Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memahami Pendidikan Seks di Lingkungan Keluarga

5 Juli 2018   20:39 Diperbarui: 5 Juli 2018   21:37 4344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: silentsorority.com

Frank Harris (1855-1931) seorang penulis dan sutradara kelahiran Republik Irlandia pernah mengatakan, "Sex is the gateway to life." Agaknya jika ditinjau dari aspek ilmu pengetahuan, khususnya biologi, pernyataan Frank Harris betul juga.

Berbicara dari segi ilmiah, kehidupan seorang manusia sebelum terlahir dari rahim seorang ibu berawal dari hubungan suami istri atau hubungan seks yang dilakukan.

Seks sejatinya sangat erat dalam kehidupan umat manusia, walaupun masih terdapat stigma bagi sebagian orang dengan menganggap seks merupakan sesuatu hal yang tabu. Sehingga pembahasan seks seolah menjadi sakral, terbatas bahkan tanggung serta penuh kecanggungan.

Dalam budaya masyarakat Indonesia, di mana batas adat istiadat dan budaya ketimuran dengan tata krama dan sopan santun dijadikan sebagai pakem untuk berinteraksi antar personal, dan seks masih dianggap sebagai subjek yang kurang sopan untuk dibicarakan. Terlebih jika dibicarakan dengan sosok yang lebih tua dalam keluarga.

Persoalannya adalah ketika pola hidup masyarakat semakin canggih dalam mengakses informasi, salah satunya mengenai seks, dalam kehidupan berkeluarga sangat memungkinkan jika ada sosok, katakanlah, anak yang mendapatkan informasi seks secara masif atau salah dalam memahami seks. Tentunya hal ini bisa menjadi masalah di kemudian hari jika tidak ditanggulangi secara hati-hati.

Pemahaman tentang seks tanpa disertai dengan kematangan pribadi seseorang dapat berakibat sangat fatal, dapat dibayangkan seorang anak dengan tingkat kepribadian dan nalar yang masih sangat terbatas tiba-tiba terpapar informasi atau hal-hal lain terkait seks.

Dengan segala ketanggungannya kemudian anak tersebut melakukan sesuatu hal yang tidak diinginkan.

Sebagai contoh adalah (mohon maaf) adanya kehamilan pelajar di luar nikah dari hubungan seks bebas.

Jika kondisinya sudah seperti ini, tentunya sangat sulit untuk diterima dan dihadapi, seringkali dianggap sebagai aib bagi keluarga.

Namun apakah sepenuhnya salah anak itu?

Ada juga orang tua yang kebingungan untuk menjelaskan ketika ada anak bertanya, "Dari mana asalnya saya sehingga bisa dilahirkan?"

Cara paling mudah untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah dengan menjelaskan berdasarkan aspek reliji, dijawab saja diciptakan Tuhan. Jawaban itu tentunya tidak salah, bahkan sangat benar.

Namun tidak ada salahnya juga jika persoalan seks dijelaskan kepada anak, tentunya hal ini membutuhkan proses. 

Artinya, komunikasi dan pendidikan seks dalam sebuah keluarga merupakan suatu kebutuhan dan keharusan di era keterbukaan dan bebas seperti saat ini.

Tujuannya, agar anak dalam keluarga memiliki pengetahuan dan pandangan mumpuni dalam hal seks, sehingga dapat menyikapinya secara tepat dan bertanggung jawab.

Pembahasan Seks Dalam Keluarga

Keluarga adalah komunitas utama dan penting dalam hal pendidikan seks. Karena dalam keseharian hampir seluruh aktivitas manusia senantiasa berada dalam ruang lingkup keluarga.

Jadi, sebetulnya, pendidikan dan penjelasan mengenai seks dapat dimulai dari pembicaraan antara anak dan orang tua dalam hubungan keluarga.

Hubungan Antara Anak dan Orang Tua

Agar dialog mengenai pendidikan seks dapat mengalir dan terjalin dalam konteks yang sesuai dengan pertumbuhan anak diperlukan suatu hubungan harmonis dan erat antara anak dan orang tua.

Hanya dengan cara ini kita dapat mengenali karakter satu sama lain. Melalui kedekatan ini akan terjalin komunikasi yang cair dan terbuka.

Prinsip mengenai orang tua berperan sebagai teman bagi seorang anak merupakan hal tepat, karena biasanya komunikasi dengan teman dekat dilakukan tanpa rasa canggung. Sehingga, kita dapat saling mengetahui sikap dan perilaku masing-masing.

Komunikasi yang terjalin dengan penuh kecanggungan akan menjadi tidak efektif, karena setiap personal yang terlibat merasa tidak memiliki keharusan untuk berterus terang, apalagi dengan topik pembahasan yang perlu disampaikan secara saksama, seperti halnya seks.

Ilustrasi: motherbabychild.com
Ilustrasi: motherbabychild.com
Komunikasi dengan didasari hubungan erat dalam keluarga merupakan fondasi bagaimana sebuah keluarga dapat menjadi solid dan saling memahami satu sama lain. Harmonis.

Orang tua dapat mengetahui segala kegiatan anaknya dan juga pergaulan mereka, di sisi lain anak akan merasa diperhatikan dan dihargai oleh orang tua.

Sehingga jika ada masalah terkait seks, penjelasan dan pembahasan dapat dilakukan dengan mengacu kepada kondisi dan lingkungan keluarga serta pergaulan anak.

Komunikasi Disesuaikan dengan Fase Pertumbuhan Anak

Cara penyampaian untuk mengkomunikasikan persoalan sensitif seperti halnya seks sebaiknya memperhatikan juga fase pertumbuhan anak.

Hal ini penting pula, karena faktor kesiapan dalam hal daya tangkap dan pemahaman anak mengalami siklus sesuai dengan perkembangan usia.

Jika pertumbuhan anak dapat dideskripsikan secara sederhana dari bayi, balita, anak usia sekolah sampai pra remaja dan remaja, tentunya setiap fase ini anak juga mengalami perkembangan dalam pembentukan karakter dan kepribadian serta perubahan fisik. Hal itu tentunya terkait juga dengan cara pandang dan berpikir dari seseorang.

Sudah pasti cara kita untuk menyampaikan suatu hal akan berbeda antara berbicara dengan anak usia balita dan anak usia sekolah.

Ilustrasi: pioneerpodiatry.com
Ilustrasi: pioneerpodiatry.com
Penyampaian tema seks dapat dikomunikasikan beriringan dengan fase tersebut, misalnya dengan anak usia sekolah dapat dijelaskan mengenai pentingnya menjaga kebersihan alat reproduksi, sehingga anak mulai dibiasakan untuk menjaga dirinya dan bertanggung jawab atas alat reproduksinya.

Secara perlahan model komunikasi seperti ini dapat diarahkan betapa pentingnya fungsi dari alat reproduksi pada tubuhnya, perlu dijaga dan digunakan secara bijaksana.

Ketika anak mulai memasuki usia yang dapat memahami persoalan seks dengan kapasitas lebih lanjut, dapat disampaikan mengenai seks yang benar dan bertanggung jawab, bahwa seks merupakan bagian dari kehidupan manusia, hanya dapat dilakukan dalam hubungan pernikahan.

Ketika anak mulai memahami konsep seks dengan benar dan terarah melalui proses yang sesuai, pada akhirnya anak diharapkan dapat memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga dirinya dari perilaku seks menyimpang atau seks bebas.

Disampaikan Secara Sederhana dan Dapat Dimengerti

Untuk penjelasan topik seks sebaiknya disampaikan secara sederhana, dapat menggunakan pendekatan ilmiah.

Kemudian penjabaran dikomunikasikan dengan konteks yang dapat dipahami oleh anak.

Pendekatan seperti ini dapat disampaikan secara menarik dan berkualitas karena konten pembahasan mengandung muatan ilmu pengetahuan.

Bahasa yang sederhana dengan disertai metode kreatif membuat anak dapat lebih menangkap maksud penjelasan yang disampaikan orang tua.

Semakin anak bertumbuh dewasa dengan kepribadian matang, maka konten pembahasan dapat semakin disesuaikan kebutuhannya.

Pada tahap anak telah dewasa, konteks seks dalam ruang lingkup hubungan pria dan wanita dapat dipahami secara komprehensif, tujuan serta manfaatnya.

Ilustrasi: alysonschafer.com
Ilustrasi: alysonschafer.com
Hal penting yang perlu dalam menyampaikan topik seks adalah mengimbanginya dengan pemahaman akan nilai-nilai religius dan etika. Sehingga pemahaman soal seks tidak hanya dimengerti dari aspek ilmiah dan siklus kehidupan semata.

Namun dapat pula dipahami dari aspek spiritual, agar anak dapat bertindak secara lebih bertanggung jawab dan juga yakin bahwa pemahamannya untuk menjaga diri agar tidak terjerumus dalam seks bebas adalah tindakan tepat.

Tujuan Utama Pembahasan dan Pendidikan Seks Dalam Keluarga

Tirto Husodo mengungkapkan tujuan dari pendidikan seks adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja. Tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama, dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang.

Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan.

Hal positif bagi orang tua adalah setidaknya tidak perlu terlalu risau anaknya akan terjerumus dalam pergaulan yang berujung pada seks bebas atau menyimpang.

Karena orang tua telah mengenal karakter dan kepribadian anak, walaupun pengawasan terhadap pergaulan dan gaya hidup anak tetap harus dilakukan secara seksama.

***

Topik mengenai seks sebetulnya tidak hanya membicarakan hubungan antara pria dan wanita, tetapi dalam ruang lingkup lebih luas juga menyangkut perkembangan emosi dan juga faktor kesehatan.

Ada baiknya seks tidak dipandang sebagai sesuatu hal yang tabu, tetapi sebagai topik yang membutuhkan kematangan dan arah yang tepat serta jelas dalam menyampaikannya.

Dan memang penyampaian informasi yang baik dan benar seputar seks bagi remaja menjadi hal penting, sehingga generasi muda sebagai penerus bangsa dapat menyikapi hasrat naluri alamiahnya dengan pikiran yang jernih dan tentunya bertanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun