Mohon tunggu...
Andryan Prasetyo Wibisono
Andryan Prasetyo Wibisono Mohon Tunggu... Lainnya - -

Work hard

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Ekonomi Kreatif: Meningkatkan Pendapatan dengan Olahan Kerupuk "Cantor" Khas Kebumen

4 November 2022   16:22 Diperbarui: 4 November 2022   16:27 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pexels.com/ Karolina Grabowska 

Kebutuhan hidup yang terus saja meningkat, mendorong setiap masyarakat untuk dapat berpikir maju, kritis, analitis, serta kreatif guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Apalagi dengan adanya revolusi industri 4.0 saat ini, dimana masyarakat dituntut untuk dapat melek teknologi. 

Dari hal tersebut, kita diantarkan pada masalah pengangguran yang ada di Indonesia, yang mana masalah pengangguran masih saja menjadi masalah menahun yang sukar untuk diselesaikan. 

Jika kita melihat dari data BPS tahun 2022 saat ini pengangguran di Indonesia mencapai 8,4 juta jiwa. Jumlah tersebut porsinya mencapai 5,83% dari total angkatan kerja yang berjumlah 144,04 juta jiwa.

Lebih dari 59% pengangguran di Indonesia berusia muda antara 15-29 tahun. Catatan BPS jumlah pengangguran dalam rentang usia tersebut mencapai 4,98 juta jiwa per Februari 2022. 

Jika dilihat secara rinci, terdapat 1,13 juta jiwa pengangguran berusia 15-19 tahun, sebanyak 2,5 juta jiwa berusia 20-24 tahun, serta 1,34 juta jiwa berusia 25-29 tahun. Kemudian pengangguran yang berusia 30-39 tahun sebanyak 1,4 juta jiwa, dan yang berusia 40-49 tahun ada 1,2 juta jiwa. Sedangkan pengangguran berusia 50-59 tahun ada 617,49 ribu jiwa, serta yang berusia di atas 60 tahun sebanyak 199,1 ribu jiwa.

Dari data tersebut, bonus demografi yang digadang-gadang menjadi faktor pendorong kemajuan Indonesia tentunya menjadikan suatu dilema tersendiri dari pemerintah. Bagaikan pisau bermata dua, bonus demografi menjadikan suatu keuntungan juga menjadi tantangan bagi pemerintah. 

Era industri 4.0 yang mendorong penggunaan Artificial Intelligence (AI) untuk menggantikan tenaga manusia, serta perkembangan Internet of Thing (IoT) yang membuat segala informasi mengalir dalam hitungan detik serta kemudahan dalam mengaksesnya, tentunya membuat generasi sekarang ini sangat dituntut untuk dapat mengikuti hal tersebut, dapat berpikir kreatif, inovatif, serta berjiwa kemajuan.

Untuk dapat beradaptasi serta memiliki jiwa kemajuan yang kreatif serta inovatif, kita diantarkan pada suatu pemahaman tentang Wirausaha. Yang mana, wirausaha secara umum  dapat dipahami yaitu merupakan usaha mandiri untuk memperoleh suatu penghasilan dari seseorang, dengan berbagai usahanya seperti kreatifitas, inovasi, penemuan baru, serta lain-lainnya. 

Dilihat secara hakikatnya, wirausaha merupakan suatu ciri, sifat, dan watak dari seseorang yang memiliki kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif dalam dunia nyata secara kreatif. 

Begitu pula, Sumarsono dalam Fatimah, S. (2013:6) yang menjelaskan bahwa wirausaha adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.

Dengan kreatifitas serta inovasi yang menarik serta memiliki kualitas yang unggul tentunya dapat menjadikan suatu perkembangan dalam perekonomian, dari hal tersebut kita diantarkan pada suatu bentuk perekonomian yang mana didalamnya berisi tentang segala macam bentuk kreativitas dari para penjual/ produsen baik dari penjualan barang ataupun jasa, yaitu Ekonomi Kreatif. 

Kegiatan perekonomian yang dibarengi dengan kreativitas dari para penjual/ produsen ini, telah menjadi salah satu bagian besar dalam mengembangkan perekonomian masyarakat. 

Di Indonesia sendiri, bidang ekonomi kreatif sudah dikembangkan sejak tahun 2006 pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang terus dikembangkan hingga saat ini. 

Dalam gramedia.com ekonomi kreatif dijelaskan merupakan suatu proses ekonomi (produksi dan distribusi) baik barang ataupun jasa yang membutuhkan gagasan dan ide kreatif serta kemampuan intelektual dalam membangunnya.

Ekonomi kreatif merupakan gabungan dua kata yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Pengertian ekonomi dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan ilmu tentang asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan, sedangkan kreatif merujuk pada kemampuan seseorang dalam memiliki daya cipta serta kemampuan untuk menciptakan. 

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ekonomi kreatif merupakan proses perekonomian yang mengutamakan nilai kreativitas. Jika dilihat dari data Focus Economy Outlook di Indonesia tercatat memiliki PDB (Produk Domestik Bruto) sebanyak 1,1 triliun pada sektor ekonomi kreatif. Tiga sektor perekonomian kreatif yang jadi penyumbang terbesar adalah fashion, kerajinan tangan dan juga kuliner.

***

Ekonomi kreatif dalam bentuk kuliner, menjadi suatu bentuk ekonomi kreatif yang cukup populer pada kalangan masyarakat indonesia saat ini. Dimana ekonomi kreatif kuliner dapat dikatakan merupakan suatu bentuk cara untuk melestarikan jajanan pasar tradisional serta "menaikkan level" karena banyak dijajakan juga sebagai salah satu menu di cafe atau restoran tempat nongkrong anak muda sekarang, serta minimarket atau supermarket. 

Cukup banyak masyarakat yang sudah melakukan inovasi ini, khususnya pada jajanan atau oleh-oleh khas setiap daerah sehingga terlihat lebih simpel, lucu, eyecatching yang membuat pelanggan menjadi tertarik.

Doc. Pribadi/ Kerupuk Cantor Kekinian
Doc. Pribadi/ Kerupuk Cantor Kekinian

Gambar di atas merupakan olahan jajanan tradisional "Kerupuk Cantor", khas dari daerah Kebumen yang dikemas secara kekinian untuk meningkatkan daya tarik  kalangan millenial, serta suatu cara untuk melestarikan jajanan pasar tradisional.

Kerupuk cantor sendiri merupakan kerupuk tipis yang tentunya renyah dengan berbahan dasar dari singkong. Rasanya yang sangat lezat serta memiliki ciri khas tersendiri dari daerah Kebumen, sangat cocok untuk dijadikan cemilan keluarga ataupun menjadi lauk pelengkap teman makan kita.

Pembuatan kerupuk cantor sendiri cukup mudah, dapat kita praktekan sendiri dirumah. Untuk lebih jelasnya dapat kita simak seperti dibawah ini:

  • Pilihlah singkong yang sudah matang dan berkualitas baik.
  • Kupas singkong yang sudah dipilih.
  • Cacah kecil-kecil dengan ketebalan sekitar satu sentimeter.
  • Cuci potongan singkong untuk menghilangkan kotoran yang menempel.
  • Buang air cucian, ganti dengan air bersih yang baru. Rendam selama dua hari dua malam.
  • Ganti air lalu buang airnya.
  • Jemur dua hari pada hari yang panas, bila cuaca mendung atau hujan sesuaikan hingga mendapat hasil yang sama.
  • Giling dengan alat penggiling khusus hingga menjadi tepung singkong.
  • Campur tepung dengan air. Dengan perbandingan dua liter air untuk setiap satu kilo tepung singkong.
  • Tambahkan garam dan bumbu secukupnya.
  • Panaskan adonan dengan api yang agak besar.
  • Buat adonan berbentuk lingkaran tipis.
  • Kukus sesaat hingga agak mengental.
  • Jemur adonan hasil kukusan selama setengah hari di hari yang cerah. Bila cuaca mendung atau hujan jemur lebih lama hingga hasilnya sama dengan hasil jemuran selama setengah hari di hari yang panas tersebut.
  • Goreng hasil jemuran dengan api sedang.
  • Kerupuk cantor siap disantap.

Dengan kemudahan dari cara pembuatan kerupuk cantor khas Kebumen ini, dapat menjadikan suatu bentuk pendapatan tambahan dari masyarakat kebumen. 

Bermodalkan smartphone dengan media sosialnya, kita dapat menjualnya lewat media online yang tentunya maluaskan cakupan jarak dari konsumen serta kemudahan dalam mengaksesnya yang menjadikan keuntungan tersendiri. 

Dapat dimungkinkan tidak hanya menjadi penghasilan tambahan saja, namun bisa menjadi suatu bentuk penghasilan pokok yang dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. 

Dengan dikemas secara menarik serta menjaga kualitas rasa yang dimiliki, kerupuk centor tentunya dapat menjadi suatu jajanan yang dapat diterima oleh semua golongan, apalagi dengan kreativitas menambahkan jenis rasa yang beraneka ragam seperti pedas, gurih, keju, atau sebagainya tentunya menjadi nilai tambah tersendiri untuk produk yang kita miliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun