Bagi saya Yogyakarta merupakan sebuah kota dengan penuh pesona dan kenangan. Kunjungan demi kunjungan yang telah saya lakukan tidak pernah menyurutkan minat terhadap daerah istimewa ini. Sebuah kota budaya dengan geliat modernisasi, berupaya untuk membangun perekonomian daerah dari sektor pariwisata.Â
Potensi wisata Yogyakarta memang cukup menjanjikan mulai dari wisata kuliner, wisata alam, wisata sejarah dan budaya serta wisata belanja, semuanya dapat ditelusuri di Yogyakarta. Saya menjadikan Yogyakarta sebagai tempat pelarian dari rasa jemu terhadap pekerjaan dan aktivitas rutin.
Jam menunjukan pukul 5.45 WIB, secangkir kopi pahit baru saja terseruput sedikit, tiba-tiba rekan baik saya yang tinggal di Yogyakarta sudah memanggil agar saya bersiap untuk ikut ke Pasar Pathuk, mencari sarapan pagi. Sejak tiba di Yogyakarta pada malam hari sebelumnya memang saya tidak sempat makan apapun, jadi nampaknya tawaran untuk mencari sarapan pagi tidak dapat ditampik.Â
Saya berpikir baru saja terbangun, hari masih pagi ternyata sudah diajak wisata kuliner, sebuah sambutan hangat dan bersahabat dari tuan rumah. Kemudian kami bergegas berangkat menuju Pasar Pathuk, disertai dengan rasa lapar dan penasaran.
Menikmati Sego Gurih dan Jajan di Pasar Pathuk
Di tengah perjalanan menuju Pasar Pathuk lantas saya bertanya, seputar makanan unik yang dijajakan di sana. Ternyata jawaban dari rekan saya malah mengusulkan jika mencari kuliner khas di pagi hari lebih baik mencoba sego gurih. Dari namanya saja sudah membuat penasaran, akhirnya saya setuju, lantas kami terlebih dahulu menuju jalan Urip Sumoharjo. Â Ternyata sego gurih yang diceritakan rekan saya itu dijajakan dengan sederhana oleh seorang mbah, tetapi bagi saya kuliner dengan gaya sederhana mencerminkan nilai budaya asli.
Ternyata sego gurih menu istimewa. Nasi dimasak dengan kelapa parut, daun salam, daun pandan, bawang merah dan putih. Untuk lauk pendampingnya dapat memilih kedelai goreng, suiran daging ayam, serundeng atau irisan telur. Setelah membeli sego gurih kami melanjutkan perjalanan menuju Pasar Pathuk.
Sebagai pecinta kue jajanan khas pasar, saya membeli beberapa kue basah. Beragamnya jajanan di pasar Pathuk sungguh menggoda, membuat saya lapar mata. Rasanya semua jajanan ingin dicoba, saran saya jika berkunjung ke pasar Pathuk, awas jangan sampai kalap dan lupa diri, godaannya berat. Apalagi bagi rekan-rekan yang menjalani diet. Setelah menelusuri pasar Pathuk, kami pun kembali dan menikmati sarapan pagi, sego gurih berikut martabak telur dari pasar Pathuk. Nikmat.
Di Bawah Air Pantai Sadranan dan Berkenalan Dengan Wanita Jerman
Urusan perut selesai dengan ditandai rasa kenyang, saya bersiap untuk melakukan aktivitas wisata alam ke Pantai Sadranan. Dari kota Yogyakarta jarak menuju pantai Sadranan adalah sekitar 70 kilometer dengan waktu tempuh kira-kira 2 jam.Â
Pantai Sadranan terletak di Dusun Pulegundes, Kabupaten Gunung Kidul. Rute yang ditempuh dari Yogyakarta melalui jalanan Wonosari, kemudian terus melewati beberapa pantai. Berhubung pantai Sadranan ini terletak di ujung jika dibandingkan pantai lainnya, maka jika berkunjung ke pantai Sadranan perlu sedikit kesabaran.
 Waktu tempuh dan jarak lumayan jauh terbayar tuntas oleh keindahan panorama pantai Sadranan. Pasir putih terbentang dengan aroma air laut yang terhirup melalui udara di tepi pantai terasa menyegarkan. Pantai Sadranan tergolong belum banyak dikunjungi turis jika dibandingkan pantai lain di sekitarnya. Ketika saya tiba di pantai Sadranan kondisinya pun tidak terlalu ramai.
Selain menikmati keindahan alam di tepi pantai, kita juga dapat menyaksikan keelokan terumbu karang. Saya pun lantas mencoba untuk menjelajah area di dalam air pantai Sadranan, cukup dengan uang 35 ribu rupiah kita dapat menyewa peralatan snorkeling lengkap disertai pemandu dan foto di bawah air. Â
Hal penting sebelum melakukan snorkeling adalah pastikan kondisi tubuh dalam keadaan betul-betul sehat, karena aktivitas ini cukup menguras tenaga. Kemudian pemandu memberikan petunjuk bagaimana caranya untuk melakukan snorkeling. Sesudah itu saya diajak untuk melintas pantai dan mulai memasuki area terumbu karang.
Rasa air kelapa muda terasa nikmat mengalir dari mulut ke tenggorokan. Air kelapa muda belum habis, tiba-tiba pandangan saya terpesona oleh kehadiran dua orang wanita bule cantik di tempat yang sama. Mereka rupanya ingin memesan makanan tetapi terkendala bahasa karena penjual makanan di tempat tersebut tidak bisa berbahasa Inggris.
Kemudian saya mencoba untuk memediasi kedua bule tersebut dengan penjual makanan. Saya mencoba menawarkan bantuan dengan menggunakan bahasa Inggris, kemudian saya memesankan makanan yang mereka inginkan. Dan saya pun berkenalan, ternyata kedua bule tersebut berasal dari Stuttgart, Jerman, bernama Lulu dan Matilda. Kami pun lantas mengobrol sambil bersantap. Akhirnya saya merasakan manfaat dari pelajaran bahasa Jerman yang dulu pernah saya pelajari.Â
Walaupun tidak fasih tetapi saya masih bisa mengucapkan beberapa kalimat dan istilah dalam bahasa Jerman. Tak lupa saya mengajari Lulu dan Matilda beberapa kalimat bahasa Indonesia. Obrolan yang kami lakukan bercampur antara sedikit bahasa Jerman, sedikit bahasa Indonesia, tentunya banyak menggunakan bahasa Inggris. Lulu dan Matilda terkesan dengan Yogyakarta, saya merekomendasikan Bali sebagai tujuan mereka jika berkunjung ke Indonesia lagi.
Dari pantai Sadranan saya pun mengunjungi tempat wisata populer  lainnya, yaitu Candi Prambanan. Wisata sejarah sekaligus wisata budaya, bagi saya merupakan hal menarik. Saya merupakan penggemar sejarah sehingga jika berkunjung ke lokasi wisata seperti Candi Prambanan tidak akan merasa bosan.
 Terletak di kecamatan Prambanan, Sleman, Candi Prambanan merupakan situs warisan dunia yang telah disahkan oleh UNESCO. Selain itu Candi Prambanan merupakan salah satu candi terindah di kawasan ASEAN, di Indonesia merupakan candi Hindu terbesar.Â
Menurut catatan arkeologi, Candi Prambanan diperkirakan mulai dibangun sejak tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan dan dilanjutkan oleh Balitung Maha Sambu, sebagai tempat untuk ibadah kepada Trimurti dalam ajaran Hindu yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Pusat bangunan Candi Prambanan terletak di bagian tengah yaitu Candi Siwa dengan tinggi sekitar 47 meter.
Tetapi terpaksa dipindahkan ke Stadion Kridosono karena ditentang oleh kalangan arkeolog, karena getaran dari sound konser dikhawatirkan akan merusak struktur bangunan candi. Saya sebagai salah satu dari penonton konser Dream Theater sempat kecewa juga dengan pemindahan tempat konser, namun rasanya alasan dari kalangan arkeolg tersebut cukup masuk akal. Bagaimana pun Candi Prambanan merupakan warisan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan.
***
Usai mengunjungi Candi Prambanan ternyata hari mulai senja, matahari mulai beranjak ke arah barat. Tak terasa malam mulai menjelang. Kemudian saya pun beranjak kembali ke hotel. Yogyakarta memang daerah istimewa. Terlebih kunjungan kali ini semakin berkesan karena pertemuan dan perkenalan saya dengan teman baru asal Jerman yaitu Lulu dan Matilda.