Komik adalah cerita yang disajikan dalam bentuk gambar yang menarik. Berbagai genre komik memiliki penggemarnya tersendiri, ada cerita superhero, manga atau komik Jepang, komik Eropa seperti halnya Tintin dan Asterix, bahkan ada juga komik dengan jalan cerita yang serius. Bagi para penggemar komik, mengikuti cerita komik bersambung merupakan hobi yang mengasyikan.
Saat ini komik telah menjadi bagian dari budaya pop yang cukup menonjol. Gaya dan penampilan karakter-karakter kerap menginspirasi para penggemarnya, bahkan ditiru dan diperlombakan pagelaran kostum dari karakter tersebut. Maka tidak heran, maraknya festival yang diselenggarakan karena peminatnya memang banyak.
Indonesia yang sebagai salah satu negara dengan potensi industri kreatif yang cukup menjanjikan memang memiliki basis penggemar komik yang fanatik  sejak dulu. Ada suatu masa komik Indonesia mengalami masa puncak dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri, yang kemudian komik serta para penulisnya menjadi legenda dan menginspirasi budaya pop di negeri ini.
Berbicara mengenai komik yang menjadi pelopor lahirnya ide kreativitas para komikus di Indonesia, ada baiknya kita kembali ke masa tahun 1930 ketika komik strip perdana dirilis di Indonesia. Serial komik strip dengan judul Si Put On. Serial tersebut dipublikasikan melalui harian Sin Po, sebuah surat kabar Tionghoa berbahasa Melayu.
Serial ini menceritakan karakter bernama Put On, karakter yang digambarkan sebagai seorang peranakan Tionghoa yang hidup di Jakarta pada masa itu. Put On ditampilkan sebagai karakter bujangan yang bertumbuh tambun dan sering mengalami kesialan dengan berbagai perangainya yang penuh kekonyolan.
Dalam serial ini diceritakan bahwa Put On hidup bersama ibu serta kedua adiknya. Jika ditinjau dari segi konten cerita, ide yang diangkat menjadi bahan cerita komik Si Put On berasal dari kejadian hidup sehari-hari.
Kemudian cerita tersebut berkembang dengan memasukan unsur politik, sosial dan budaya. Kesederhanaan dan relevansi cerita yang diangkat dengan kehidupan masyarakat pada umumnya membuat komik Si Put On mendapatkan sambutan yang baik dari para pembaca di kala itu.
Sosok yang menciptakan karakter Si Put On adalah Kho Wan Gie (1903-1983). Komikus yang sempat menimba ilmu di Washington tersebut adalah seorang seniman multitalenta. Kho Wan Gie tidak hanya mahir menggambar, tetapi juga memiliki keahlian bermain saksofon dan piano.
Melalui goresan tangannya, komik Si Put On beredar selama 35 tahun. Sebuah rentang waktu yang cukup lama untuk ukuran komik di Indonesia.
Setelah Si Put On berhasil memiliki penggemar yang menyukai aksi kocaknya, komik Indonesia senantiasa berkembang. Pada masa tahun 1950-an, muncul komik strip dengan genre kepahlawanan karya Abdulsalam, dengan judul "Kisah Pendudukan Jogja" yang mengangkat cerita dengan latar belakang agresi militer Belanda ke Yogyakarta.
Pada era tahun 1955, R.A. Kosasih salah satu komikus legendaris Indonesia juga mulai menulis cerita dengan judul "Sri Asih" yang terinspirasi Wonder Woman. Namun karena dianggap terlalu barat, akhirnya genre R.A. Kosasih (1919-2012) berubah, kelak akan banyak menulis komik dengan latar cerita pewayangan yang menjadi bagian dari sejarah komik Indonesia.
Hasil karya-karya R.A. Kosasih menampilkan kisah pewayangan yang banyak memuat konten kearifan lokal, sehingga karya-karyanya sangat digemari.
Era Komik Silat
Memasuki era 1960-an banyak bermunculan komik yang menceritakan petualangan para pendekar di dunia persilatan. Komik silat menjadi primadona. Salah satu komikus yang mengemuka adalah Ganes TH (1935-1995), dari tangan komikus ini lahir kisah Badra Mandrawata yang dikenal dengan Si Buta Dari Goa Hantu, kemudian Si Djampang, dan komik laris lainnya.
Ternyata kepiawaian Ganes TH  dalam membuat komik  terinspirasi  Kho Wan Gie, sehingga Ganes TH berani mengambil keputusan untuk menjadi komikus profesional. Komikus lain yang seangkatan dengan Ganes TH dan cukup disegani adalah Jan Mintaraga (1942-1999) dengan berbagai karyanya, antara lain cerita silat Kelelawar dan Teror Macan Putih. Untuk komikus yang terkenal dengan genre drama ada nama Teguh Santosa (1942-2000).
Saking lakunya komik-komik ini di pasaran, akhirnya menarik minat para sineas lokal untuk mengangkat kisah dari komik-komik tersebut menjadi film layar lebar. Si Buta Dari Goa Hantu yang dibintangi Ratno Timoer menjadi salah satu film silat lokal yang sukses di bioskop.
Era Komik Superhero Indonesia
Gundala karya Hasmi (1946-2012) bukan satu-satunya superhero Indonesia yang dikenal melalui komik. Selain Gundala Putera Petir, komik Indonesia dengan genre superhero juga diramaikan oleh Aquanus dan Godam karya Wid NS, dan masih banyak karakter lain.
Namun pelopor dari genre superhero adalah Gundala Putera Petir, kisah seorang insinyur bernama Sancaka yang memiliki kekuatan lari secepat kilat dan mampu menangkap petir. Ide Hasmi menciptakan karakter Gundala berasal dari karakter The Flash karya Gardner Fox dan Harry Lampert, Â dengan kombinasi karakter asli Jawa Ki Ageng Sela yang memiliki kemampuan menangkap petir.Â
Gundala merupakan komik yang memiliki penggemar fanatik, sehingga kisah Gundala juga diangkat menjadi film pada tahun 1981 dengan dibintangi oleh Teddy Purba, sedangkan pada 2018 Gundala akan difilmkan kembali oleh sutradara Joko Anwar.
Invasi komik Jepang dan Eropa pada era 1980-an membuat komik Indonesia tersisih secara perlahan tapi pasti. Komik Jepang yang menawarkan cerita dengan balutan budaya pop gaya Jepang serta berbagai variasi cerita yang menarik menjadi daya tarik bagi para pecinta komik di Indonesia.
Jepang memang negara dengan ekonomi kreatif yang cukup maju sehingga manga atau komik Jepang menjadi komoditas yang dapat dijual ke negara-negara Asia, termasuk Indonesia.
Tetapi pada masa suram komik Indonesia, masih ada genre komik yang memiliki penggemar yaitu komik humor seperti cerita Petruk yang ditulis Tatang S. Kemudian di beberapa surat kabar hadir karakter seperti Doyok, Ali Oncom, Om Pasikom dalam format komik strip seperti Si Put On.
Komik strip yang hadir di surat kabar ternyata menjadi oase di tengah gersangnya karya komikus lokal, komik seperti Panji Koming yang penuh sindiran sosial dengan latar belakang jaman Majapahit kerap dinanti. Sampai pada era tahun 2000-an muncul komik strip yang sangat fenomenal yaitu Benny & Mice. Kisah 2 orang pemuda yang penuh kekonyolan, dengan jalan cerita yang sederhana.
Komik Indonesia Saat Ini
Jika menyimak perkembangan komik Indonesia, karakter-karakter legendaris seperti halnya Si Buta Dari Goa Hantu dan Gundala Putera Petir ternyata masih digemari. Upaya mulai dari cetak ulang sampai dengan kisah-kisah tersebut dituliskan oleh komikus era saat ini, menjadi pertanda tingginya minat pecinta komik terhadap karakter komik lama.
Tetapi komik-komik baru pun bermunculan, seperti halnya God Complex yang diterbitkan pada tahun 2015. Kemudian kisah Si Juki yang juga lucu dan konyol, bahkan akan diangkat menjadi film. Komik Indonesia mulai menggeliat dan masih memiliki potensi untuk berkembang dan bersaing dengan komik impor.
Komik sejatinya merupakan bagian dari kreativitas anak bangsa yang patut mendapat perhatian untuk menumbuhkan ekonomi kreatif. Sebagaimana Jepang yang telah lama berhasil mengembangkan ekonomi kreatif kemudian menjualnya kepada berbagai negara. Melalui komik pula budaya suatu negara dapat dipromosikan dan akhirnya dapat mendorong kemajuan industri pariwisata.
 (Sumber literatur: kompas.com, sejarahri.com, alabn.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H