Film The Matrix, disutradarai oleh Lana dan Lilly Wachowski dan dirilis pada tahun 1999, memperkenalkan dunia di mana manusia hidup dalam realitas simulasi yang diciptakan oleh mesin-mesin cerdas.Â
Dalam cerita ini, umat manusia tidak menyadari bahwa dunia yang mereka alami hanyalah simulasi komputer, sementara tubuh fisik mereka digunakan sebagai sumber energi oleh mesin.
Karakter utama, Neo, yang diperankan oleh Keanu Reeves, mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan realitasnya.Â
Setelah bertemu dengan Morpheus dan Trinity, Neo diberi pilihan antara pil merah dan pil biru, pil biru akan membuatnya tetap hidup dalam ilusi, sedangkan pil merah akan membangunkannya ke realitas sejati. Neo memilih pil merah dan mulai memahami bahwa dunia yang ia ketahui hanyalah simulasi.
Pengaruh Budaya Populer
Film ini tidak hanya sukses secara komersial, tetapi juga membawa pengaruh besar terhadap budaya populer dan pemikiran filosofis.
Beberapa konsep yang diperkenalkan dalam film, seperti "bullet time" dalam efek visual dan pilihan antara pil merah dan pil biru, telah menjadi simbol dalam diskusi tentang realitas dan kebebasan berpikir. Bahkan, istilah "red pill" kini sering digunakan dalam diskusi tentang kesadaran terhadap realitas yang tersembunyi.
Teori Simulasi Nick Bostrom
Latar Belakang Teori
Pada tahun 2003, filsuf Swedia Nick Bostrom menerbitkan makalah berjudul Are You Living in a Computer Simulation?, yang mengajukan argumen bahwa kita mungkin hidup dalam simulasi yang sangat canggih. Bostrom mengemukakan tiga kemungkinan utama:
1. Hampir semua peradaban seperti kita akan punah sebelum mencapai tingkat teknologi yang cukup maju untuk membuat simulasi realitas.
2. Jika peradaban maju mencapai tingkat tersebut, mereka mungkin tidak tertarik untuk menjalankan simulasi realitas.