Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Investasi Lancar Walaupun Situasi Ambyar

21 Mei 2020   10:47 Diperbarui: 22 Mei 2020   05:32 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai seorang ilmuwan dan ahli matematika, Blaise Pascal (1623-1662) telah melakukan penelitian dan pengamatan terhadap berbagai hal. 

Jika banyak pihak yang mengemukakan pendapat bahwa inti sari dari pengetahuan adalah untuk menyingkapkan kebenaran, Blaise Pascal malah mengungkapkan hal berbeda. "Kita menginginkan kebenaran, namun hanya menemukan diri kita dalam ketidakpastian."

Ketidakpastian yang diungkapkan Blaise Pascal belakangan menjadi fenomena global, pasca merebaknya wabah COVID-19 di seluruh penjuru dunia kehidupan umat manusia senantiasa berubah, seluruh aktivitas publik dibatasi guna menghentikan penyebaran COVID-19. 

Ketidakpastian kapan pandemi akan berakhir berimbas kepada ketidakpastian ekonomi, lantas menghasilkan gejolak dan kemandekan ekonomi yang mengindikasikan adanya resesi.

Jelas kondisi ini merusak ruang gerak ekonomi dan keuangan, belum lagi reaksi panik dari masyarakat semakin memperburuk situasi. Stabilitas Sistem Keuangan menjadi rawan akibat gelombang kepanikan yang melanda masyarakat, karena masyarakat cenderung ingin mengamankan asetnya. 

Kas adalah aset yang dilirik, karena bersifat likuid alias dapat dipergunakan kapan saja. Terjadi reaksi pengalihan aset secara berbondong-bondong dari berbagai instrumen investasi menjadi kas.

Penarikan atau pencairan aset secara massal otomatis menghasilkan goncangan pasar, ambyar. Karena dalam skema investasi, pengelolaan dana milik investor merupakan unsur utama. 

Jika investor merasa tidak aman kemudian sebagian besar dana ditarik pemiliknya, terjadi defisit di berbagai sektor dan akan menjadi mimpi buruk bagi stabilitas sistem keuangan plus makroprudensial.

Hubungan Investasi Keuangan dan Stabilitas Sistem Keuangan

Dalam kondisi ekonomi normal, investor tinggal memilih instrumen investasi sesuai minat, selera risiko dan tentu kemampuan finansial. Investor konservatif dapat memilih deposito, untuk investor level menengah instrumen semacam reksadana dan Surat Utang Negara (SUN) menjadi pilihan yang cukup logis.

Lantas bagi golongan investor yang berani ambil risiko, perdagangan saham atau obligasi korporasi tentunya menarik. Walaupun banyak juga investor yang menyalurkan uangnya pada instrumen investasi dengan tingkat risiko yang beragam, mulai dari tingkat risiko yang rendah sampai yang berisiko tinggi.

Ilustrasi: bni.co.id
Ilustrasi: bni.co.id
Saluran dana investor akan diserap perbankan, bursa efek dan para penerbit obligasi termasuk Pemerintah. Dana tersebut kemudian dikelola untuk menggerakan kegiatan usaha. 

Jika semakin banyak dana yang diserap, maka semakin baik, karena tingkat kepercayaan investor meningkat, ekonomi bertumbuh, stabilitas sistem keuangan dan makroprudensial aman terjaga.

Fundamental ekonomi yang kuat serta stabilitas sistem keuangan dan makroprudensial aman terjaga menandakan pertumbuhan ekonomi dalam keadaan sehat. 

Kesejahteraan masyarakat pun lebih terjamin, seiring terbukanya akses lapangan pekerjaan untuk memperoleh penghasilan. Faktor-faktor tersebut berjalan secara berkesinambungan.

Susahnya Ekonomi wis Ambyar

Ambyar, meminjam istilah yang dipopulerkan legenda campursari Didik Prasetio atau Didi Kempot (1966-2020), kondisi ekonomi secara global sudah terlanjur babak belur dihajar COVID-19 tak terkecuali Indonesia, yang mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar 2,07% pada kuartal I 2020, skenario terberatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada dibawah 0% alias minus.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), awalnya diprediksi akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan, ternyata mengalami koreksi cukup dalam sebesar 28% sepanjang kuartal pertama 2020. 

Tercatat posisi IHSG berada di level 6.229 pada 30 Desember 2019, merosot menjadi 4.538 per akhir Maret 2020, penurunan ini terjadi di semua sektor saham. IHSG sempat mencapai posisi terendah di level 3.937 pada 24 Maret 2020, turun sebesar 37,49%.

Ilustrasi: lifepal.co.id
Ilustrasi: lifepal.co.id
Aksi jual sejumlah besar saham oleh investor pasar modal di semua sektor saham IHSG mengakibatkan penurunan IHSG secara signifikan, hal ini terjadi setelah terkonfirmasinya pasien COVID-19 di Indonesia. 

Berita mengenai pandemi COVID-19 di dunia membuat para investor pasar modal resah dan sangat waspada dalam melakukan investasinya.

"Wis ambyar, aku kudu kepiye?" Penggalan dari lirik lagu Ambyar milik Didi Kempot tersebut menjadi kegundahan umum para pemilik modal dalam situasi tidak pasti seperti saat ini. Para pelaku bisnis dan sektor keuangan mengalami kerugian besar menanggung dampak dari skema pembatasan aktivitas sosial.

Keresahan sosial  ekonomi yang memicu kepanikan dapat berdampak buruk bagi stabilitas sistem keuangan. Karena banyak pihak berkeinginan menarik dananya, menghindari kerugian lebih banyak. 

Dana tersebut dialokasikan dalam bentuk kas atau media lain yang dianggap aman seperti emas murni. "Sapa sing ra gela yen digawe kuciwa, ambyar."

Sebetulnya wajar jika investor menarik dananya untuk suatu kebutuhan, namanya juga pemilik dana, hanya saja perilaku tidak wajar atau panik saat situasi ambyar harus dihindari. 

Cerdas berperilaku adalah sikap yang diperlukan, menyikapi situasi secara bijak, tenang namun tetap waspada, termasuk dalam urusan investasi keuangan.

Ilustrasi: rencana.id
Ilustrasi: rencana.id
Latah, ada saja sebagian masyarakat ikut terbawa panik walaupun tidak terlalu mengerti situasi sesungguhnya. Ketika ada beberapa pihak yang menarik dananya di bank atau mencairkan dana investasinya, mereka ikut menarik dananya. 

Padahal situasinya tidak seburuk yang dikira. Bisa saja pihak penarik dana itu perlu memenuhi kebutuhan operasional akibat pembatasan aktivitas sosial atau mengalami kerugian karena faktor lainnya. 

Jika tidak mengalami kerugian atau belum ada kebutuhan mendesak sebaiknya tidak latah menarik dana besar-besaran. Agar tidak bertambah ambyar.

Upaya menjaga stabilitas sistem keuangan maupun makroprudensial aman terjaga adalah memperkuat tingkat keyakinan dan kepercayaan investor, pihak regulator  seperti Otoritas Jasa Keuangan serta Bank Indonesia sudah mengupayakan kebijakan berikut instrumen mengenai relaksasi, kelonggaran menjamin kecukupan likuiditas di sektor keuangan.

Contohnya penurunan rasio Giro Wajib Minimum dan insentif bagi bank yang memberikan pembiayaan untuk sektor yang terdampak COVID-19, relaksasi penundaan kewajiban pembayaran angsuran bagi debitur dari sektor usaha korban COVID-19, ditambah lagi mekanisme menjaga Rasio Intermediasi Makroprudensial dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial melalui lelang Surat Berharga Negara di pasar perdana, dimana untuk menjaga kebutuhan likuiditas bank dapat melakukan transaksi repo sebesar 4-6%.

Hal tersebut diamini oleh Clarita Ligaya Iskandar, selaku Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia sebagai salah satu upaya menopang daya tahan stabilitas sistem keuangan sekaligus mengusahakan agar makroprudensial aman terjaga. 

Tinggal bagaimana masyarakat pemilik dana investasi turut cerdas berperilaku menjaga supaya ambyar ini jangan sampai terus kebablasan. Menumbuhkan rasa percaya dan optimis terhadap sistem keuangan dan ekonomi nasional.

Ekonomi wis Ambyar, Investasi Aku Kudu Piye?

"Golek duit iku gampang, olehe sing angel!" dalam bahasa Indonesia, lelucon tersebut artinya, "Cari uang itu mudah, dapatnya susah!"

Mendapatkan uang sejatinya tidak mudah, maka dari itu bagaimana nasibnya jika uang sudah terlanjur diinvestasikan ditengah kondisi ambyar macam sekarang? 

Cerdas berperilaku, karena tidak semua instrumen investasi merugi, investor perlu jeli mengamati situasi juga cermat dalam memantau perkembangan sektor usaha terkait. Tidak perlu panik.

Jika uang sudah diinvestasikan melalui deposito berjangka, sebetulnya saat ini masih aman terjamin. Mengapa? Likuiditas perbankan masih terjaga kecukupannya. 

Selain perbankan ditopang oleh kebijakan OJK dan Bank Indonesia, simpanan masyarakat juga digaransi oleh Lembaga Penjamin Simpanan. 

Oleh sebab itu ketenangan adalah kunci, jangan melakukan rush. Bahkan perbankan cenderung menawarkan bunga deposito cukup menggiurkan, agar nasabah tetap tertarik menyimpan uangnya. Artinya investasi melalui deposito berjangka cukup menguntungkan dan aman.

Ilustrasi: futuready.com
Ilustrasi: futuready.com
Surat Utang Negara (SUN) adalah opsi  lain untuk mengelola dana investasi kategori minim risiko. Media SUN merupakan hal umum yang dilakukan Pemerintah untuk menghimpun dana dari masyarakat, SUN tergolong aman karena dijamin Pemerintah selaku penyelenggara negara, disamping itu SUN juga menawarkan kupon atau bunga sesuai dengan tingkat yang ditetapkan Bank Indonesia, dimana bunga atau kupon ini cukup bersaing dengan return dari instrumen investasi lainnya.

Berinvestasi pada instrumen investasi lain yang lebih berisiko seperti obligasi korporasi, reksadana maupun saham membutuhkan analisis dan pengamatan yang komprehensif sehubungan dengan prospektus usaha, kinerja dan kemampuan perusahaan dalam mengelola bisnisnya. 

Mungkin ada beberapa perusahaan yang kinerjanya menurun, namun perlu dikaji pula potensi rebound perusahaan-perusahaan tersebut pasca krisis, karena perusahaan dengan fundamental yang kokoh mampu bertahan lebih baik ketika menghadapi situasi sulit seperti ini.

Sadar akan kemampuan serta kecukupan modal, investor perlu cerdas berperilaku agar tidak memaksakan keinginan dan akhirnya menggerus semua modal atau dana untuk tujuan investasi yang mungkin belum tertata apik. Perilaku ini sangat berbahaya, karena investasi membutuhkan waktu juga proses sampai menghasilkan keuntungan. 

Hal penting lainnya adalah mengukur kemampuan diri sendiri untuk menghadapi potensi kerugian. Sejauh investasi tersebut tidak merugikan atau tidak terdeteksi adanya potensi kegagalan, investasi dapat dilanjutkan, sebisa mungkin tidak ikut-ikutan panik, tetaplah mengacu pada rencana investasi yang sudah disusun.

Ilustrasi: katadata.co.id
Ilustrasi: katadata.co.id
Teliti. Pelajari produk dan profil risikonya. Sebelum memutuskan membeli produk investasi, cari informasi sebanyak mungkin terkait produk tersebut. 

Pelajari kelebihan dan kekurangannya, kredibilitas pengelolanya. Hal ini penting terlebih ketika situasi terlanjur ambyar, jangan sampai uang kita raib begitu saja tanpa ada pertanggungjawaban yang jelas.

Diversifikasi portofolio investasi. Lain jenis investasi lain juga risikonya, maka saat ekonomi ambyar alokasi dana investasi dapat disebar ke beberapa instrumen. 

Misalnya porsi dana di deposito atau SUN lebih besar, lalu dana pada saham dan reksadana dikurangi. Langkah ini merupakan mitigasi risiko konsentrasi dalam portofolio investasi yang dimiliki.

***

Pada dasarnya cerdas berperilaku dapat diterapkan dalam tata kelola investasi, agar stabilitas sistem keuangan dan makroprudensial aman terjaga.

Susunlah rencana sebelum melakukan investasi pada instrumen apapun, tentukan tujuan investasi, seberapa besar risiko yang dapat diterima sekaligus proyeksi keuntungan realistis yang dapat dicapai, strategi dan tindakan khususnya dalam menghadapi situasi tidak menentu, pengelolaan emosi, dan beragam faktor lainnya yang pastinya berbeda-beda pada setiap investor. 

Dari semua faktor tersebut, konsistensi dan kedisiplinan adalah salah satu kunci keberhasilan seorang investor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun