Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Dilema Rokok, Antara Surplus dan Defisit Anggaran

4 Agustus 2018   21:08 Diperbarui: 21 Agustus 2018   13:24 2208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ditinjau dari kandungannya, sudah terbukti komposisi dalam sebatang racun dipenuhi oleh racun, dan sifatnya membahayakan bagi kesehatan manusia.

Berbagai penyakit telah terbukti pula dipicu oleh rokok. Penyakit seperti kanker, gangguan jantung, tekanan darah tinggi, dan juga untuk kaum hawa dapat menyebabkan permasalahan pada janin. Rokok menimbulkan risiko penyakit dan kematian, jawabannya secara tegas adalah betul.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok peringkat ke-3 terbesar di dunia setelah Tiongkon dan India.

Ya, setidaknya dalam hal ini kita perlu berpikir bagaimana rokok dapat berdampak terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat, ternyata berbanding terbalik dari pengaruhnya terhadap sumbangsih ekonomi secara umum.

Sampai tahun 2018 diperkirakan terdapat 60 juta jiwa perokok aktif di Indonesia, dan yang mengejutkan adalah 70% dari para perokok tersebut adalah masyarakat miskin dan anak-anak.

Ilustrasi: rhondasnaturesway.com
Ilustrasi: rhondasnaturesway.com
Dalam perspektif ini rokok akan menjadi persoalan, karena masyarakat dengan daya beli pas-pasan yang seharusnya berpikir terlebih dahulu untuk membeli kebutuhan pokok, ternyata masih menyisihkan uang untuk membeli rokok.

Pada Februari 2018, rokok menjadi salah satu pemicu inflasi sebesar 0,07% disamping makanan dan minuman. Artinya dalam perputaran uang pada periode tersebut masyarakat sangat rela untuk mengeluarkan uang untuk membeli rokok.

Rokok tidak seperti barang kebutuhan lainnya seperi halnya beras, telur atau daging ayam yang memang dibutuhkan manusia karena memang mengandung nutrisi bagi tubuh.

Rokok dipenuhi racun dan tanpa nutrisi serta tidak menyumbang kalori bagi manusia, tetapi pada kenyataannya setiap kali kebutuhan pangan melonjak naik banyak suara kritik dan keluhan mengenai berat biaya kebutuhan hidup, sedangkan untuk urusan rokok kendati naik setiap tahun hampir tidak ada keluhan dan rokok tetap saja dibeli.

Jika dihitung secara rata-rata harga sebungkus rokok adalah Rp. 20 ribu dan dirata-rata pula para perokok sebanyak 60 juta jiwa menghabiskan sebungkus untuk satu hari maka uang yang dibakar dalam satu hari berjumlah sangat fantastis.

Alangkah bergunanya jika uang Rp. 20 ribu disisihkan setiap hari kemudian dialokasikan untuk hal yang berguna seperti membeli asuransi kesehatan, mempersiapkan dana pendidikan atau simpanan keluarga.

Persoalan lainnya bagi masyarakat adalah terkait kesehatan. Diperkirakan setiap 10 menit ada 11 orang meninggal karena merokok. Dalam jangka panjang rokok memang menimbulkan berbagai penyakit berbahaya. Jika jumlah perokok terus meningkat karena anak-anak juga ternyata mulai tercemar untuk menjadi perokok, dapat dibayangkan masa depan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun