Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Kecil: 100 Tahun Petrus Kanisius Ojong

26 Juli 2020   11:22 Diperbarui: 26 Juli 2020   11:17 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kompasgramedia.com

Selain bidang jurnalistik, P.K. Ojong memiliki perhatian pada bidang pendidikan dan kebudayaan. Universitas Tarumenagara adalah salah satu warisannya di bidang pendidikan. Selain itu semasa hidupnya P.K. Ojong aktif memimpin berbagai organisasi.

Ilustrasi: kompas.com
Ilustrasi: kompas.com
Buku-bukunya seperti Perang Eropa, Perang Pasifik, Dari Kaisar Menjadi Penduduk Biasa Pu Yi merupakan peninggalan berharga hasil karyanya. Dari berbagai tulisannya kita dapat memahami perspektif kehidupan berbangsa dan bernegara di masa silam, tetapi filosofinya sangat relevan dengan kehidupan masa kini. Ini bukti bahwa P.K. Ojong memiliki visi ke depan jauh melebihi masanya.

Ilustrasi: Dokumentasi pribadi
Ilustrasi: Dokumentasi pribadi
Bagi rekan wartawan dan praktisi jurnalistik, P.K. Ojong merupakan guru yang memberikan teladan bagaimana profesi wartawan dapat menjadi pelita menerangi pandangan dan wawasan bagi masyarakat. Teladan kejujuran dalam berprofesi juga dicontohkan secara nyata, P.K. Ojong selalu menolak gratifikasi yang dapat mempengaruhi sikapnya sebagai seorang wartawan. Nilai ini dijadikan sebagai salah satu kode etik di dunia jurnalistik pada umumnya.

Kepergian P.K. Ojong dan Kesan Sahabatnya

The Birth of Messiah karya Raymond Brown adalah buku terakhir yang dibaca P.K. Ojong sebelum meninggal. Tanggal 31 Mei 1980, pada usia 59 tahun P.K. Ojong meninggal dunia dengan damai di kediamannya. Setelah sehari sebelumnya bermaksud melakukan perjalanan ke Amerika Serikat, terpaksa dibatalkan karena masalah jadwal penerbangan, ternyata Tuhan Yang Maha Esa memiliki kehendak lain, P.K. Ojong dipanggil kembali ke pangkuan Bapa di Surga.

"Gigih dan konsisten terlibat dalam kerja besar membangun Indonesia Baru yang bersendikan  kesamaan martabat manusia, menghayati kemanusiaan, tidak mengenal diskriminasi, dan berkesejahteraan sosial dengan pilar keadilan sosial. Pandangan dan sikap hidup kemasyarakatannya lebih dekat dengan Bung Hatta, Sutan Sjahrir, Soedjamoko, Mohamad Roem, daripada yang lain."

Demikian pendapat Jakob Oetama, salah satu pendiri Kompas Gramedia menggambarkan sosok P.K. Ojong. Mungkin bagi Jakob Oetama kepergian P.K. Ojong menjadi kehilangan mendalam, hanya saja semangat dan cita-cita luhurnya menjadi motivasi dan energi bagi para penerusnya membangun serta mencerdaskan Indonesia.

***

Setelah memperhatikan secara seksama Hidup Sederhana, Berpikir Mulia P.K. Ojong dari rak di salah satu lapak Pasar Buku Wilis, akhirnya saya memutuskan membeli buku tersebut. Saya berpikir biografi P.K. Ojong dapat menjadi inspirasi khususnya bagi diri saya sendiri.

Bukankah semua orang ingin dikenal lewat karyanya? Sekecil apapun hasil karya kita selama berguna bagi masyarakat sudah menjadi perbuatan mulia. Semoga semakin banyak insan dari setiap generasi yang muncul dan mewarisi semangat serta filosofi P.K. Ojong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun