"Sejak tanggal 16 Maret 2020 pemerintah memutuskan agar pelajar belajar dari rumah secara daring (e-learning). Apa saja dampak pandemi COVID-19 terhadap pelajar?"
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada bulan Desember 2019.
Virus ini menyebar melalui interaksi manusia dari orang yang terjangkit ke orang lain melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut saat orang terjangkit tersebut batuk, bersin bahkan saat mengeluarkan napas.
World Health Organization (WHO) telah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global pada tanggal 12 Maret 2020, karena COVID-19 menyerang beberapa Negara secara bersamaan dan kasus terkonfirmasi positif serta korban meninggal terus meningkat.
Baca juga : Peran Guru dalam Pembelajaran Jarak Jauh di Era Pandemi Covid-19 Kendala Dan Solusi
Pada saat WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global, sudah diketahui ada 118.000 kasus terkonfirmasi dari 114 Negara.
Pemerintah Indonesia segera mengambil keputusan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 dengan cara bekerja, beribadah, dan belajar dari rumah.
Sejak tanggal 16 Maret 2020 pemerintah memutuskan agar pelajar belajar dari rumah secara daring (e-learning) selama 14 hari sampai tanggal 31 Maret 2020 dan masuk kembali tanggal 1 April 2020.
Karena kasus pandemi ini di Indonesia semakin meningkat maka libur diperpanjang sampai tanggal 18 April 2020 dan masuk kembali tanggal 20 April 2020, sehingga pemerintah membatalkan Ujian Nasional (UN) 2020. Sampai saat ini di bulan Mei pelajar masih diliburkan dan belajar dari rumah.
Pelajar masih kesulitan untuk belajar sendiri. Disaat seharusnya belajar dilakukan dengan interaksi antara pengajar (guru) dan siswa secara langsung, maka siswa yang biasanya memperhatikan penjelasan guru dan membutuhkan bimbingan guru akan susah menerima materi karena harus belajar sendiri.
Siswa-siswi belum terbiasa dengan virtual class (kelas maya). Kelas maya adalah lingkungan belajar yang dilakukan tanpa tatap muka secara langsung antar pengajar dengan siswa, sehingga pengajar memanfaatkan aplikasi berbasis online dalam proses pembelajaran.
Baca juga : Tantangan Guru dalam Digitalisasi Pembelajaran
Tidak semua pelajar mempunyai fasilitas untuk belajar online atau e-learning. Dalam proses pembelajaran online dibutuhkan Smartphone untuk mengakses pembelajaran. Namun tidak semua siswa-siswi mempunyai Smartphone sehingga pembelajaran kurang efektif.
Pelajar merasa terlalu banyak tugas yang diberikan oleh guru. Dengan hanya memberikan materi tanpa dijelaskan saja siswa sudah merasa bingung, apalagi disaat ini guru memberikan banyak tugas yang tidak dipahami sehingga siswa-siswi kebanyakan mengeluh.
Baca juga : Dampak Siswa Dalam Penggunaan Gadget pada Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19
Tidak semua pelajar benar-benar belajar dari rumah. Kebanyakan anak-anak yang merasa bahwa dirinya libur sehingga mengabaikan tugas sekolah dan lebih banyak bermain daripada belajar.