Fungsi agen ini adalah sebagai rekan bank dalam memberikan akses layanan keuangan bagi masyarakat, seperti transaksi tarik, setor tunai atau pembayaran. Baru setelah kehadiran aneka gawai dan perangkat teknologi lainnya perbankan semakin getol mengoptimalkan layanan mobile banking.
Aneka layanan tersebut sifatnya adalah lintas saluran atau omni channel belum sepenuhnya terintegrasi. Pada prosesnya di baliknya semua lintas saluran tersebut membutuhkan proses interface sampai seluruh data bisa digunakan. Perbedaan mendasar di konsep bank digital, semua proses data dilakukan terintegrasi.
Jangan salah persepsi, mobile banking bukanlah digital banking. Berbicara digital banking berarti membicarakan fungsi bank dalam konsep digital, sehingga mobile banking hanya salah satu fungsi dari digital banking atau bank digital.
Dalam hal ini tidak hanya transaksi, melainkan lebih luas dari itu. Bank Digital memberikan layanan mencakup segala sesuatu kebutuhan nasabah yang dapat dilakukan di kantor cabang. Semua dapat dilakukan melalui akses dari gawai milik nasabah. Full digital services! Tidak ada antrian di depan Teller dan tidak perlu mengisi berbagai kertas formulir, semua hanya perlu akses dan input dari gawai. Mudah dan praktis.
Balada Bank Kecil Ditaksir Jadi Neobank
Belakangan di pasar bursa saham, beredar kabar mengenai isu bank kecil akan diambil alih kepemilikannya oleh perusahaan teknologi, tujuannya adalah disulap menjadi Neobank atau bank digital. Dampak dari ramainya kabar tersebur mengakibatnya harga saham dari bank kecil mendadak naik.
Bank Bumi Arta sampai Bank Capital digosipkan sahamnya akan dibeli, kemudian muncul lagi berita Bank Kesejahteraan Ekonomi yang akan dibeli oleh induk Shopee. Fenomena ini sebelumnya sudah pernah terjadi pula ketika Bank Artos beralih kepemilikan diambil PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) yang dinakhodai Jerry Eng, dirubah menjadi Bank Jago.
Mengapa bank kecil dibidik untuk dijadikan Neobank? Perlu disadari pula bahwa sesungguhnya keberadaan bank kecil di peta persaingan perbankan dalam posisi serba salah. Sulit bersaing dengan bank besar dari sisi modal dan jaringan usaha, sementara tuntutan sang Otoritas Jasa Keuangan mengharuskan para bank kecil ini terus memperkuat modalnya. Ini bukan perkara gampang.
Pangsa pasar bank kecil semakin tergerus karena kehadiran fintech atau pesaing terselubung dari peredaran e-moneydan para pelaku e-commerce yang semakin tertarik menggarap layanan keuangan. Dan bank kecil juga banyak terjebak pada masalah kredit bermasalah, ditambah tertinggal dalam hal infrastruktur teknologi. Maka tak heran banyak bank kecil loyo kinerjanya.