Album ke-14 ini akan menjadi album dengan mengusung gaya bermusik dari Dream Theater di awal era tahun 1990-an. Jika ditinjau dari konsep tersebut, nampaknya Dream Theater akan kembali ke akar musiknya, yaitu progressive metal. Ya, cenderung akan lebih berat dan keras.
Akan berbeda tentunya jika membandingkan dengan The Astonishing (2016) yang merupakan album terakhir Dream Theater. The Astonishing merupakan sebuah album dengan konsep cerita secara utuh, di mana konten album ini bercerita dan saling berhubungan satu sama lain. Dan Dream Theater menyajikan musik yang cenderung lebih bergaya orkestra serta tidak terlalu keras.
Konsep album dengan cerita secara utuh sebetulnya bukan hal baru bagi Dream Theater, karena jauh sebelum The Astonishing, Dream Theater pernah berkisah mengenai cerita misteri pembunuhan seorang wanita bernama Victoria yang kemudian menjadi membayangi kehidupan seorang pemuda bernama Nicholas. Konsep tersebut disajikan pada album Metropolis Pt. 2: Scenes from a Memory (1999). Hanya saja pada album album Metropolis Pt. 2: Scenes from a Memory warna musik progressive metal sangat kental terasa.
Tentunya janji untuk kembali mengusung warna musik progressive secara lebih dominan pada album ke-14 akan sangat menarik, karena bagaimana pun citra Dream Theater sebagai grup musik progressive metal sangat diharapkan untuk kembali menghentak pasar musik, dan dapat memenuhi keinginan para penggemar beratnya.
Untuk album ke-14 ini, Dream Theater telah sepakat untuk bekerja sama dengan label Sony Music, semoga saja pihak dari label rekaman tidak terlalu mengekang kebebasan ekspresi dari para personel Dream Theater untuk menyesuaikan gaya bermusik mereka dengan selera pasar musik saat ini.
Para personel Dream Theater perlu diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi ide mereka secara optimal, kebebasan ini yang didapatkan dari Roadrunner Records, sehingga album-album yang dirilis Roadrunner Records sangat menggambarkan ekspresi bermusik dari Dream Theater.
Mengikis Keraguan Terhadap Mike Mangini
Rasanya konyol jika meragukan kualitas dan kompetensi Mike Mangini dalam urusan menggebuk drum. Namun fakta ini yang terjadi dan sekaligus menimbulkan perdebatan di kalangan penggemar Dream Theater pasca Mike Portnoy hengkang di tahun 2010. Memang Mike Portnoy adalah salah satu pendiri dari Dream Theater, tetapi sebaiknya penggemar bisa move on dan menerima keberadaan Mike Mangini.
Mike Mangini sudah terlibat sejak penggarapan album A Dramatic Turn of Events (2011), Dream Theater (2013) dan berlanjut pada The Astonishing. Hasilnya tidak mengecewakan sama sekali, malah dapat membuktikan bahwa Mike Mangini sangat pantas mengisi pos drum di Dream Theater. Permainan Mike Mangini di ketiga album tersebut sangat berkarakter, tidak berada dalam bayang-bayang Mike Portnoy.