Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tren Bisnis Makanan Rumahan Online, Yay or Nay?

19 Juli 2020   13:41 Diperbarui: 19 Juli 2020   17:50 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika aktivitas lebih banyak dilakukan di rumah, masyarakat memiliki kecenderungan mencoba panganan baru, menu makananan yang lebih bervariasi, lantas berbagai tawaran makanan rumahan pun disambut baik. Walaupun kadang kala ada faktor sungkan tidak membeli karena yang menawarkan adalah kerabat dekat.

Ilustrasi: gmpopcorn.com
Ilustrasi: gmpopcorn.com
Bagaimanapun meningkatnya tren penjualan makanan rumahan dalam kurun waktu belakangan ini patut diapresiasi, dapat diartikan masyarakat masih tetap memiliki niat berusaha dan bertahan hidup dari jerih payahnya sendiri. Situasi yang oleh para ahli ekonomi disebut Indonesia berada di ambang resesi, disikapi oleh masyarakat dengan tidak menyerah begitu saja, masa sulit ditanggapi niat berusaha mencari penghasilan sendiri.

Dalam kondisi normal, transaksi online jual beli makanan rumahan merupakan bagian dari gaya hidup masyarakat. Para pedagang saat kondisi normal merupakan para pemain lama dan memiliki segmen pasarnya tersendiri. Cerukan pasar yang ada digarap kemudian dioptimalkan, lantas bisnis ini terus berkembang seiring terjaganya daya beli masyarakat.

Ilustrasi: bbc.com
Ilustrasi: bbc.com
Ketika tingkat daya beli masyarakat tergolong baik, bahkan meningkat, bisnis apa pun memiliki prospek cerah jika penetrasinya dilakukan secara tepat, termasuk makanan rumahan. 

Masyarakat yang memiliki daya beli akan terus melakukan konsumsi rumah tangganya sebagai bagian dari aktivitas keseharian. Menu makanan akan diseleksi sesuai selera, sehingga tawaran makanan rumahan disambut positif. Konsumen terus melakukan transaksi pemesanan sepanjang produk dan pelayanan dari penjual dinilai memuaskan ekspektasinya,

Sementara dalam kondisi kurang bagus seperti saat ini, di mana daya beli masyarakat turun drastis, masyarakat akan melakukan penghematan, untuk menambah penghasilan muncul para pedagang baru, merintis usaha menjual makanan rumahan. Sebagian masyarakat yang dulunya adalah konsumen beralih menjadi penjual. Yang awalnya adalah penikmat makanan bergeser menjadi produsen makanan rumahan.

Peta persaingan di pasar cerukan ini menjadi lebih sengit. Bagi para konsumen sisi baiknya adalah pilihan semakin banyak, maka dari itu para penjual harus cermat mengukur segmen dan kualitas produknya. Konsumen yang dikecewakan oleh layanan dan produk dapat dengan mudah beralih ke pedagang lainnya.

Terlebih lagi transaksi dilakukan karena faktor rasa sungkan karena penjual adalah kerabat dekat. Konsumen bisa jadi hanya coba-coba belum tentu akan membeli lagi, banyak penjual tetapi konsumennya hanya itu-itu saja. Karakteristik pasar semacam ini tidak akan bertahan lama bagi kelangsungan bisnis.

Kondisi persaingan sengit mendorong munculnya ragam produk, namun perlu diwaspadai titik jenuh pasar yang akan menyebabkan tren penjualan melandai. Banyaknya penawaran produk dan pedagang saat kondisi tertentu menyurutkan minat konsumen, kuncinya mengantisipasi hal ini adalah meningkatkan kreasi serta menjaga konsumen tidak berpaling dan sebisa mungkin mengeksplorasi ruang lingkup pasar lebih luas.

Ilustrasi: foodnetwork.com
Ilustrasi: foodnetwork.com
Tantangan lainnya adalah masalah kebersihan dan kesehatan. Bisnis rumahan tergolong bisnis kecil dan bisa dilakukan siapa pun, bahkan dimulai tanpa adanya izin atau pengawasan dari pihak berwenang. Tinggal bagaimana produsen mampu menyediakan makanan yang kebersihannya terjaga dan proses pengolahannya mengutamakan faktor higienis serta kesehatan.

Sulit menetapkan pengawasan maupun standar kebersihan dan kesehatan di bisnis rumahan, tinggal niat baik dari para produsennya dalam mengolah makanan menjaga kebersihan dan kesehatan agar produknya memiliki kualitas andal. Faktor kepercayaan pembeli juga menentukan, karena transaksi online tidak memungkinkan pembeli melihat langsung proses pengolahan makanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun