Para pelaku usaha dengan modal lebih kecil dapat menjual produknya dengan menu mirip restoran cepat saji terkenal melalui gerai kecil yang dekat pemukiman, urusan harga pasti lebih terjangkau. Akhirnya makanan cepat saji gaya barat memang menjangkau semua kalangan.
Pangsa pasar di industri ini memperebutkan selera konsumen, sehingga dibutuhkan usaha agar dapat menarik perhatian konsumen.
Selain dari inovasi menu, strategi memperluas pasar adalah dengan menjual lisensi atau waralaba. Cara ini memang mudah terutama untuk restoran dengan merek terkenal seperti McDonald's.
Tercatat McDonald's memiliki nilai merek sekitar $ 88 Miliar. Sampai 2018, McDonald's memiliki 198 gerai di Indonesia dan merencanakan penambahan sekitar 20 gerai pada 2019.
Namun untuk berinvestasi melalui merek terkenal tentunya akan lebih mahal, di pasaran banyak waralaba dengan nilai jauh lebih murah, calon investor tinggal memilih disesuaikan dengan modal yang dimiliki.
Strategi penambahan gerai bagi merek dagang ternyata cukup menunjang pertumbuhan bisnisnya, karena senada dengan kenaikan penjualan serta keuntungan, selain McDonald's, di Indonesia merek Kentucky Fried Chicken (KFC) akan menambah 70 gerai di tahun 2019 dengan nilai investasi sebesar Rp. 560 Miliar, dan target gerai seluruhnya akan mencapai 750 gerai.
Makanan Cepat Saji dan Kesehatan
Isu kesehatan kerap menjadi musuh dalam industri makanan cepat saji. Bahan baku yang mengandung zat perasa, kadar nutrisi serta proses pengolahan dengan cara digoreng adalah topik utama yang sering dikaitkan antara kesehatan masyarakat dengan jenis makanan ini.
Pada prinsipnya makanan cepat saji boleh saja dikonsumsi, tetapi harus diperhatikan pula jumlah dan frekuensinya. Tak dapat dipungkiri gaya hidup serba instan juga perkembangan pemasaran makanan cepat saji telah mempengaruhi pola makan masyarakat. Masalah peningkatan obesitas dan kemudian memicu timbulnya penyakit sering dituding disebabkan tidak seimbangnya nutrisi makanan, salah satunya adalah konsumsi makanan cepat saji.