Mohon tunggu...
Andromeda Araide
Andromeda Araide Mohon Tunggu... -

I live the moment and my favorite quote is from Harry Potter "I have to finish what had been started by Dumbledore", because life is all about finishing stuffs.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

I Have Nothing to do With my Own Self

23 April 2010   02:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:38 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Teringat sebuah kalimat milik Bonni, I really have nothing to do with my own self. Meskipun mungkin kami menjalani kalimat itu secara berbeda, tapi apa yang dia katakan membuatku yakin dengan pilihanku saat ini.

Beberapa tahun yang lalu, aku memutuskan untuk belajar dimiliki. aku belajar untuk menyerahkan diriku pada sebuah otoritas yang memang berhak menggenggamku. aku mengambil jalan demikian karena aku menyadari bahwa sebagai manusia, aturan-aturan ciptaanku kadang malah membuatku tersesat dan seringkali membuatku menyesal. Aku butuh pemilik dan pengatur.

Selanjutnya aku pun bertanya, siapa? Siapa yang sanggup memagari gadis dengan imajinasi seliar diriku? siapa yang sanggup mencegahku untuk tidak meloncat dari ketinggian langit? Siapa yang sanggup memaksaku untuk menjalani sebuah rutinitas, padahal aku tipe yang cepat sekali bosan pada rutinitas?

Prosesnya pencarian itu lama, melelahkan, dan menguras energi dan emosiku.

Namun pada akhirnya, aku menemukan bahwa hanya Tuhan, Allah Pencipta semesta yang memiliki kedaulatan tertinggi terhadap hidupku. Karena sebagai manusia, naluriku menolak manusia lain yang mengatur dan mengekang hidupku kecuali memang mereka diberi hak khusus oleh Allah untuk mengaturku.

Kenapa harus Allah?
aku mencoba mendaftar serangkain alasan logis yang memuaskan akal dan nuraniku. Aku ingin, setiap pilihan hidupku memiliki dasar yang kuat, bukan hanya sebuah dikte dari orang lain atau menuruti hawa nafsu serta perasaan semata. mungkin ini klise pada sebagian besar orang, tapi tidak bagiku. aku tahu apa yang kuinginkan dan kulakukan.

1. Karena manusia mati, tidak pernah hidup lagi. Aku tidak ingin diatur oleh sesuatu yang terbatas.
2. Karena rumput liar dan lumut ternyata tumbuh diantara bebatuan yang tidak pernah dijamah manusia. Aku menduga, pasti ada menyiraminya tiap hari dan membuatnya tetap hidup.
3. Karena ada sebagian manusia yang pernah melihat jin dan berinteraksi dengan mereka. Tapi tidak seorangpun yang berani mengklaim bahwa dirinya pernah melihat Allah (well, Nabi Muhammad adalah salah satu yang memiliki hak khusus, dan beliau tidak pernah berbohong bahkan pada musuhnya sekalipun)
4. Karena Al-Quran mengabarkan demikian. Cobalah bantah satu ayat Al-Quran, dan nikmati sensasinya.

Dan aku memutuskan mengambil konsekuensinya. Ikut aturan main dari Allah.

Hidup berdasar keimanan semacam itu pasti banyak dicibir oleh dunia posmo saat ini. Dunia yang mempercayai keberadaan Pencipta, tapi tidak perlu mengambil aturan pencipta. karena aturan itu turun pada jaman dulu dan tidak relevan lagi pada saat ini, kata mereka.

Dan aku marah pada orang-orang yang menganggapku terkekang dengan jilbab dan kerudungku, padahal mereka adalah budak mode kapitalis. menghabiskan waktu untuk mengikuti trend mode tanpa tahu (atau bahkan juga tahu) bahwa para pemilik modal hanya mengeksploitasi kantung-kantung uang mereka. Orang bebas memakai rok mini, kenapa aku harus dilirik sebagai teroris saat memakai jubah dan kerudung?

Aku marah pada orang-orang yang saat ini mengajakku pacaran padahal sudah jelas-jelas kukatakan aku tidak diijinkan pacaran oleh Tuhanku. Apakah alasan itu tidak cukup kuat untuk membuatnya mundur? Atau dia hanya menganggap itu sebuah penolakan klise? Atau lagi-lagi paham kebebasan yang menegasikan aturan semacam itu?

Aku marah pada mereka yang mengatakan agama tidak berhak ikut campur dalam kehidupan sosialku dan keyakinanku tidak perlu diwujudkan dalam tata normaku. Namun sebaliknya, aku juga marah pada orang-orang merusak bumi ini dengan pikiran dan perasaan mereka, tetapi mengatasnamakan agama!

Dan aku marah pada diriku sendiri yang terkadang masih keluar dari aturan main.

Aku bebas dalam kotak kecil keyakinanku. Kotak ini tidak membatasi gerakku. tapi kotak ini melindungiku dari apapun yang mengancam eksistensinya. Aku tidak memandang orang lain rendah, tapi kenapa aku dianggap kuno?

Dalam dunia yang tanpa batas saat ini, when the world is flat, aku merasa aman ketika ada tiang yang bisa kugunakan untuk berpegangan karena lantai terasa licin sekali dan kakiku yang terkilir masih terasa sakit.

Lebih baik aku aku ter-oppressed oleh Penciptaku, tidak memiliki pilihan kecuali surga dan neraka Allah, daripada aku ter-oppressed oleh pikiran dan perasaan manusia. Lebih baik aku menuruti kedaulatan tertinggi atas manusia, daripada aku harus percaya imajinasi yang tidak berdasar dan nurani yang tak lagi jernih.Oleh karena itu, tidak perlu repot-repot membebaskan aku.

I really have nothing to do with my own self. aku sudah berusaha menjualnya pada Allah, dan kuharap Dia berkenan membeliku.

Aku menangis dalam marahku. Aku sedih dalam rasa benciku. Aku malu dalam ketidakberdayaanku.
Namun aku yakin, Tuhanku tidak pernah meninggalkan aku karena butiran oksigen dalam darahku sepertinya masih bersedia melayani kebutuhan tubuhku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun