Pada industri peralatan olahraga, persaingan antara Adidas dan Nike merupakan contoh nyata. Produk dari kedua produsen tersebut menjadi tolok ukur bagaimana suatu peralatan olahraga memiliki nilai jual serta menawarkan kualitas terbaik bagi penggunanya.
Berkat adanya kualitas produk dan berbagai strategi promosi, biasanya merek dari produsen memiliki konsumen setia. Kemudian para produsen itu berupaya merayu para konsumen loyal kompetitornya beralih menggunakan produk yang dibuatnya.
Kolaborasi Dengan Kompetitor
Persaingan tidak selalu berwujud konfrontasi langsung, demi kepentingan bisnis yang berorientasi keuntungan  kolaborasi dengan kompetitor bukan hal aneh. General Motors sebagai pabrikan mobil dari Amerika Serikat merakit mobil bersama Toyota dari Jepang.Â
Siemens dari Jerman berkongsi bersama Philips asal Belanda dalam pengembangan semikonduktor. Contoh lainnya adalah Motorola menggunakan rantai distribusi Toshiba untuk menembus pasar semikonduktor di Jepang.
Simbiosis mutualisme antar kompetitor kerap terjadi karena mereka memiliki kesepakatan untuk saling memanfaatkan keunggulan agar dapat meminimalisi kekurangan.Â
Kolaborasi ini sudah pasti harus menguntungkan, dari kerja sama ini setiap pihak bisa saling mengamati kemudian mempelajari guna meningkatkan produktivitas.
Analisis kemampuan kompetitor terkait penguasaan pangsa pasar, Â teknologi, rantai distribusi, kemudian perhatikan kelemahan mereka. Hal-hal tersebut dapat dijadikan sebagai perbandingan serta materi riset dan pengembangan, selanjutnya buat langkah tindak lanjut perihal yang dapat diimplementasikan guna memperkuat kemampuan internal untuk kembali bersaing dan merebut pangsa pasar lebih besar.