Bagian 1: Suara Saksofon di Tengah Malam
Aku terbangun di tengah malam. Bukan karena mimpi buruk, melainkan karena suara cekikikan kakak perempuanku yang sedang menelepon kekasihnya di ranjang atas. Kasur kami bersusun, aku di bawah, dia di atas. suaranya samar bercampur dengan suara televisi yang masih menyala. Aku mengusap mataku yang masih berat, mencoba kembali tidur, tapi suara dari layar televisi menarik perhatianku.
Dengan mata setengah terbuka, aku melihat layar TV. Seorang pria berdiri di atas panggung kecil, meniup saksofon dengan elegan dan penuh penghayatan. Di depannya, berdiri seorang wanita mungil bergaun merah muda menatapnya dengan kagum dan tersipu malu. Aku tidak tahu siapa mereka atau drama apa yang sedang diputar, tapi adegan itu terasa… berbeda.
Aku tidak berpikir terlalu lama dan kembali menarik selimut.
Keesokan harinya di sekolah, aku mendengar teman-teman sekelasku tengah membicarakan sesuatu yang terdengar familiar.
“Iya, ganteng banget! Apalagi pas main saksofon itu!” kata salah satu dari mereka dengan antusias.
Aku berhenti sejenak. Rasanya tidak asing. Itu seperti adegan yang aku lihat semalam!
“Apa sih yang kalian bicarakan?” tanyaku akhirnya.
Mereka menoleh padaku dengan ekspresi terkejut. “Hah? Kamu nggak tahu? Itu dari drama Boys Before Flowers! Kamu harus nonton!”
Aku mengangkat bahu. Aku tidak tertarik. Tapi sepertinya, aku tidak akan bisa menghindarinya begitu saja.
**
Aku benar-benar tidak bisa menghindari drama itu. Setiap hari, teman-temanku di kelas selalu membicarakannya.
“Udah nonton episode tadi malam belum?”
“Kim Hyun Joong ganteng banget, ya!”
“Aku pengen jadi Geum Jan Di!”
Nama-nama itu semakin sering kudengar, sampai akhirnya aku menyerah. Aku mencoba menontonnya di televisi.
Malam harinya, aku duduk di depan televisi, menunggu drama itu tayang. Tapi ada satu masalah—jam tayangnya terlalu larut. Yah, pada saat itu saluran televisi yang menayangkan drama itu, menyajikannya di waktu yang cukup larut, kalua tidak salah sekitar pukul sepuluh atau sebelas malam. Aku yang masih duduk di bangku SMP tidak terbiasa begadang, dan akhirnya ketiduran sebelum dramanya dimulai. Dan Ketika terbangun, tentu saja ada rasa menyesal bercampur kesal, karena tidak bisa menonton dramanya.
**
Di sekolah, aku mengeluh kepada teman-temanku, yang pada saat itu tengah asik menceritakan ulang tentang adegan demi adegan seru dari drama yang tayang tadi malam.
"Hmm, aku nggak kuat nungguin. Ngantuk banget!"
Rasa penasaran itu mulai menggangguku, tapi aku tidak punya solusi, apa boleh buat. Mungkin jika diingat lagi, hal itu sangat menggelikan. Atau bahkan terkesan berlebihan, tapi bagaimana lagi, itu yang aku rasakan kala itu.
Sampai tiba-tiba salah seorang teman menawarkan sesuatu.
Tanpa menunggu lama, aku langsung menjawab dengan semangat.
“Aku Tentu saja aku mau!
Beberapa hari kemudian, aku sudah punya satu set DVD Boys Before Flowers. Sejak saat itu, duniaku berubah. Aku menonton tanpa henti, larut dalam kisah Gu Jun Pyo dan Geum Jan Di.
Aku tidak hanya berhenti di situ. Aku mulai mengoleksi majalah yang membahas para pemainnya atau bahkan hanya dengan menampilkan wajah para pemainnya saja, aku langsung membeli majalah itu. Entah sudah berapa banyak majalah yang menumpuk di kamarku. Aku bahkan mengunduh semua OST Boys Before Flowers ke ponselku, sampai memorinya hampir penuh.
Tapi bukan hanya ceritanya yang membuatku jatuh cinta. Lagu-lagu yang mengiringi drama itu juga terus terngiang di kepalaku. Salah satu lagu yang paling aku suka ternyata dinyanyikan oleh grup bernama SHINee. Dan dari sana… jalan hidupku mulai berubah ke arah yang tidak pernah aku duga sebelumnya...
TBC
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI