokasi alternatif tempat manusia hidup di planet lain.

Masalah ekonomi adalah salah satu bayangan gelap dalam kehidupan masyarakat di berbagai negara. 

Malah baru-baru ini Elon Musk menyebutkan ekonomi Amerika Serikat bakal dilanda masa lebih sulit atau resesi lagi di masa mendatang.

Ilustrasi: Resesi ekonomi (independent.co.uk)
Ilustrasi: Resesi ekonomi (independent.co.uk)
Sejak pandemi Covid-19 di tahun 2020 melanda, kehidupan manusia banyak mengalami pergeseran dan dampaknya adalah timbul persoalan ekonomi.  

Ketika pandemi mulai mereda justru timbul krisis geopolitik di benua Eropa, konflik antara Rusia dan Ukraina berikut NATO di belakangnya menambah persoalan baru, ekonomi menjadi semakin tertekan, lantas kehidupan masyarakat jadi tambah susah.

Ekonomi Berada Dalam Masa Sulit

Dua tahun pandemi Covid-19 sangat berdampak bagi kondisi ekonomi, karena selama masa itu masyarakat didorong tidak banyak beraktivitas. Negara mengarahkan agar produktivitas masyarakat diturunkan demi meredam penyebaran Covid-19.

Dan ceritanya berlanjut dengan adanya agresi militer Rusia ke Ukraina. Jujur, perlu dikatakan bahwa kehidupan manusia saat ini menghadapi tantangan sangat berat. Sehingga pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan Bank Dunia akan turun dari 5,5% di tahun 2021 menjadi 2,9% di 2022,  dan untuk tahun 2023  menjadi 3%.

Ilustrasi: Dampak Masalah Ekonomi Global (ufi.org)
Ilustrasi: Dampak Masalah Ekonomi Global (ufi.org)

Ketika Tiongkok masih sibuk menangani Covid-19 dan Uni Eropa dihadapkan pada krisis geopolitik bersama kondisi Amerika Serikat yang masih belum stabil dari pandemi, ekonomi global nampaknya berada dalam kekelaman. Karena mereka adalah negara-negara yang selama ini mendominasi perdagangan dunia.

Ilustrasi: Masyarakat dunia menghadapi ekonomi yang sulit (thetimes.co.uk)
Ilustrasi: Masyarakat dunia menghadapi ekonomi yang sulit (thetimes.co.uk)
OECD mengungkapkan bahwa dampak dari kondisi tersebut semakin memicu krisis biaya hidup masyarakat di seluruh dunia. 

Inflasi yang meningkat, kenaikan biaya pangan dan energi, sangat menekan masyarakat berpenghasilan rendah dan negara miskin.

Di Indonesia kenaikan harga bahan pangan pasca masa Idul Fitri 2022 serta mahalnya tiket pesawat terbang adalah contoh nyata bahwa dalam jangka pendek situasi perekonomian ada pada masa sulit. 

Contoh lain adalah Sri Lanka yang menyatakan gagal bayar hutang, bahkan Amerika Serikat sampai mengambil kebijakan menaikkan suku bunga guna mengendalikan inflasi.

Tantangan Ekonomi Global Jangka Pendek

OECD memberikan proyeksi PDB global tahun 2022 akan tumbuh lambat di kisaran 3%. Tentunya proyeksi itu disebabkan karena konflik Rusia dan Ukraina tidak akan selesai dalam waktu singkat, faktor inflasi dan krisis biaya hidup. Tantangan ekonomi dalam jangka pendek secara lebih jauh dampaknya sangat jelas terasa dan perlu diwaspadai.

Pertama krisis geopolitik menyebabkan aktivitas pemulihan global berjalan sangat lambat dan rentetannya berdampak buruk bagi ekonomi dunia. Bank Dunia memperkirakan bahwa perlambatan ini paling tajam setelah pemulihan awal dari resesi global dalam kurun waktu 80 tahun.

Dampak selanjutnya yaitu inflasi. Rusia adalah lumbung energi di kawasan Eropa, sementara Ukraina adalah penghasil komoditas bahan pangan penting berupa gandum, biji bunga matahari serta lainnya. 

Harga pangan dan energi yang tinggi dan memburuknya masalah rantai pasokan menyiratkan bahwa inflasi harga konsumen akan memuncak kemudian dan pada tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Ilustrasi: Kenaikan harga barang konsumsi (isappscience.org)
Ilustrasi: Kenaikan harga barang konsumsi (isappscience.org)

Proyeksi baru OECD menunjukkan dampak besar dan global perang terhadap inflasi, mencapai level tertinggi 40 tahun di Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat. 

Pengurangan bertahap dari rantai pasokan dan tekanan harga komoditas serta dampak kenaikan suku bunga akan mulai dirasakan hingga tahun 2023, namun inflasi inti diproyeksikan tetap pada atau di atas sasaran bank sentral di banyak negara ekonomi utama pada akhir tahun.

Jangan salah, masyarakat Indonesia turut merasakan kesulitan akibat tersumbatnya pasokan bahan pangan dari Ukraina. Ini terkait konsumsi gandum di dalam negeri, makanan olahan dari gandum bakal menjadi lebih mahal! 

Kabar buruk lainnya harga telur ikut-ikutan semakin tinggi gara-gara bahan pangan ayam petelur ternyata berbahan dasar gandum. Belum lagi biaya produksi barang lain terkerek naik karena biaya impor yang lebih mahal akibat krisis energi.

Inflasi akan berakibat munculnya krisis biaya hidup dan kemiskinan, kesenjangan kesejahteraan akan lebih besar. Paling tidak hal-hal tersebut yang menjadi tantangan jangka pendek ekonomi global. Tantangan lain yang tak kalah penting menanti untuk jangka panjang.

Tantangan Ekonomi Global Jangka Panjang

Isu krisis iklim merupakan poin utama bagi tantangan ekonomi global jangka panjang. Pemanasan global, cuaca ekstrem serta akses air bersih adalah sedikit persoalan dari sekian banyak masalah terkait iklim dunia.

Jika krisis iklim ini tidak ditangani secara serius akan berakibat sangat mengerikan bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup di alam semesta. Faktor iklim terkait erat dengan ketersediaan bahan pangan berikut komoditas dasar lainnya.

Sejatinya isu tersebut bukan berita baru, namun ketergantungan manusia akan penggunaan material tidak ramah lingkungan macam plastik serta bahan bakar fosil secara terus menerus menjadi cerminan bahwa ancaman krisis iklim sungguh perlu ditindaklanjuti.

Ilustrasi: Krisis iklim adalah tantangan ekonomi jangka panjang (norden.org)
Ilustrasi: Krisis iklim adalah tantangan ekonomi jangka panjang (norden.org)

Logikanya sangat sederhana jika semua sumber daya alam sudah rusak akibat krisis iklim, apa daya manusia menjalankan roda perekonomian, karena untuk sekadar bertahan hidup saja rasanya sangat berat.

Teknologi. Faktor kemajuan teknologi sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Penggunaan kecerdasan buatan dan data akan sangat membantu bagi proses dunia usaha. Ditambah lagi adanya media canggih berikut perangkat keras dan lunak yang akan menjadi penggerak selain komoditas alam sebagai bagian dari transaksi jual beli.

Kesejahteraan manusia juga menjadi tantangan jangka panjang. Ketimpangan kelas masyarakat antara golongan kaya dan miskin diharapkan akan semakin kecil. 

Tiongkok memberlakukan kebijakan common prosperity, ini adalah langkah yang cukup berani guna mewujudkan cita-cita kesejahteraan merata di masyarakat, walaupun konsekuensinya saat ini tidak ringan, tetapi untuk sasaran jangka panjang Tiongkok mengambil upaya ini.

Peluang Ekonomi Global

Jika menyimak hukum keseimbangan, peluang dan tantangan senantiasa berjalan seiring. Manusia dengan segala kecerdasan yang merupakan anugerah dari Tuhan Maha Esa pasti menemukan cara mengatasi segala tantangan, hal ini berlaku pula dalam menghadapi tantangan ekonomi.

Masyarakat Indonesia sudah merasakan dan mudah-mudahan menyadari akan tantangan ekonomi global yang sesungguhnya tidak mudah, karena hal serupa dialami semua bangsa di setiap negara. Apa yang semestinya dilakukan?

Peluang bagi Indonesia untuk lebih memberdayakan sumber daya lokal dan meningkatkan kapasitas industri dalam negeri guna memenuhi kebutuhan masyarakat. 

Jika selama ini masyarakat Indonesia menggandrungi bahan impor, sudah sebaiknya mengalihkan konsumsi kepada barang produksi lokal, entah konsumsi makanan, pakaian atau bahan kebutuhan sehari-hari.

Ilustrasi: Promosi produk dalam negeri (highlight.id)
Ilustrasi: Promosi produk dalam negeri (highlight.id)

Ini memang dibutuhkan perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan di Indonesia, baik pemerintah, pihak swasta dan masyarakat harus mau memulai menjadikan produk lokal sebagai prioritas.

Diversifikasi sumber pangan juga bisa ditingkatkan, penggunaan bahan impor seperti gandum mungkin dapat dipadukan bersama komoditas lokal.

Di samping kompetensi, mutu dan struktur sektor pertanian juga harus ditingkatkan supaya dapat memenuhi tuntutan kebutuhan yang semakin banyak.

Thailand adalah contoh nyata sebagai negara dengan kemajuan sektor pertanian yang cukup berhasil di kawasan Asia Tenggara, tercermin dari aneka hasil bumi yang dijual dan juga masuk ke Indonesia, padahal Indonesia secara luas wilayah jauh lebih besar dari Thailand.

Terkait masalah iklim dan kesenjangan, bangsa-bangsa di dunia sudah memiliki komitmen menjaga kelestarian alam.

Berbagai kesepakatan sudah dijalin, Sustainable Development Goals (SDGs) adalah salah satunya, sebagai rangkaian melaksanakan rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030.

Ilustrasi: Harapan penggunaan BBM akan tergantikan energi ramah lingkungan (usatoday.com)
Ilustrasi: Harapan penggunaan BBM akan tergantikan energi ramah lingkungan (usatoday.com)

Penggunaan bahan ramah lingkungan menjadi hal menarik bagi industri seiring semakin gencarnya kampanye ramah lingkungan, produsen mengajak pelanggannya menggunakan produk yang diklaim ramah lingkungan seperti kendaraan listrik atau kemasan yang dapat diurai, dan jangan dilupakan juga usaha mengurangi konsumsi plastik.

Uni Eropa baru saja memberlakukan penggunaan USB jenis C untuk kebutuhan pengisian daya bagi seluruh jenis dawai. Hal tersebut diambil selain menghemat biaya secara ekonomi juga diharapkan dapat mengurangi limbah elektronik.

Ilustrasi: Perlu kesadaran dan inisiatif penggunaan plastik dikurangi (plasticnews.com)
Ilustrasi: Perlu kesadaran dan inisiatif penggunaan plastik dikurangi (plasticnews.com)

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan akan terus diupayakan dengan tujuan keberlangsungan hidup manusia sambil menjalankan aktivitas ekonomi. Manusia hidup dan menjalankan aktivitas semestinya berlangsung dengan kelestarian alam serta kesejahteraan. Zaman pasti berubah tapi sifat dasar manusia tetap sama.

***

Awal krisis moneter tahun 1998 melanda bumi pertiwi, Pemerintah Republik Indonesia kala itu pernah mengungkapkan istilah "mengencangkan ikat pinggang", istilah lain dari hemat. 

Kelihatannya situasi saat ini tak kalah sulit jika dibanding dari masa kelam di tahun 1998, nampaknya "mengencangkan ikat pinggang" cukup bijaksana untuk disikapi dan dilakukan.

Di tengah kenaikan harga-harga perilaku hemat adalah solusi paling mudah yang bisa dilakukan masyarakat. Lebih selektif nan cermat dalam memilih barang dan jasa, mengurangi pengeluaran yang tidak terlalu penting. Hal ini niscaya berpengaruh pada arus kas rumah tangga dan juga pihak perusahaan yang menjual barang dan jasa. Intinya adalah sama-sama hemat namun jeli menilai dan memanfaatkan peluang.

Elon Musk yang sudah kaya raya saja masih memilih hidup serba ngirit, malah Tesla miliknya berencana mengurangi 10% tenaga kerjanya. Ini merupakan langkah menyikapi tantangan dinamikan ekonomi. 

Makanya ketika Musk menyatakan ekonomi Amerika Serikat akan menghadapi resesi, presiden Joe Biden balas menyindir, "Semoga beruntung dalam perjalanannya ke Bulan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun