Oleh : Andriy Daffa Lydwianto dan Kharisma Hafizh Pangestullah
Pandemi yang sudah berlangsung dari bulan Maret 2020 membuat aktivitas menjadi berbeda dan terbatas dari biasanya karena diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hal ini bukan hanya berpengaruh untuk bidang perkantoran saja melainkan juga berpengaruh kepada bidang makanan dan minuman, baik itu restoran maupun tempat hiburan lainnya, dan salah satunya yang terkena dampak dari PSBB yaitu usaha kopi. Seperti yang kita ketahui bersama sekarang ini banyak bermunculan tempat-tempat kopi yang sekarang banyak digunakan sebagai tempat untuk para anak muda berkumpul dengan teman-temannya, selama masa pandemi ini tentu saja hal tersebut menjadi sulit dan membuat tempat kopi tersebut mengalami penurunan pengunjung atau konsumen.
Selain coffee shop itu sendiri tentunya barista atau pegawai didalamnya juga turut merasakan dampak dari pandemi ini.  Salah satunya adalah Aditya Pratama salah satu barista dari coffe shop yang terletak di kota Depok yaitu Setapak Rasa yang sudah bekerja di coffee shop tersebut sejak November 2019. Aditya atau yang biasa disapa Adit juga merupakan mahasiswa di Universitas Gunadarma Depok. Adit sendiri menjadi barista dengan tujuan untuk mencari uang dengan usahanya sendiri dan menambah uang jajanya. Menurutnya pandemi ini juga berdampak pada jam bekerjanya dan selama pandemi ini berlangsung  di tempat dia bekerja yaitu Setapak Rasa sampai harus menurunkan jam bekerja bagi karyawannya. Dari yang biasanya 4 orang ketika weekdays dan 7 orang ketika weekend menjadi 3 orang di weekdays dan 5 orang ketika weekend.
Adit juga mengatakan penurunan jumlah konsumen berdampak terhadap pemasukan dari coffee shop itu sendiri. Setapak Rasa mengalami penurunan pemasukan di masa pandemi ini dikarenakan jumlah konsumen yang datang mengalami penurunan. Apalagi ketika diberlakukannya lockdown yang membuat masyarakat diharuskan untuk mengurangi aktivitas diluar rumah dan tidak diperbolehkannya dine in di restoran juga tempat kopi. Selain lockdown, Setapak Rasa terletak di kota Depok dan diberlakunya jam malam mempengaruhi waktu tutup dari Setapak Rasa yang biasanya tutup pukul 22.00 menjadi 20.00, ini juga yang mempengaruhi menurunnya pemasukan dari Setapak Rasa. Semua itulah yang menyebabkan penurunan konsumen di Setapak Rasa yang mengakibatkan terjadinya penurunan pemasukan bagi Setapak Rasa.
Ketika diberlakukannya lockdown Setapak Rasa tetap buka dengan hanya melayani konsumen yang ingin tetap merasakan kopi dari Setapak Rasa dengan cara take away juga bagi konsumen yang ingin memesan dari rumah bisa melalui aplikasi gofood dan grab food jadi selama diberlakukannya lockdown konsumen setia Setapak Rasa tetap dapat menikmati menu favourite mereka. Setapak Rasa tentunya mengikuti arahan protokol kesehatan yang diberikan oleh pemerintah kepada seluruh masyarakat yaitu memakai masker, memakai face shield, menjaga jarak dan mencuci tangan. Juga adanya penataan tempat untuk para konsumen yang datang agar tetap sesuai dengan protokol kesehatan yang ada.
Selain itu selama PSBB berlangsung Setapak Rasa juga memasang iklan di social media untuk memberitahu konsumen bahwa Setapak Rasa tetap melayani para konsumennya. Selain itu, Setapak Rasa juga memberikan promosi yang menarik di menunya agar masyarakat tertarik untuk memesan melalui aplikasi ataupun dating langsung ke tempat dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ada. Upaya yang dilakukan oleh Setapak Rasa bertujuan untuk mencegah terjadinya penunuran konsumen agar pemasukan dapat meningkat lagi. Setapak Rasa juga selalu menyiapkan dan menyediakan kebutuhan kesehatan untuk menyuarakan program kesehatan yang diberikan pemerintah demi kenyamanan staff dan konsumen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H