Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jejak Sang Laksamana di Kota Lunpia

10 Februari 2018   13:41 Diperbarui: 10 Februari 2018   13:59 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika menggunakan pesawat terbang dari Jakarta hanya membutuhkan 1 jam untuk sampai ke kota Semarang.  Bandara Ahmad Yani Semarang berada tak jauh dari tengah kota, sehingga untuk menuju pusat kota Semarang tidak membutuhkan waktu lama. Seperti kota lainnya di provinsi Jawa Tengah, Semarang merupakan sebuah kota yang memiliki ciri khas dan daya tarik. Salah satu ciri khas yang melekat dengan kota Semarang adalah klenteng Sam Poo Kong. Dan saya akan mengunjungi klenteng legendaris tersebut.

***

Alkisah di Tiongkok ketika Dinasti Ming berkuasa, hidup seorang laksamana yang namanya cukup terkenal, yaitu Zheng He atau Cheng Ho (1371-1433). Laksamana Cheng Ho merupakan orang kepercayaan Kaisar Yongle di angkatan laut kekaisaran Ming.

Dinasti Ming kala itu merupakan kekaisaran yang besar dan disegani di dunia, maka sebagai sebuah kekaisaran besar urusan diplomatik dan perdagangan lintas negara merupakan hal yang sangat penting. Laksamana Cheng Ho mengemban misi untuk berkeliling ke berbagai negara guna menjalin hubungan diplomatik. Sebagai perwakilan Dinasti Ming, Laksamana Cheng Ho membawa rombongan yang cukup besar, dan perjalanan melalui laut dilakukan dalam beberapa periode. Dalam perjalanannya, Laksamana Cheng Ho ternyata sempat singgah beberapa kali ke wilayah Nusantara, tercatat pernah singgah di Palembang dan Semarang.

Singgahnya rombongan Laksamana Cheng Ho di Semarang menurut cerita rakyat berawal ketika berlayar di sekitar laut Jawa, ada salah seorang awak kapal yang sakit, sehingga Laksamana Cheng Ho memutuskan untuk singgah terlebih dahulu. Kemudian rombongan mendarat di desa Simongan. Setelah di daratan, Laksamana Cheng Ho yang merupakan seorang Muslim menemukan gua batu dan dipergunakannya untuk semedi dan sembahyang. Laksamana Cheng Ho untuk sementara waktu menetap di situ. Gua batu  yang memiliki mata air ini merupakan tempat yang diyakini pernah disinggahi Laksamana Cheng Ho dan kemudian untuk menghormati sosok Laksamana Cheng Ho, di tempat tersebut didirikan tempat ibadah dan ziarah yang kemudian dikenal dengan nama Sam Poo Kong.

***

(Dokumentasi pribadi)
(Dokumentasi pribadi)
Saya adalah penggemar sejarah, sehingga Sam Poo Kong merupakan tempat yang harus saya kunjungi di kota lumpia ini. Terletak di jalan Simongan nomor 129 Semarang Barat, lokasinya tidak jauh dari pusat kota. Ketika sampai di depan gerbang utama terlihat warna merah mendominasi bangunan klenteng ini.

Plesiran ke klenteng Sam Poo Kong ternyata tidak membutuhkan biaya mahal, dengan tiket masuk Rp 20.000, kita dapat menikmati eksotisme campuran budaya Tionghoa dan Jawa klasik. Jika anda penggemar budaya Tionghoa, berwisata ke komplek klenteng Sam Poo Kong menjadi pilihan yang menarik. Bahkan ketika rekan melihat foto saya di depan salah satu bangunan, dia meyangka foto tersebut diambil ketika saya mengunjungi Tiongkok. Walah, ternyata dugaannya meleset jauh.

Komplek klenteng ini cukup luas, jika anda tidak terbiasa jalan kaki mungkin akan terasa sedikit kelelahan berkunjung ke Sam Poo Kong. Saya mencoba untuk mengobrol sejenak dengan salah seorang pengurus di klenteng, guna mendapatkan informasi yang lebih rinci mengenai klenteng ini.

Terdapat empat bangunan klenteng di komplek ini, yaitu Kelenteng Dewa Bumi, Kelenteng Juru Mudi, Kelenteng Sam Poo Tay Djien, dan Kelenteng Kyai Jangkar. Dan bangunan utama adalah klenteng Sam Poo Tay Djien, bangunan yang paling megah dan memiliki sumur dengan mata air yang tak pernah kering.

(Dokumentasi pribadi)
(Dokumentasi pribadi)
Saran saya jika anda mengunjungi tempat ini adalah minimal sebelumnya mencari informasi mengenai sejarah dan keistimewaan tempat-tempat dan bangunan yang ada di Sam Poo Kong, jika anda berniat untuk mengobrol dengan pengurus untuk meminta informasi itu lebih baik. Berkunjung ke tempat wisata sejarah tanpa mengetahui latar belakang informasi yang mendukung bagi saya adalah seperti makan sayuran tanpa garam, karena tempat ini merupakan peninggalan masa lampau yang tidak dapat bercerita dengan sendirinya. Jika anda berniat untuk mengabadikan kunjungan ke Sam Poo Kong dengan cara yang unik, anda dapat menyewa baju tradisional Tionghoa dan kemudian berfoto ria.

Klenteng ini tempat yang terbuka bagi siapa saja yang mencintai budaya tradisional, kendati pada dasarnya adalah tempat ibadah tetapi sebagai sebuah situs sejarah, Sam Poo Kong adalah milik semua insan yang harus dijaga dan dilestarikan. Bukti bahwa sejak dahulu, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang beragam. Kita bhineka kita 100% Indonesia.

Semarang, kota yang menurut saya tidak terlalu besar tetapi menyimpan banyak pesona dan senantiasa menggugah saya untuk berkunjung lagi melepas rindu untuk kemudian menyimpannya dalam kenangan. Jika anda berkunjung ke Semarang, selain menikmati es krim di toko Oen, berburu lunpia Gang Lombok atau mocha Gemini, rasanya anda perlu berkunjung ke Sam Poo Kong. Akhirnya setelah puas mengelilingi komplek Sam Poo Kong, ketika hari mulai sore, saya pun beranjak dan berpikir untuk menikmati wedang tahu Tjoa di jalan Wot Gandul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun