Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menakar Herd Immunity Aset Safe Haven

25 Juli 2020   20:27 Diperbarui: 26 Juli 2020   09:27 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disney selaku perusahaan hiburan memiliki banyak sekali karakter unik, termasuk sosok serigala bernama Zene Midas. Dalam film berjudul Three Little Pigs, Midas dimunculkan selaku tokoh antagonis yang berniat memangsa tiga ekor babi kecil. 

Karakter Midas juga kerap muncul melalui media komik. Tingkah lakunya sebagai serigala yang kerap ditimpa nasib sial mengundang kelucuan bagi para pembaca komik Disney.

Lain halnya dengan karakter Midas Serigala Jahat, dalam mitologi Yunani, Midas dikisahkan sebagai seorang raja yang memiliki kemampuan mengubah segala sesuatu menjadi emas melalui sentuhan tangannya. 

The Midas Touch atau Sentuhan Midas, sebuah istilah terkenal dari legenda Raja Midas. Menurut legenda kemampuan Midas diperoleh dari Dewa Bacchus akibat jasanya menemukan gurunya yang menghilang.

Tetapi akhirnya Midas menyesali kemampuannya itu karena semua makanan dan minuman yang tersentuh olehnya berubah menjadi emas sebelum dapat dinikmati, bahkan anak perempuannya turut berubah menjadi emas akibat sentuhannya.

Sedari dulu emas merupakan salah satu logam mulia lambang kekayaan dan kemuliaan. Emas menjadi salah satu komoditas berharga sepanjang masa. Bahkan emas menjadi cadangan kekayaan negara dan menentukan kemampuan dari suatu negara mengelola sistem moneter.

Manusia memimpikan jaminan masa depan cerah dan dapat memenuhi keperluan hidupnya. Tidak mengherankan jika emas diburu karena dianggap sebagai instrumen investasi paling aman, likuid serta nilainya cenderung naik, sehingga emas dikategorikan safe haven.

Mengenal Aset Safe Haven

Dikenal sebagai instrumen investasi paling aman, karena menjamin investornya terlindung dari kerugian, maka aset safe haven menjadi primadona layaknya madu bagi para lebah. Walaupun sesungguhnya emas bukanlah satu-satunya aset safe haven, tetapi masyarakat terlanjur mempersepsikan emas identik sebagai aset safe haven.

Pada dasarnya aset safe haven merupakan bentuk investasi dengan nilai yang dapat bertahan bahkan cenderung naik terhadap pola volatilitas pasar. Investasi sudah tentu terus berfluktuasi mengikuti arus pasar, kestabilan aset safe haven akan sentimen pasar memberikan garansi bagi para pemiliknya. Memegang aset safe haven diterjemahkan sebagai anti kerugian bahkan saat krisis sekalipun.

Ilustrasi: express.co.uk
Ilustrasi: express.co.uk
Karakteristik utama aset safe haven adalah likuid, nilainya stabil terhadap depresiasi pasar serta senantiasa naik. Jika menggunakan istilah populer saat ini, yaitu herd immunity, safe haven seolah-olah memiliki kekebalan atau imunitas terhadap risiko pasar.

Investor sudah tentu mengharapkan keuntungan atas investasinya, maka imunitas safe haven diharapkan menyeimbangkan nilai kepemilikan portofolio, sehingga jika instrumen investasi lainnya terperosok merugi, dengan adanya aset safe haven maka kerugian tersebut tidak akan terlalu dalam.

Jenis Aset yang Dikategorikan Safe Haven

Perkembangan ekonomi menawarkan aneka instrumen investasi, investor memiliki beragam opsi untuk menggelontorkan uangnya. Lantas instrumen investasi apa saja yang dikategorikan sebagai aset safe haven?

Publik telah lama mengenal emas sebagai aset safe haven, selain karena nilainya terus meningkat, emas dapat jadikan sebagai bahan perhiasan sehingga meningkatkan status sosial pemiliknya. Emas juga sangat likuid, dapat diperjualbelikan dalam waktu singkat.

Selain emas, aset safe haven dapat digolongkan menjadi beberapa jenis utama lainnya, yaitu:

Obligasi Negara. Jenis investasi favorit, menawarkan kupon atau bunga sesuai dengan rate suku bunga dari negara penerbit. 

Penerbitan obligasi negara didasari oleh hukum atau undang-undang negara terkait, demikian pula proses penawaran sampai dengan pembayarannya diatur sedemikian rupa agar segala sesuatunya terjamin. 

Obligasi negara mencerminkan kredibilitas dan prestise dari negara penerbitnya. Obligasi yang diterbitkan Indonesia pun cukup diminati baik oleh investor lokal atau mancanegara.

Ilustrasi: marketwatch.com
Ilustrasi: marketwatch.com
Defensive stock. Saham yang pertumbuhannya tidak terlalu sensitif terhadap pergerakan pasar. Kestabilan harga saham kategori ini tak lepas dari prospek usaha dan kinerja perusahaan penerbit saham. 

Perusahaan consumer goods, kesehatan, atau perusahaan yang produknya dikonsumsi secara rutin menopang kestabilan harga sahamnya di pasar modal.

Kas. Tak perlu disangkal lagi jika kas merupakan aset paling likuid karena langsung dapat digunakan. Ada beberapa mata uang negara unggulan dijadikan sebagai simpanan kas, seperti Dollar Amerika, Franc Swiss, Pound sterling atau Dollar Singapura. Mata uang yang dipilih nilainya sudah pasti stabil.

Menakar Herd Immunity Aset Safe Haven

Jika mengacu kepada karakteristik aset safe haven, terkesan aset safe haven kebal akan gonjang-ganjing pasar. Keresahan pasar memang bisa memicu sentimen berujung kerugian akibat penurunan harga instrumen investasi, jelas kondisi ini menjadi mimpi buruk para pemilik modal.

Lantas apakah betul aset safe haven memiliki herd immunity sehingga kebal dari potensi kerugian? 

Dalam investasi perlu dicermati tidak ada instrumen yang menjanjikan keuntungan terus menerus, termasuk safe haven. Investasi yang menguntungkan secara utuh tanpa pernah mengalami kerugian hanya berupa utopia, tidak ada.

Ilustrasi: investmentexecutive.com
Ilustrasi: investmentexecutive.com
Yang perlu dipahami adalah memperhatikan siklus dari instrumen investasi, tren pasar serta perkembangan kondisi ekonomi, hal-hal tersebut merupakan dasar kajian untuk memastikan tekad mengambil keputusan instrumen macam apa yang patut diambil.

Emas. Harga emas di tahun 2020 mencetak rekor tertinggi, harga emas Antam pada 2 Januari 2020 ditawarkan sebesar Rp 772 ribu per gram, sampai 25 Juli 2020 harganya menjulang sampai Rp 989 ribu, nyaris menyentuh harga Rp 1 juta setiap gram. 

Jika melihat peningkatannya sangat luar biasa, namun kondisi ini juga terpengaruh dari perkembangan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Emas diburu banyak pihak karena dianggap minim risiko, akibatnya permintaan di pasar bertambah kemudian memicu peningkatan harga.

Pemilik emas yang sudah membeli sebelum tahun 2020 tentu diuntungkan karena nilai asetnya ikut terkerek naik. Namun ke depan potensi penurunan harga perlu diwaspadai, jika kondisi ekonomi sudah pulih, para investor akan kembali memilih opsi lain, harga emas pun bisa stagnan atau bahkan turun. 

Untuk tujuan jangka panjang emas dapat menjadi pilihan investasi menguntungkan.

Ilustrasi: luxurygoldbars.com
Ilustrasi: luxurygoldbars.com
Obligasi negara. Instrumen ini juga dipengaruhi oleh situasi negara terkait. Obligasi yang diterbitkan Amerika Serikat pernah mengalami kelesuan akibat krisis di tahun 2008, di tahun 2020 pun kondisi ekonomi Amerika Serikat goyah akibat Covid-19 dan persoalan lainya. 

Kondisi serupa dialami obligasi negara yang diterbitkan Indonesia. Pada Maret 2020 situasi pasar sempat tidak ramah terhadap harga obligasi Indonesia.

Dalam situasi normal, kelayakan investasi atau rating suatu negara menjadi salah satu poin yang diperhatikan para investor. Rating Indonesia tahun 2020 berada di level BBB. 

Semakin tinggi rating suatu negara mencerminkan kualitas serta risiko obligasi yang ditawarkan, sementara obligasi negara-negara dengan rating buruk dikategorikan sebagai junk bond.

Saham yang stabil atau defensive stock. Sebetulnya saham merupakan instrumen investasi high risk karena pergerakan harga saham sangat dinamis. Walaupun ada juga saham dengan harga stabil, namun secara keseluruhan sangat bergantung pada kinerja penerbit dan situasi ekonomi.

Jika menyimak opini dan pandangan dari para pemain saham, otomatis akan melulu bicara bahwa saham adalah investasi paling menjanjikan. Pandangan itu tidak salah tapi tidak sepenuhnya benar, ada pihak yang memperoleh kekayaan dari saham namun ada juga yang menanggung kerugian bahkan sampai mengorbankan kehidupannya secara tragis. 

Kembali lagi kepada minat serta selera dari pemilik modal, mau memilih investasi yang sedang-sedang saja atau dinamis. Patut disadari bahwa para pemain kawakan di dunia saham sekalipun melakukan diversifikasi portofolio asetnya demi menyeimbangkan komposisi nilai sekaligus meminimalisasi risiko. Tetap cari aman.

Ilustrasi: wisebread.com
Ilustrasi: wisebread.com
Kas. Uang yang dimiliki saat ini adalah bentuk dari kas, prinsip cash is the king menganalogikan bahwa kas merupakan aset likuid, karena dapat digunakan setiap saat tanpa perlu waktu lama jika dibutuhkan. 

Musuh utama kas adalah inflasi dari waktu ke waktu. Momok lainnya adalah nilai tukar, perdagangan mata uang mempengaruhi sentimen nilai tukar kas.

Dengan memahami karakteristik dari instrumen investasi, dapat diambil kesimpulan bahwa aset safe haven tetap memiliki kelemahan atau potensi penurunan nilai. 

Mungkin dalam kondisi krisis aset safe haven lebih dapat diandalkan, hanya saja jika berharap dengan memegang aset safe haven kebal akan kerugian, pandangan itu keliru. Safe haven tidak sepenuhnya memiliki imunitas terhadap kerugian, potensi rugi selalu ada.

Guna mengantisipasi hal itu langkah cermat yang perlu disikapi adalah melakukan diversifikasi portofolio investasi. Menyeimbangkan komposisi antar instrumen satu dengan lainnya, sehingga jika salah satu instrumen investasi sedang tidak menguntungkan dapat ditutupi nilai dari investasi lainnya.

Ilustrasi: businessnewsdaily.com
Ilustrasi: businessnewsdaily.com
Selain itu sebelum memutuskan berinvestasi pelajari lebih dahulu secara rinci produk dan karakteristiknya. Tentukan anggaran serta kemampuan menyerap kerugian. 

Pastikan juga investasi tersebut merupakan produk legal dan dikelola oleh pihak berkompeten. Jangan sampai berinvestasi karena sekadar ikut-ikutan tetapi tidak mengerti maksud dan tujuannya.

***

Pada 19 November 1493, pelaut asal Italia, Christopher Columbus mendarat di salah satu daerah di benua Amerika, Columbus disambut oleh penduduk asli suku Indian Taino. Sambutan dari penduduk asli seolah menunjukan kekayaan melimpah dari daerah tersebut yaitu emas.

Mereka mempersilahkan Columbus dan regunya untuk mengambil emas sebanyak mungkin. Spanyol sebagai kerajaan yang mempekerjakan Columbus akhirnya memutuskan menjadikan pulau tersebut sebagai bagian dari koloni Spanyol. 

Kekayaan suku Indian Taino pun dikeruk oleh Spanyol. Emas diangkut menjadi pengisi pundi-pundi kekayaan Spanyol, kas kerajaan bertambah banyak dan Spanyol dapat melakukan ekspansi ke wilayah lainnya.

Mengupayakan kekayaan dan kesejahteraan merupakan hal lazim dari masa ke masa, namun tergantung dari bentuk upaya itu sendiri. Dilakukan secara baik dan benar atau justru menimbulkan kesengsaraan bagi pihak lain. 

Demikian juga dalam investasi, sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan aturan dan tata kelola yang sesuai agar tidak merugikan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun