Sejak tahun 2016 Bank Artos Indonesia telah melantai di bursa, namun kondisi keuangannya masih merugi. Sampai periode Semester I 2019, keuangan Bank Artos Indonesia tergolong suram, mengalami kerugian sekitar Rp. 14 miliar.Â
Rasio kredit bermasalah mencapai 6,41%, melampaui batas yang ditetapkan yaitu maksimal 5%. Modal Bank Artos Indonesia juga menurun dari Rp. 132 miliar pada Juni 2018 menjadi Rp. 95 miliar di Juni 2019.
Kondisi ini memang bukan hal menggembirakan bagi para pemegang saham Bank Artos Indonesia. Sehingga opsi melepas kepemilikan akan menjadi sangat masuk akal, walaupun kabar tersebut sudah ditepis oleh pihak Bank Artos Indonesia.
Kabar Pembelian Bank Artos Indonesia
Semua kabar Bank Artos Indonesia akan bertransformasi menjadi GoBank berawal dari rencana pembelian saham ARTO oleh Patrick Walujo yang merupakan salah satu penyuntik dana Gojek , dan juga PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) yang dinakhodai Jerry Eng.
Kedua tokoh ini merupakan para praktisi berpengalaman di bidang keuangan dan teknologi. Jerry Eng merupakan mantan pemimpin Bank Tabungan Pensiunan Negara (BTPN) yang kemudian melahirkan layanan keuangan Jenius.Â
Sementara Patrick Walujo sudah terlebih dahulu berinteraksi dengan Gojek pada 2014 melalui NSI Ventures sebagai penyuntik dana.
Kejutan mengenai kabar tersebut ternyata berimbas pada meroketnya harga saham Bank Artos Indonesia. Pada 7 Oktober 2019 saham dengan kode ARTO ini melejit dari Rp. 164 per lembar menjadi Rp. 2.630 per lembar.Â
Kondisi anomali itu akhirnya berbuah transaksi ARTO sementara dihentikan Bursa Efek Indonesia (BEI).
Rencananya MEI dan Wealth Track Technology Limited (WTT) masing-masing akan mengambil saham ARTO sebesar 37,65% dan 13,35%, sehingga kedua pihak ini akan menjadi pemegang saham mayoritas ARTO.Â