Aliran musik seperti progressive metal adalah jenis musik yang tergolong cukup berat dan melelahkan bagi pendengar yang tidak terbiasa mendengarkannya. Karena jenis musik ini sangat dinamis, dimana dalam satu lagu ritme-nya dapat senantiasa berubah-ubah disertai dengan bermacam jenis aransmen dan efek suara. Juga permainan menonjol dari kemampuan para personelnya dalam bermusik. Tetapi Dream Theater justru memiliki banyak penggemar, karena dapat menyajikan musik progressive metal secara menawan dan elegan.
Sebagai sebuah grup musik dengan sarat pengalaman, tentunya Dream Theater memiliki konsep matang dan terukur setiap kali menggarap album baru. Dan tak dipungkiri lagi, dalam genre progressive metal, nama Dream Theater merupakan sebuah jaminan kualitas. Skill bermusik dari para personelnya sudah diakui sebagai musisi tingkat dewa alias di atas rata-rata. Dream Theater saat ini beranggotakan John Petrucci (gitar), John Myung (bass), Jordan Rudess (keyboard), James LaBrie (vokal) dan Mike Mangini (drum).
Perjalanan karir sejak tahun 1985 dengan catatan 13 album studio, 8 album live dan 1 extended play memang menjadi bukti nyata, bahwa Dream Theater adalah sebuah grup musik yang memiliki penggemar berat. Setiap album yang dirilis akan selalu dicari dan dibeli oleh para penggemar berat mereka, jadi pangsa pasar dari album Dream Theater akan selalu ada.
Latar Belakang Album Ke-14
Ide materi album ke-14 ini diperoleh dari tur dunia Images, Words and Beyond yang dilakukan Dream Theater sepanjang tahun 2017. Set list lagu-lagu dari tur tersebut memang sama sekali tidak menyajikan lagu baru.Â
Mereka hanya memainkan seluruh lagu dari album ke-2, Images and Words (1992) dan untuk pembukaan serta sesi encore berisi lagu-lagu dari album-album lama. Tetapi ternyata tur Images Words and Beyond adalah tur istimewa karena merayakan 25 tahun album terbaik dari Dream Theater, yaitu Images and Words. Berkat album ini nama Dream Theater menjadi sangat dikenal sebagai band progressive yang patut diperhitungkan.
 Tur Images, Words and Beyond dimulai sejak 30 Januari 2017 di Roma, Italia dan berakhir di tanggal 2 Desember 2017. Yogyakarta bahkan menjadi bagian dari tur dunia Dream Theater ini, tidak tanggung-tanggung, Dream Theater menggelar konser di Yogyakarta selama 2 hari berturut-turut, yaitu pada 29 dan 30 September 2017. Sebuah kesempatan istimewa bagi para penggemar di tanah air.
![Ilustrasi: dreamtheater.net](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/21/dream-theater-5ba50a6daeebe137a6496994.jpg?t=o&v=770)
 Nampaknya antusiasme pada penggemar selama tur tersebut memang menjadi pemacu yang sangat efektif, sehingga mendorong para personel  Dream Theater untuk segera masuk ke studio rekaman guna menggarap album baru.
Konsep dan Harapan Album Ke-14
Setelah kurang lebih selama empat bulan bekerja untuk merekam materi album, akhirnya pada 14 September 2018 John Petrucci menyatakan proses rekaman album ke-14 dari Dream Theater telah rampung. Proses rekaman dilakukan di sebuah studio yang dirahasiakan lokasinya, dan Dream Theater berupaya untuk fokus menggarap seluruh materi agar album baru nanti dapat memuaskan para penggemarnya.
![Ilustrasi: metalshockfinland.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/21/metalshockfinland-5ba50a866ddcae1c66005fd2.jpg?t=o&v=770)
Album ke-14 ini akan menjadi album dengan mengusung gaya bermusik dari Dream Theater di awal era tahun 1990-an. Jika ditinjau dari konsep tersebut, nampaknya Dream Theater akan kembali ke akar musiknya, yaitu progressive metal. Ya, cenderung akan lebih berat dan keras.
Akan berbeda tentunya jika membandingkan dengan The Astonishing (2016) yang merupakan album terakhir Dream Theater. The Astonishing merupakan sebuah album dengan konsep cerita secara utuh, di mana konten album ini bercerita dan saling berhubungan satu sama lain. Dan Dream Theater menyajikan musik yang cenderung lebih bergaya orkestra serta tidak terlalu keras.
![Ilustrasi: blabbermouth.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/21/blabbermouth-5ba50a7d12ae944d763c9db3.jpg?t=o&v=770)
Konsep album dengan cerita secara utuh sebetulnya bukan hal baru bagi Dream Theater, karena jauh sebelum The Astonishing, Dream Theater pernah berkisah mengenai cerita misteri pembunuhan seorang wanita bernama Victoria yang kemudian menjadi membayangi kehidupan seorang pemuda bernama Nicholas. Konsep tersebut disajikan pada album Metropolis Pt. 2: Scenes from a Memory (1999). Hanya saja pada album album Metropolis Pt. 2: Scenes from a Memory warna musik progressive metal sangat kental terasa.
Tentunya janji untuk kembali mengusung warna musik progressive secara lebih dominan pada album ke-14 akan sangat menarik, karena bagaimana pun citra Dream Theater sebagai grup musik progressive metal sangat diharapkan untuk kembali menghentak pasar musik, dan dapat memenuhi keinginan para penggemar beratnya.
Untuk album ke-14 ini, Dream Theater telah sepakat untuk bekerja sama dengan label Sony Music, semoga saja pihak dari label rekaman tidak terlalu mengekang kebebasan ekspresi dari para personel Dream Theater untuk menyesuaikan gaya bermusik mereka dengan selera pasar musik saat ini.
Para personel Dream Theater perlu diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi ide mereka secara optimal, kebebasan ini yang didapatkan dari Roadrunner Records, sehingga album-album yang dirilis Roadrunner Records sangat menggambarkan ekspresi bermusik dari Dream Theater.
Mengikis Keraguan Terhadap Mike Mangini
Rasanya konyol jika meragukan kualitas dan kompetensi Mike Mangini dalam urusan menggebuk drum. Namun fakta ini yang terjadi dan sekaligus menimbulkan perdebatan di kalangan penggemar Dream Theater pasca Mike Portnoy hengkang di tahun 2010. Memang Mike Portnoy adalah salah satu pendiri dari Dream Theater, tetapi sebaiknya penggemar bisa move on dan menerima keberadaan Mike Mangini.
Mike Mangini sudah terlibat sejak penggarapan album A Dramatic Turn of Events (2011), Dream Theater (2013) dan berlanjut pada The Astonishing. Hasilnya tidak mengecewakan sama sekali, malah dapat membuktikan bahwa Mike Mangini sangat pantas mengisi pos drum di Dream Theater. Permainan Mike Mangini di ketiga album tersebut sangat berkarakter, tidak berada dalam bayang-bayang Mike Portnoy.
![Ilustrasi: dreamtheater.net](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/21/dsc-2691compcomp-5ba50be3aeebe16f81172da2.jpg?t=o&v=770)
***
Dari 13 album yang sudah dirilis Dream Theater, gaya bermusik dari setiap album tersebut dapat direpresentasikan sebagai berikut:
- Progressive : Images and Words, Awake (1994), Six Degrees and Inner Turbulence (2002), Scenes from a Memory.
- Heavy: Train of Thought (2003), Systematic Chaos (2007).
- Melodic/Light: Octavarium (2005), Dream Theater, The Astonishing, Falling Into Infinity (1997).
- Epic and Orchestral: Black Clouds and Silver Lining (2009), A Dramatic Turn of Events, When Dream and Day Unite (1989).
Jika anda adalah penggemar berat Dream Theater, ekspektasi di album ke-14 akan merujuk kepada gaya bermusik seperti apa? Dan apa saja kejutan dan komposisi dashyat dari album ke-14 ini? Semua penggemar Dream Theater harus tetap bersabar serta penasaran, karena album tersebut akan dirilis tahun 2019. Patut dinantikan.