Candi Arjuna merupakan salah satu dari kelompok bangunan candi yang dinamakan Candi Dieng. Menurut literatur sejarah yang dikutip dari candi.perpunas.go.id, Candi Dieng disinyalir merupakan salah satu bangunan candi tertua di Indonesia dengan estimasi pembangunan pada wangsa raja-raja Sanjaya pada akhir abad ke 8 M dan awal abad 9 M. Dan pada masa kolonial, bangunan candi ini ditemukan oleh kalangan tentara Inggris pada tahun 1814 dalam kondisi terendam air. Pada tahun 1856 , seorang Belanda bernama J van Kinbergens mengupayakan pembersihan dan pengeringan Candi Dieng.
Sesuai dengan nama yang disematkan, Candi Dieng merupakan candi yang dibangun pada masanya dengan tujuan spiritual untuk kegiatan penganut ajaran agama Hindu. Dengan adanya pengaruh dari kebudayaan India, bangunan candi di sekitar Dieng dinamakan dengan menggunakan karakter pewayangan Mahabarata, seperti halnya yang terdapat di komplek Candi Arjuna.
Faktor sejarah dan keunikan dari Candi Arjuna merupakan salah satu potensi wisata Dataran Tinggi Dieng, sehingga sejak tahun 2010 Dinas Pariwisata Banjarnegara dan Kelompok Sadar Wisata  menggunakan Candi Arjuna sebagai salah satu daya tarik acara tahunan yang dikenal dengan nama Festival Budaya Dieng.
Kawah Sikidang
Dataran Tinggi Dieng memiliki beberapa tempat dengan aktivitas vulkanik yang masih aktif, salah satu yang cukup terkenal adalah Kawah Sikidang. Namun Kawah Sikidang kendati tergolong  sebagai area vulkanik aktif ternyata aman untuk dikunjungi dan cukup populer di kalangan wisatawan.
Kawah Sikidang berlokasi pada sebuah area yang sangat luas dan terdiri dari beberapa kolam kawah. Ternyata aktivitas kawah di area ini sangat unik, karena aktivitas kawah dapat berpindah-pindah kolam dari satu kolam ke kolam lainnya. Masyarakat menamakannya sebagai Kawah Sikidang karena perpindahan aktivitas kawah tersebut menggambarkan kebiasaan hewan kidang (kijang) yang senantiasa melompat.
Pengunjung dapat menyaksikan secara langsung aktivitas vulkanik yang berupa letupan gas di lumpur panas yang tergenang dalam kolam kawah. Untuk alasan keamanan, di setiap kolam kawah dibatasi oleh pagar sehingga dapat menjaga jarak aman antara kolam kawah dan pengunjung yang melihat fenomena vulkanik tersebut.
Pengunjung juga dapat membeli hidangan berupa telur yang direbus langsung dari kolam kawah. Jika pada umumnya kita menikmati telur yang direbus oleh air mendidih, maka di Kawah Sikidang dengan harga sekitar 5 ribu rupiah kita dapat mencoba telur yang matang direbus oleh panasnya uap dan kawah vulkanik.Â
Dan ternyata rasa telur yang matang oleh rebusan kolam kawah tersebut memiliki sedikit aroma belerang, tetapi berdasarkan pengalaman rekan yang mencoba untuk mencicipinya untuk ukuran rasa tidak jauh berbeda dengan telur rebus pada umumnya. Bagi para penggemar foto, di sekitar area Kawah Sikidang juga disediakan beberapa tempat dengan aneka ornamen yang menarik, mulai dari bunga sampai berfoto dengan burung hantu.