Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Libur Panjang Bertambah, Yakin Mau Liburan?

13 Maret 2020   07:00 Diperbarui: 13 Maret 2020   13:37 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin bagi Klaus Meine (71) dan David Coverdale (69), usia hanyalah hitungan angka belaka. Bagaimana penampilan mereka selaku frontman dari dua grup rock besar dunia yaitu Scorpions dan Whitesnake dibuktikan melalui performa di atas panggung pada 1 Maret 2020 di kota Yogyakarta berhasil memukau sekitar 15 ribu penonton.

Baik Scorpions dan Whitesnake malam itu membawakan masing-masing 15 lagu dengan durasi sekitar total 3 jam. Raungan suara efek gitar serta dentuman drum menambah luapan adrenalin penonton, suara vokal Klaus Meine dan David Coverdale sangat prima untuk ukuran penyanyi veteran.

Konser tersebut diselenggarakan di Stadion Kridosono, Yogyakarta. Menjelang berlangsungnya konser, para penonton dari berbagai daerah di Indonesia berbondong-bondong datang memadati daerah sekitar lokasi. 

Ternyata acara semacam membawa rezeki nomplok bagi para pengusaha lokal setempat. Kamar hotel di sekitarnya terisi penuh, kafe, dan restoran dipenuhi para penonton, belum lagi para pedagang kaki lima yang ikut meraup keuntungan.

Ilustrasi: dokumentasi pribadi
Ilustrasi: dokumentasi pribadi
Uang yang dikeluarkan oleh para penggemar Scorpions dan Whitesnake sebetulnya tidaklah murah, harga tiket konser saja dipatok dari Rp 700 ribu sampai Rp 1,5 juta. 

Sudah pasti biaya tambahan dibutuhkan untuk akomodasi dan makanan. Jika setiap penonton dipukul rata mengeluarkan biaya paling tidak Rp 1 juta seorang, maka untuk satu hari itu saja perputaran uang di sekitar Stadion Kridosono mencapai Rp 15 miliar!

Dapat dikatakan bahwa hampir kebanyakan penonton datang ke Yogyakarta sekalian berlibur, jadi potensi dana yang diserap bisa lebih besar. Setidaknya jika dihitung dari rumusan sederhana seperti halnya di atas tadi.

Maka jika dari sebuah pertunjukan musik perputaran uang yang dihasilkan cukup lumayan, dapat dibayangkan bagaimana perputaran uang dalam skala jauh lebih besar yakni musim libur panjang. Uang yang dibelanjakan turis akan lebih besar dan uang tersebut diserap oleh masyarakat daerah.

Ilustrasi: travelpony.com
Ilustrasi: travelpony.com
Libur Nasional Ditambah
Kabar baik bagi masyarakat, Senin 4 Maret 2020, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia mengumumkan libur nasional tahun 2020 bertambah. Total ada tambahan 4 hari cuti bersama. Jumlah tersebut cukup banyak, karena hari libur di tahun 2020 seluruhnya menjadi 24 hari.

Tambahan 4 hari Cuti Bersama yaitu di tanggal 28-29 Mei, 21 Agustus, dan 30 Oktober. Dua hari di bulan Mei menjadi tambahan Cuti Bersama Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah. 

Satu hari tambahan Cuti Bersama lagi ditetapkan di tanggal 21 Agustus untuk melengkapi libur Tahun Baru Hijriah. Satu hari tambahan Cuti Bersama di bulan Oktober melengkapi libur Maulid Nabi.

Alasan pemerintah menambah cuti bersama sederhana, tujuannya adalah guna menopang perekonomian yang sudah terlanjur terkena efek COVID-19 alias corona. 

Melalui logika sederhana dari perhelatan konser Scorpions dan Whitesnake, diharapkan skenario penambahan hari libur dapat membuat masyarakat bepergian kemudian membelanjakan lebih banyak uangnya.

Ilustrasi: wisataoke.com
Ilustrasi: wisataoke.com

Yang didorong sebetulnya adalah peningkatan konsumsi rumah tangga melalui sektor pariwisata saat musim liburan. Jika meninjau data Badan Pusat Statistik, konsumsi rumah tangga menjadi faktor penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional yang dominan, dalam 5 tahun terakhir mencapai 56,2%. Sangat masuk akal pemerintah kembali berharap konsumsi rumah tangga kembali menjadi andalan.

Perlu disadari, setiap momen lebaran tiba, ketika masyarakat mudik ke daerah, periode tersebut menjadi musim rezeki bagi para pengusaha daerah. Dengan demikian iklim usaha di daerah menjadi bergairah. Para pemudik sebagian besar pasti belanja paling tidak membeli oleh-oleh.

Berdasarkan perhitungan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan jumlah pemudik tahun 2019 dari Jabodetabek berjumlah 14,9 juta orang, khusus pemudik dari DKI mencapai 7.346.430 jiwa atau setara dengan 2.448.810 keluarga.

Matematika sederhananya jika satu keluarga membawa uang paling tidak Rp 4 juta, diproyeksikan uang yang diserap pada lebaran 2019 sebesar Rp 9,7 triliun. 

Sudah menjadi tradisi jika musim lebaran identik dengan Tunjangan Hari Raya, para pemudik membawa uang lebih banyak, maka keinginan untuk belanja akan lebih besar pula. Kondisi tersebut pula yang membuat pemerintah merasa perlu menambah jatah libur nasional di tahun 2020.

Agar Masyarakat Bisa Berlibur
Andai skenario pemerintah berjalan lancar, sektor pariwisata memiliki harapan di tengah wabah corona yang sudah menggerus potensi keuntungan dari industri ini. 

Corona mengakibatkan perjalanan wisata terhenti karena kecemasan penyebaran COVID-19 lebih luas. Bali sebagai etalase industri pariwisata Indonesia menjadi sangat terpukul akibat corona, tercatat tingkat okupansi penginapan hanya terisi 30%.

Akibatnya sebagian pekerja di bidang ini harus rela dirumahkan. Tentunya menjadi sebuah pukulan telak, industri rugi, pekerja kehilangan penghasilan, maka dampak buruknya daya beli masyarakat turun. Upaya penyelamatan ekonomi yang ditempuh salah satunya, tentu saja mendorong masyarakat berlibur dan berbelanja.

Hanya saja perlu diperhatikan pula apakah kebijakan ini bersinergi dengan kondisi usaha yang dapat tetap menjamin kemampuan finansial para pekerjanya untuk menyisihkan penghasilannya agar bisa pergi berlibur.

Ilustrasi: travelpony.com
Ilustrasi: travelpony.com

Doping bagi dunia usaha telah diberikan salah satunya adalah keringanan pajak penghasilan tidak perlu dibayarkan selama 6 bulan. Kemudian relaksasi lainnya dengan harapan dunia usaha bisa bertahan tidak terlalu terpuruk akibat kelesuan ekonomi global. 

Perlu ditindaklanjuti secara serius supaya produksi di berbagai sektor bisa terus berlangsung, karena jika usaha sudah tidak sanggup lagi berjalan akan berakhir Pemutusan Hubungan Kerja, jika hal ini terjadi jangan harap masyarakat masih berminat untuk pergi liburan.

Artinya adalah pemerintah juga harus menjaga sumber penghasilan masyarakat tetap terjamin, yaitu lapangan kerja dan dunia usaha berjalan berkesinambungan, jangan sampai badai ada badai PHK. 

Skenario ini nampaknya sederhana, namun jika ditinjau lebih lanjut menunjukan perlunya perbaikan kondisi dari hulu ke hilir. Rasa optimis dan yakin kepada peran pemerintah harus tetap dijaga, tetapi sikap bijak dalam kondisi sulit seperti saat ini diperlukan, bersama dan saling mendukung menghadapi situasi sulit. 

Tidak saling menyalahkan dan menyerang, perdebatan pepesan kosong justru tidak akan memberikan solusi.

Libur Panjang dan Kemampuan Masyarakat
Bagi pengusaha semakin banyak hari libur, waktu produktif menjadi lebih pendek. Sederhananya biaya menjadi semakin besar, karena diperlukan insentif bagi pekerja supaya bisa menggunakan hari liburnya untuk bekerja.

Dengan jumlah waktu produksi lebih singkat dibutuhkan biaya lebih besar, maka tingkat keuntungan harus semakin besar. Perhitungan demikian yang menjadi alasan mengapa urusan penetapan hari libur perlu melibatkan pihak pengusaha.

Ilustrasi: jurnalpost.com
Ilustrasi: jurnalpost.com

Semua orang suka berlibur, tetapi jika berlibur hanya menghabiskan uang tabungan semata, belum tentu bermanfaat. Dari sisi pekerja, ada sebuah alasan tersendiri menghadapi libur panjang, apakah semua uang yang dimiliki harus dihabiskan hanya untuk liburan? Tentu tidak. 

Bisa juga pertanyaannya adalah apakah penghasilan yang dimiliki cukup untuk berlibur?

Biasanya segmen pasar potensial yang dijadikan target menggunakan dananya pergi liburan adalah masyarakat kelas menengah yang punya uang serta daya beli lebih untuk keperluan konsumsi, sudah tercukupi kebutuhan dasarnya, merasa butuh hiburan.

Lalu bagaimana dengan masyarakat yang bukan tergolong sebagai kelas menengah atau middle income? Katakanlah para pekerja dengan penghasilan dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP) yang penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan saja. Masalah seperti ini tidak dapat diatasi melalui solusi instan.

Insentif semacam bantuan langsung tunai hanya mendorong kemampuan konsumsi sesaat, setelah uang bantuan habis daya belinya kembali seperti semula. Persoalannya menjadi rumit, dibutuhkan penanganan dan solusi yang bersinergi. 

Meningkatkan kesejahteraan melalui perbaikan kualitas sumber daya manusia, kemudian membuka ruang bagi investasi supaya lapangan kerja dan usaha tersedia.

Ilustrasi: styleme.co.za
Ilustrasi: styleme.co.za

Ketika masyarakat sudah sejahtera tercukupi kebutuhan dasarnya, dengan sendiri keperluan semacam liburan akan dicari. Dan pergi berlibur di masa sekarang telah menjadi gaya hidup. 

Berbagai paket liburan ditawarkan seolah tidak kehilangan peminat. Tetapi hal yang patut diperhatikan adalah apakah masyarakat harus didorong terus bersikap konsumtif? Berlibur boleh saja, namun mengedukasi agar masyarakat menggunakan dananya secara bijaksana juga perlu dilakukan.

Pengelolaan dana secara bijaksana menjadi cara cerdas menjaga kemampuan daya beli masyarakat terjaga. Sehingga masyarakat akan menentukan pengeluaran biayanya berdasarkan ukuran prioritas, mampu memilih juga menyikapi antara kebutuhan dan keinginan dengan cermat. 

Selama masyarakat memiliki cukup dana, pergi berlibur akan menjadi agenda rutin.

 ***

Let me take you far away. You'd like a holiday. Let me take you far away. You'd like a holiday. Exchange the cold days for the sun. A good time and fun. Let me take you far away. You'd like a holiday.

Klaus Meine menulis lagu Holiday sebagai bagian dari album Lovedrive (1979), seolah mengajak para penonton untuk larut dalam suasana liburan di Yogyakarta, sang vokalis memancing penonton menyanyikan penggalan lagu tersebut seusai lagu Still Loving You.

Ilustrasi: Radar Jogja
Ilustrasi: Radar Jogja
Ternyata malam itu Scorpions menutup penampilannya melalui single wajib mereka, Rock You Like A Hurricane. Liburan memang menyenangkan bagi mereka yang bisa merencanakan dengan baik kemudian menikmatinya. Sebagai suatu pengalaman penuh kesan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun