Semasa hidupnya Karl Friedrich May (1842- 1912) menulis 80 judul buku. Karl May banyak menulis kisah pertualangan, karyanya terjual sekitar 125 juta buah, sehingga termasuk sebagai penulis besar di dunia. Lahir dan besar di Jerman, Karl May sering bercerita mengenai perjalanannya menelusuri berbagai negara di belahan dunia.
Winnetou adalah salah satu novel Karl May yang menyita perhatian dari masa ke masa. Mengisahkan perjalanan seorang Jerman berjuluk Old Shatterhand berkelana di daerah wild west, Old Shatterhand kemudian bersahabat dan mengangkat saudara dengan seorang Indian dari suku Apache bernama Winnetou.
Kisah Winnetou mengambil latar belakang menjelang akhir abad 19 setelah masa demam emas di Amerika Serikat usai.Â
Emas merupakan salah satu faktor benua Amerika didatangi para penjelajah dari Eropa, tragisnya ekspansi tersebut mengakibatkan terdesaknya suku Indian selaku penduduk asli benua Amerika. Winnetou menyebut emas sebagai deadly dust, karena emas ternyata membawa kepunahan bagi sukunya.
Hingga saat ini emas masih diburu berbagai kalangan, hanya saja motif perburuan emas di zaman modern adalah sebagai alat investasi.Â
Tak dapat disangkal jika emas adalah salah satu jenis logam mulia paling berharga. Emas juga tergolong likuid dan dianggap kebal terhadap krisis ekonomi.
Alasan Berinvestasi Emas
Investasi menyangkut selera orang dalam memilih instrumen yang dirasa tepat serta sesuai dengan tujuannya. Uniknya seluruh orang yang mengaku sebagai investor bahkan masyarakat awam pun cenderung memilih emas minimal sebagai salah satu simpanan.
Terlepas dari itu semua ada beberapa alasan umum mengapa emas dijadikan sebagai media investasi. Emas merupakan salah satu logam mulia bernilai tinggi.Â
Sejak zaman kuno emas identik dengan kekayaan dan kemuliaan. Jadi dari dahulu kala manusia sudah menilai emas sebagai barang berharga.
Produksi emas memang bisa dilakukan secara daur ulang, yaitu melebur emas dijadikan perhiasan atau emas batangan, namun proses pertambangan emas tetap berjalan mengejar target keuntungan.
Sangat likuid, ini juga merupakan alasan utama emas menjadi pilihan investasi. Emas sudah dianggap barang berharga yang diperdagangkan oleh khalayak umum.Â
Semua orang bisa menerima emas karena peredarannya luas dan ada tolok ukurnya, yaitu nilai pasar sebagai acuan. Setiap saat emas bisa dijual atau dibeli.
Oleh banyak pihak emas dikategorikan sebagai aset safe haven. Pandangan ini menganggap emas investasi aman dan minim risiko.Â
Emas senantiasa dikaitkan dengan penurunan nilai uang di masa depan, ketika orang berbicara soal inflasi, emas dianggap sebagai instrumen yang dapat menyeimbangkan portofolio aset.
Pergerakan Harga Emas dan Perilaku Investor
Bagaimanapun emas termasuk komoditas laris yang diperdagangkan, harga pasar setiap hari senantiasa berubah. Sehingga investasi emas tidak melulu harganya naik, ada saat harga emas turut melemah seperti halnya belakangan ini. Sebetulnya fakta tersebut tidak mengherankan, bagian dari dinamika investasi.
Rekor harga emas mencapai harga tertinggi adalah pada 5 Agustus 2020, efek kepanikan dari pandemi yang belum teratasi, harga emas menjulang hingga di atas $ 2.000 per troy ounce.Â
Di Indonesia harga emas ANTAM adalah acuan dasar transaksi jual beli emas, mengikuti harga emas global harga emas ANTAM di saat itu mencapai Rp 1.048.000 per gram-nya.
Prinsip pertama adalah cash is the king, banyak pemilik modal menarik investasinya lantas menyimpan uangnya di bank, pilihan favorit lainnya adalah memegang emas.Â
Tak ayal lagi permintaan terhadap emas naik sementara persediaan di pasar terbatas. Hukum dasar ekonomi berlaku, harga emas pun ikut naik.
Tetapi ketika kondisi perekonomian stabil, harga emas pun ikut tidak terlalu berfluktuasi bahkan bisa turun. Karena investor memiliki banyak alternatif memilih media investasi, tidak terpaku hanya pada emas semata.
Demikian pula tren yang terjadi saat ini, setelah masa-masa ekonomi muram mulai terlewati nyatanya harga emas berangsur turun. Tercatat sepanjang Februari 2021, harga emas rontok.Â
Mengutip data ANTAM, harga emas pada akhir Januari 2021 adalah Rp 954.000, lantas di akhir Februari 2021 mencapai Rp 917.000. Bandingkan dengan harga di 1 September 2020 di mana per gram dibanderol Rp 1.026.000.
Investasi Emas Sebagai Pilihan ke Depan
Fakta bahwa harga emas terus menurun, lantas bagaimana nasib investasi yang sudah terlanjur diakukan?Â
Menyikapi hal ini perlu ditinjau kembali tujuan utama membeli emas. Sebagai alat profit taking semata, bersifat spekulasi atau sebagai simpanan layaknya tabungan.
Prinsip penting dalam berinvestasi adalah memahami instrumen yang akan dibeli. Sifatnya untuk jangka panjang atau singkat.Â
Lalu jangan sampai instrumen investasi dibiarkan begitu saja tanpa pernah dipantau perkembangannya. Hal serupa berlaku jika kita membeli emas.
Inflasi akan menggerus nilai uang, sementara ke depan harga emas tetap akan meningkat walaupun tidak sedrastis saat kondisi ekonomi tidak pasti. Hanya saja emas dapat memiliki nilai yang sebanding dengan pergerakan waktu.
Langkah tersebut merupakan upaya memitigasi potensi kerugian. Masyarakat awam memilih media deposito sebagai investasi, ini bukanlah pilihan salah, namun dengan tren penurunan tingkat suku bunga, emas dapat dijadikan sebagai pilihan karena kendati harga emas sedang turun, justru kuantitas yang dapat dibeli semakin banyak. Dan di masa mendatang harga emas masih tetap menjanjikan.
Investasi emas berbeda dari investasi saham atau obligasi. Emas fisiknya dapat dipegang, ketika butuh uang, emas dapat langsung dijual.Â
Sementara saham atau obligasi sebetulnya investor menggelontorkan uang berdasarkan keyakinan. Ketika pihak pengelola dana wanprestasi maka nasib dana kita menjadi tanda tanya alias ambyar.
Saat ini investasi emas juga dapat dilakukan secara non fisik atau online. Mungkin logika yang tepat menggambarkan metode ini adalah dengan cara menabung emas.Â
Jadi investor dapat membeli emas kapan pun kemudian terakumulasi dalam saldo. Ketika butuh saldo tersebut dapat ditarik dalam bentuk uang atau emas.
Untuk investasi fisik juga harap diperhatikan pihak penjual resmi atau tidak. Karena banyak pihak memanfaatkan peluang dengan modus pre order menjual emas lebih rendah dari harga resmi, skenario yang terjadi kemudian mirip layaknya money game berujung penipuan. Sebaiknya dihindari.
Semua pilihan kembali kepada para investor, investasi tidak selamanya menguntungkan tapi juga tidak selalu merugikan. Namanya bisnis pasti ada untung dan rugi, tinggal bagaimana kemampuan analisis dari investor membaca dan mengantisipasi perkembangan situasi.
***
Dalam salah satu bukunya berjudul Dan Damai Di Bumi, eksplorasi tulisan Karl May tidak hanya dari sisi pengalaman perjalanannya saja, melainkan aspek kebatinan sang penulis diungkap sedemikian rupa sehingga buku ini menampilkan nuansa berbeda dari buku Karl May lainnya.
Karl May disebut pernah berkunjung ke Aceh, namun pasti atau tidaknya belum ada literatur sejarah resmi yang dapat membuktikannya dengan rinci. Akan tetapi karya Karl May menjadi torehan emas di dunia sastra dan memberikan panutan bagi para penulis lintas generasi.
Menyimak karya-karya Karl May sesungguhnya menjadi investasi bagi pembaca dalam memperdalam wawasan terkait dunia sastra. Buku-buku Karl May layaknya emas, sangat berharga dan bernilai tinggi walaupun telah melewati rentang waktu panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H