Mohon tunggu...
Fadil Al Kafi
Fadil Al Kafi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Religion, Liberte, Egalite

Pelajar abadi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keutamaan Berfilsafat bagi Umat Islam

16 Februari 2021   20:17 Diperbarui: 18 Februari 2021   11:11 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filsafat sebagai induk dari segala ilmu, sering kali dipandang negatif oleh sebagian umat Islam. Bahkan, tak sedikit dari ulama yang mengharamkan filsafat karena bidang tersebut dianggap dapat menyebabkan seorang manusia jauh dan membangkang dari kehendak Allah Swt. Selain itu, adanya filsuf seperti Karl Marx dan Friedrich Nietzsche yang mengkritisi praktik beragama juga menjadi alasan mengapa banyak ahli agama yang memiliki pandangan sinis terhadap filsafat.

Padahal jika kita kaji secara mendalam, berfilsafat yang pada hakikatnya merupakan kegiatan berpikir mendalam menggunakan akal sehat telah diperintahkan oleh Allah Swt, salah satunya dalam Alquran Surah Ali Imran Ayat 190 yang artinya, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal," dan Ali Imran Ayat 191 yang artinya, "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka"."

Kita memang tidak dapat menyangkal keberadaan filsuf yang ateis dan sering mengkritisi praktik beragama. Namun, kritik mereka justru bisa kita jadikan bahan muhasabah dari praktik kita dalam mengamalkan ajaran Islam. Karl Marx misalnya, yang mengkritik bahwa agama adalah candu karena sering digunakan untuk meninabobokan orang yang sedang tertindas dan malas berusaha. Padahal, memang nyatanya karena gagal dalam urusan dunia, sering kali seorang Muslim menyibukkan diri dengan kegiatan ibadah yang bersifat vertikal semata seperti salat dan tidak jarang berpemikiran, "Tidak apa-apa saya miskin dan tertindas di dunia, jika rajin salat dan baca Alquran nanti saya akan berjaya di akhirat."

Pemikiran tersebut, seakan-akan benar namun sejatinya tidak mencerminkan spirit Islam yang menginginkan umatnya untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dengan akhirat. Kekayaan harta duniawi memang bukan segala-galanya karena alam yang kekal adalah nanti di akhirat. Akan tetapi, kekayaan dan kejayaan yang bersifat duniawi tetap wajib untuk dikejar, namun bukan menjadi tujuan akhir dan harus dilampaui. Artinya, kekayaan dan kejayaan duniawi wajib dikejar dan dicapai untuk menjadi alat meraih kejayaan di akhirat.

Islam sebagai agama sudah pasti benar dan itu merupakan akidah yang wajib untuk diyakini oleh seluruh umatnya. Namun, praktik keislaman umat Muslim belum tentu benar, dan pemikiran para filsuf yang sering mengkritisi praktik beragama dapat kita jadikan alat untuk memperbaikinya. Meskipun terdengar pedas dan menyakitkan, nyatanya para filsuf seperti Karl Marx telah memberitahu kita bahwa ada yang salah dalam praktik umat manusia khususnya Islam dalam beragama selama ini. 

Ibarat, jika ada tetangga kita yang memberitahu bahwa rumah kita sudah tidak layak huni dan membahayakan karena banyaknya bolong di temboknya dan bocor di atapnya, apakah reaksi kita akan marah ke tetangga kita atau langsung menjual rumah yang kita miliki dan meninggalkannya? Tidak, jawaban terbaik adalah kita bisa berterima kasih kepada tetangga kita dan segera merenovasi rumah yang kita miliki.

Filsafat juga sejatinya merupakan suatu alat seperti pulpen. Jika seseorang yang membenci Islam mahir menulis menggunakan pulpen maka tulisan yang dia hasilkan adalah tulisan-tulisan yang menyerang dan berusaha menjatuhkan nama baik Islam. Namun kebalikannya, seorang aktivis dakwah pasti akan menggunakan pulpen untuk menghasilkan tulisan yang membela dan menyerukan ajaran Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Jika sedikit dari umat Muslim yang tidak menguasai cara menulis, akan menjadi mudah bagi golongan pembenci Islam untuk menjatuhkan agama ini karena tulisan-tulisan tersebut tidak akan mendapatkan bantahan yang berarti.

Begitu juga dengan filsafat, jika hanya sedikit dari umat Muslim yang mahir dalam berfilsafat maka akan mudah bagi golongan yang membenci dan berniat menjatuhkan Islam menggunakan filsafat sebagai alat untuk menjatuhkan nama baik Islam. Oleh karena itu, mengapa filsafat menjadi salah satu bidang yang dianjurkan untuk dikuasai karena selain untuk memudahkan dan menguatkan dakwah kebenaran Islam, filsafat juga dapat digunakan untuk mempertahankan dan melawan balik pemikiran-pemikiran yang secara nyata ingin menjelek-jelekkan dan menjatuhkan agama yang kita cintai ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun