Manusia pertama yang pernah mengunjungi dan berjalan di Bulan adalah Neil Alden Amstrong (1930-2012), seorang astronot dari Amerika Serikat pada tahun 1969 telah mencatatkan dirinya dalam sejarah peradaban umat manusia sebagai pelopor pengunjung ke satelit planet Bumi.Â
Peristiwa tersebut kerap dibaca dan disimak oleh banyak orang. Ketika aksi pendaratan Neil Amstrong di Bulan terjadi, media seperti televisi, radio dan surat kabar ramai memberitakannya. Sampai saat ini bahkan kisah Neil Amstrong kerap ditemukan di berbagai buku atau artikel. Namun saat ini ternyata peristiwa itu dapat kita dapatkan melalui akses dari smartphone atau gadget milik kita.
Ya, melalui alat yang kita bawa dan gunakan sehari-hari, banyak hal yang dapat dilakukan. Tidak hanya sekadar bertelepon, chatting atau membaca kisah Neil Amstrong. Saat ini alat-alat itu sudah mendukung masyarakat untuk melakukan transaksi perbankan. Inilah era digital banking.Â
Dahulu mungkin tidak pernah terpikirkan atau terbayangkan kegiatan transaksi perbankan dilakukan melalui media sekecil smartphone dan dapat diproses di mana pun, bahkan dari tempat tidur. Transaksi perbankan sebelum era digital dilakukan harus di kantor bank. Nasabah datang, mengisi formulir lalu mengantri. Namun teknologi mengubah semuanya, hal-hal yang dahulu dianggap kerap merepotkan menjadi dimudahkan berkat adanya kecanggihan teknologi.
Transaksi perbankan mulai dari cek saldo, pembayaran tagihan sampai transfer uang antar-bank dapat dilakukan melalui smartphone. Jika semuanya jasa layanan perbankan dapat dilakukan secara mudah buat apa lagi nasabah harus repot pergi ke kantor bank. Semuanya memang menjadi praktis.
Latar Belakang Digital Banking di Indonesia
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terjadi peningkatan biaya investasi bank di Indonesia terkait dengan teknologi. Pada September 2016 biaya tersebut mencapai Rp. 6,06 triliun, 2 tahun kemudian di September 2018 menjadi Rp. 7,74 triliun. Prioritas dari investasi tersebut 86% adalah pengembangan aplikasi berbasis mobile.
1. Diversifikasi Produk dan Layanan Perbankan
Tak dapat disangkal lagi perkembangan teknologi smartphone, semakin luasnya jaringan untuk mengakses internet serta pertumbuhan e-commerce telah menyeret perbankan untuk ikut ambil bagian dalam era digital saat ini. Sehingga para bankir harus berpikir upaya seperti apa yang dapat dilakukan guna menyesuaikan fitur dan layanan perbankan dengan gaya hidup nasabah di era digital.
Poin sederhananya adalah menyediakan layanan seperti halnya di kantor bank yang dapat dilakukan oleh nasabahnya melalui smartphone. Maka perbankan didorong untuk dapat menyediakan layanan digital banking disamping produk dan layanan seperti biasanya. Fintech adalah ancaman terbesar bagi bank jika terlambat dalam mengambil tindakan untuk memberikan kemudahan digital banking bagi nasabahnya.Â
Nasabah menginginkan kemudahan, dan banyak perusahaan start up merilis aplikasi dengan fitur yang menggoda bagi nasabah bank. Sehingga untuk mejaga loyalitas nasabah, penetrasi dalam bidang teknologi menjadi fondasi untuk bersaing.
2. Era Nasabah yang Terbuka Terhadap Teknologi
Nasabah bank di Indonesia sudah mulai melek teknologi, mereka sangat terbuka dan menerima bahkan menggandrungi teknologi. Ditambah lagi harga smartphone di Indonesia cukup terjangkau.Â
Survei McKinsey mengungkapkan bahwa dalam 3 tahun terakhir penggunaan digital banking di Indonesia telah tumbuh 2 kali lebih besar dibandingkan negara-negara berkembang lainnya di kawasan Asia. Dan 50% responden menyatakan keinginan untuk adanya layanan perbankan tanpa harus hadir secara fisik di kantor bank lagi. Dan memang arah utamanya adalah layanan perbankan secara digital sepenuhnya.
Namun kehadiran kantor bank memang masih tetap diperlukan sekalipun di era digital, tentunya dengan jumlah kantor yang lebih sedikit. Hal ini diperlukan karena di balik kemudahan transaksi digital, masalah keamanan aplikasi, data, kompleksitas produk serta perlindungan nasabah adalah masalah yang perlu mendapat perhatian.Â
Nasabah yang membutuhkan solusi jika aksesnya bermasalah atau mendapatkan kesulitan terkait produk dan layanan bank, dapat menghubungi dan menyampaikan keluhannya kepada bank. Perihal lainnya terkait kebutuhan adanya kantor bank adalah adanya kebutuhan uang tunai yang masih lazim dalam transaksi di Indonesia.
Digital Banking di Masa Depan
Era digital banking di Indonesia sebetulnya masih berada di tahap awal, pasar digital banking di Indonesia masih senantiasa berkembang. Hal itu memang terbukti, ketika perbankan di Eropa mulai beralih dari wujud kantor fisik menjadi layanan digital, ternyata di Indonesia masih banyak ditemukan kantor bank, walaupun tren penutupan kantor dan pengurangan tenaga kerja terutama di sektor front office bank mulai terjadi.Â
Tentu saja pengembangan digital banking membutuhkan banyak biaya, tetapi jika layanan tersebut sudah stabil, bank dapat lebih efisien dalam mengelola biaya operasionalnya karena banyak layanan yang dulunya dilakukan secara manual tergantikan oleh teknologi.
1. Tidak Membutuhkan Kantor Bank
Alias branchless banking. Seluruh kebutuhan nasabah dapat dilakukan melalui akses di smartphone. Tidak perlu lagi banyak membutuhkan keterlibatan tenaga kerja bank secara manual. Baik pembukaan rekening tabungan atau deposito maupun kebutuhan pemindahan dana, semuanya dapat dilakukan oleh nasabah sendiri.
2. Lebih Dari Fitur Layanan Aplikasi Bank
Digital banking memang berbeda atau melampaui layanan aplikasi bank biasa seperti internet banking. Dalam hal ini nasabah memang telah memiliki fungsi layanan perbankan secara keseluruhan secara langsung tanpa adanya kantor bank.Â
Aplikasi semacam internet banking hanya memungkinkan bagi nasabah untuk melakukan transaksi finansial biasa seperti transfer atau cek saldo. Tetapi pada kenyataannya banyak hal yang masih membutuhkan keterlibatan kantor bank, seperti pembukaan rekening.
Di masa mendatang keterlibatan kantor bank dengan transaksi nasabah akan semakin berkurang dan akhirnya tidak diperlukan lagi. Karena seluruh proses telah dilakukan secara digital, termasuk dalam hal pembukaan rekening.
3. Terintegrasi dengan Data e-KTP
Isu penting dalam digital banking adalah keamanan data nasabah. Dan masalah ini juga berhubungan dengan layanan pembukaan rekening, itu sebabnya untuk membuka rekening, nasabah masih harus merelakan waktunya untuk datang ke kantor bank.
Tetapi hal tersebut dapat diatasi ketika proses transaksi digital banking dapat dilakukan dengan berbasis data e-KTP. Artinya bank memiliki koneksi langsung dengan data e-KTP di Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil).Â
Proses ini sudah mulai berjalan di perbankan, karena bagian dari tuntutan era keterbukaan data. Melalui teknologi biometrik berupa fingerprint, verifikasi dan data keamanan setiap nasabah sudah tercatat dan terintegrasi sehingga mempersingkat waktu nasabah dalam mendaftar rekening dan juga verifikasi data ketika login atau setiap melakukan transaksi.
Penting Dalam Digital Banking
Namun digital banking tetap membawa tantangan bagi bank untuk lebih serius dalam mempersiapkan layanan tersebut bagi nasabah dan memberikan keuntungan bagi bank.
1. Bank harus lebih peka dan cermat dalam mempelajari kebutuhan dan perilaku nasabahnya, guna mengimbangi tuntutan perkembangan bisnis dan peta persaingan usaha perbankan.
2. Nasabah yang mengerti teknologi merupakan nasabah yang cerdas dan cenderung kritis, sehingga untuk memberikan kepuasan, maka bank harus mengenal profil nasabahnya. Hal ini sangat berkaitan dengan poin 1 di atas.
3. Melalui digital banking, maka bank memiliki akses untuk mendapatkan data demografi serta profil nasabahnya, sehingga bank dapat menganalisis perilaku, gaya hidup dan dapat memetakan kebutuhan dan keinginan dari nasabahnya.
***
Dikisahkan bahwa cyborg model T-800 dari tahun 2029 datang mundur ke tahun 1984 untuk memburu seorang wanita bernama Sarah O'Connor, karena Sarah O'Connor kelak akan melahirkan John O'Connor yang menjadi pemimpin pejuang manusia melaawan cyborg di masa depan. Kisah itu berlanjut dengan kejar-kejaran dan aksi baku tembak antara manusia dengan mesin berwujud manusia.
Kisah tersebut merupakan intisari dari film The Terminator. Ternyata banyak hal yang tidak pernah terpikir atau terbayangkan oleh manusia bagaimana perubahan di masa mendatang.Â
Kehadiran handphone yang lantas bertransformasi menjadi smartphone, di masa lalu tidak terkira dampaknya akan membawa perubahan di masa saat ini. Teknologi akan terus berkembang, semoga manusia semakin cerdas memanfaatkan teknologi untuk kebaikan dan kehidupan, tidak terbalik dimanfaatkan oleh teknologi yang sejatinya adalah ciptaan manusia.