"Lesung jumengglung, sru imbal-imbalan. Lesung jumengglung, maneter mangungkung. Ngumandhang ngebeki sak jroning pradesan. Thok thok thek, thok thok gung. Thok thok thek, thok thek thok gung."
Nyanyian tradisional tersebut biasanya dilantunkan para petani di kawasan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengiringi tradisi budaya Gejog Lesung sebagai ungkapan syukur para petani kepada Sang Maha Pencipta atas melimpahnya hasil panen.
Gejog Lesung merupakan salah satu kesenian tradisional khas DIY, identitas Indonesia sebagai negara agraris di masa silam meresap dalam sanubari budaya Jawa, sehingga perkakas yang digunakan dalam acara ini juga berupa peralatan para petani tradisional, seperti halnya alu, tongkat penumbuk dan kemudian dipukulkan pada lesung atau wadah penampung saat padi dipisahkan dari tangkainya.
Sejak wangsa Syailendra atau sekitar abad 8 Masehi, pulau Jawa sudah menjadi pusat pertanian maupun perdagangan, maka tak mengherankan pada masa itu masyarakat sudah mengenal penggunaan mata uang berupa koin berbahan emas dan perak. Sistem transaksi dan pembayaran kala itu nyatanya sudah mengenal media pembayaran sah.
Saat ini penggunaan uang elektronik menjadi hal umum di kalangan masyarakat, berbagai kemudahan serta promo dari para merchant kerap menjadi alasan masyarakat memilih menggunakan uang elektronik. Sejatinya uang elektonik sendiri buah dari pesatnya kemajuan teknologi serta hasil pengembangan layanan dan produk keuangan yang digagas industri keuangan.
Maka dalam konteks ini, uang elektronik atau sistem pembayaran digital menjadi salah satu media terdepan penggerak ekonomi nasional. Mengapa? Karena uang elektronik turut memberikan sumbangsih terhadap perputaran dana transaksi masyarakat dan seluruh komponen dunia usaha termasuk sistem keuangan di Indonesia. Tidak mengherankan jika uang elektronik dan sistem pembayaran digital merupakan elemen penting guna membangun Stabilitas Sistem Keuangan agar terwujud Makroprudensial Aman Terjaga.
Sistem Pembayaran Digital dan Ekonomi Indonesia
Gaya hidup masyarakat di zaman modern tentunya tidak dapat dikomparasi begitu saja dengan kondisi masyarakat wangsa Syailendra. Saat ini masyarakat kemana-mana hampir pasti membawa smartphone berikut aksesoris digital lainnya, di dalam berbagai aksesoris digital tersebut terkandung komponen uang elektronik atau media pembayaran digital lainnya.
Google sempat merilis data tahun 2019, dalam kurun waktu 2015-2019 ekonomi berbasis Internet di Indonesia berkembang 400%, sekitar US$ 40 miliar atau 3,57% dari Produk Domestik Bruto. Jika mengacu data Bank Indonesia, transaksi uang elektronik atau pembayaran digital  nominal pada Desember 2019 adalah Rp 16.970.133 juta, sementara posisi Juni 2020 mencapai Rp 14.955.261 juta.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan arus dana dalam platform digital sangat besar, dan jangan lupa jika perputaran dana ini juga diserap oleh dunia usaha sekaligus lembaga jasa  keuangan sebagai penopang Stabilitas Sistem Keuangan.
Bagaimana pun arus lalu lintas dana digital ini memiliki rekening di perbankan, dan transaksinya digunakan memutar usaha, maka semakin besar arus dana digital terserap akan mendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga Stabilitas Sistem Keuangan bertambah kuat dan Makroprudensial Aman Terjaga.
Lebih Lanjut Manfaat Sistem Pembayaran Digital
Model bisnis lembaga keuangan pra digitalisasi sangat mengandalkan keberadaan kantor cabang serta optimalisasi proses manual seperti petugas di kantor cabang menerima transaksi yang berasal dari nasabah, saat itu nasabah harus datang dan hadir langsung ke kantor cabang. Model macam ini tentunya sangat membatasi akses perbankan atau layanan jasa keuangan bagi masyarakat Indonesia yang tersebar luas di berbagai kepulauan.
Dampak keterbatasan ini adalah masyarakat yang dapat menikmati akses layanan perbankan baru mencapai 49%. Serta bagi pelaku UMKM masih tercatat ada 62,9 juta yang belum bisa mengakses perbankan.
Adanya pergeseran model bisnis dari manual menjadi digital, maka harapan agar layanan jasa keuangan dapat menjangkau masyarakat dan UMKM lebih luas semakin cerah. Inovasi teknologi dari sektor finansial berdampak positif terhadap sektor riil. Sinergi, transformasi dan inovasi dari kedua sektor ini akan membangun ekosistem ekonomi lebih kuat, dan yang akan diuntungkan adalah masyarakat sendiri, kesejahteraan dan daya beli masyarakat lebih kuat, karena dunia usaha bergerak masif menciptakan lapangan kerja. Itulah gunanya jika negara dan masyarakat bisa Manfaatkan Produk Keuangan, khususnya berbasis digital.
Langkah nyata Bank Indonesia memperkuat lini sistem pembayaran digital guna mewujudkan Stabilitas Sistem Keuangan dan menjaga agar Makroprudensial Aman Terjaga adalah implementasi Quick Response Indonesian Standard (QRIS). Jika ada yang bertanya QRIS itu barang apa? Jangan kuper yah, QRIS merupakan bentuk standarisasi QR Code di Indonesia, tujuannya agar proses transaksi dengan QR Code dapat lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya. QRIS menjadi dasar utama sistem pembayaran digital di Indonesia.
- Membangun profil data transaksi dan keuangan masyarakat, data ini nantinya akan berguna dan membantu jika masyarakat mengajukan pinjaman, terutama guna kebutuhan modal usaha.
- Pembayaran dilakukan lebih efektif, efisien dan higienis. Lebih cepat, mudah dan bersih karena menghindari penggunaan uang tunai. Tidak perlu lagi menghitung uang secara manual.
- Seluruh transaksi langsung tercatat dan dibukukan ke rekening. Hal ini juga memudahkan pencatatan keuangan.
- Minimalisasi risiko tindak kejahatan, seperti pencurian dan uang palsu.
- Dapat meningkatkan penjualan. Ya, ini berkaitan dengan gaya hidup masyarakat, saat ini hampir semua barang dan jasa dijajakan pada platform elektronik. Adanya sistem pembayaran digital tentunya semakin memudahkan usaha.
- Efisien, biaya penggunaannya cukup terjangkau terutama bagi para pelaku usaha kecil, selain itu prosesnya juga sangat mudah.
 Sekarang penjelasan manfaat bagi Indonesia secara luas, ternyata banyak juga:
- Mendukung inklusi ekonomi dan keuangan. Tujuan pertumbuhan ekonomi adalah kesejahteraan masyarakat sebagai elemen kesehatan dan kekuatan ekonomi negara. Hal ini  harus ditunjang adanya fasilitas dan edukasi secara mumpuni bagi masyarakatnya.
- Mendapatkan data akurat atas profil UMKM guna menyusun kebijakan arah perekonomian negara, sehingga sesuai dengan kondisi masyarakat.
- Meningkatkan efisiensi dalam retribusi dan pajak, karena semuanya sudah terdaftar dan dapat dipantau langsung.
- Akselerasi ekonomi dan keuangan digital yang menjadi bagian dari pembangunan negara supaya dapat mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Jika saat ini teman-teman sekalian sudah menggunakan layanan keuangan digital, seperti e-wallet, kartu debet atau bertransaksi melalui e-commerce, sebetulnya sudah ambil bagian dalam perkembangan sistem pembayaran digital di Indonesia. Saat ini kita hidup pada era big data sehingga seluruh data termasuk transaksi dari berbagai sektor akan terintegrasi. Tentunya ini menjadi kabar baik bagi perkembangan ekonomi Indonesia.
***
Pembangunan Kamulan Bhumisambhara atau Candi Borobudur peninggalan wangsa Syailendra diperkirakan membutuhkan waktu 75-100 tahun. Tak heran Candi Borobudur berdiri sedemikian megah, menjadi daya tarik wisata di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Pariwisata merupakan sektor andalan bagi pendapatan Daerah Istimewa Yogyakarta, selain situs sejarah seperti Candi Borobudur, pariwisata di Yogyakarta semakin semarak berkat adanya UMKM yang menjual cenderamata, seperti halnya batik atau busana tradisional kebaya.
Hal menarik sewaktu saya berkunjung ke Yogyakarta, saat itu saya memperoleh mandat dari rekan terkasih agar membawakan kebaya modern dari Yogyakarta. Akhirnya didapatkan sebuah kebaya yang sangat bagus dari sisi bahan, model dan juga harga.
Ke depan perkembangan teknologi semakin berpengaruh terhadap laju ekonomi, Indonesia selaku negara dengan prospek cerah harus optimis dan serius mempersiapkan lebih matang segala infrastruktur yang dibutuhkan. Tuhan memberkati Indonesia. Berkah dalem.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H