Urusan perut selesai dengan ditandai rasa kenyang, saya bersiap untuk melakukan aktivitas wisata alam ke Pantai Sadranan. Dari kota Yogyakarta jarak menuju pantai Sadranan adalah sekitar 70 kilometer dengan waktu tempuh kira-kira 2 jam.Â
Pantai Sadranan terletak di Dusun Pulegundes, Kabupaten Gunung Kidul. Rute yang ditempuh dari Yogyakarta melalui jalanan Wonosari, kemudian terus melewati beberapa pantai. Berhubung pantai Sadranan ini terletak di ujung jika dibandingkan pantai lainnya, maka jika berkunjung ke pantai Sadranan perlu sedikit kesabaran.
 Waktu tempuh dan jarak lumayan jauh terbayar tuntas oleh keindahan panorama pantai Sadranan. Pasir putih terbentang dengan aroma air laut yang terhirup melalui udara di tepi pantai terasa menyegarkan. Pantai Sadranan tergolong belum banyak dikunjungi turis jika dibandingkan pantai lain di sekitarnya. Ketika saya tiba di pantai Sadranan kondisinya pun tidak terlalu ramai.
Selain menikmati keindahan alam di tepi pantai, kita juga dapat menyaksikan keelokan terumbu karang. Saya pun lantas mencoba untuk menjelajah area di dalam air pantai Sadranan, cukup dengan uang 35 ribu rupiah kita dapat menyewa peralatan snorkeling lengkap disertai pemandu dan foto di bawah air. Â
Hal penting sebelum melakukan snorkeling adalah pastikan kondisi tubuh dalam keadaan betul-betul sehat, karena aktivitas ini cukup menguras tenaga. Kemudian pemandu memberikan petunjuk bagaimana caranya untuk melakukan snorkeling. Sesudah itu saya diajak untuk melintas pantai dan mulai memasuki area terumbu karang.
![Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/05/pict0029-5aed706ecf01b452f6764283.jpg?t=o&v=555)
![Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/05/sadranan-5aed711acf01b461f7040032.jpg?t=o&v=555)
Rasa air kelapa muda terasa nikmat mengalir dari mulut ke tenggorokan. Air kelapa muda belum habis, tiba-tiba pandangan saya terpesona oleh kehadiran dua orang wanita bule cantik di tempat yang sama. Mereka rupanya ingin memesan makanan tetapi terkendala bahasa karena penjual makanan di tempat tersebut tidak bisa berbahasa Inggris.
Kemudian saya mencoba untuk memediasi kedua bule tersebut dengan penjual makanan. Saya mencoba menawarkan bantuan dengan menggunakan bahasa Inggris, kemudian saya memesankan makanan yang mereka inginkan. Dan saya pun berkenalan, ternyata kedua bule tersebut berasal dari Stuttgart, Jerman, bernama Lulu dan Matilda. Kami pun lantas mengobrol sambil bersantap. Akhirnya saya merasakan manfaat dari pelajaran bahasa Jerman yang dulu pernah saya pelajari.Â
Walaupun tidak fasih tetapi saya masih bisa mengucapkan beberapa kalimat dan istilah dalam bahasa Jerman. Tak lupa saya mengajari Lulu dan Matilda beberapa kalimat bahasa Indonesia. Obrolan yang kami lakukan bercampur antara sedikit bahasa Jerman, sedikit bahasa Indonesia, tentunya banyak menggunakan bahasa Inggris. Lulu dan Matilda terkesan dengan Yogyakarta, saya merekomendasikan Bali sebagai tujuan mereka jika berkunjung ke Indonesia lagi.
![Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/05/20170224-143157-5aed7009dd0fa8760703b932.jpg?t=o&v=555)