Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Fenomena Glitch in The Matrix: Dari Film "The Matrix" hingga Teori Simulasi Nick Bostrom

3 Februari 2025   07:00 Diperbarui: 3 Februari 2025   01:40 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: The Matrix 4K Wallpapers - Top Free The Matrix 4K Backgrounds  (wallpaperaccess.com)

Film The Matrix, disutradarai oleh Lana dan Lilly Wachowski dan dirilis pada tahun 1999, memperkenalkan dunia di mana manusia hidup dalam realitas simulasi yang diciptakan oleh mesin-mesin cerdas. 

Dalam cerita ini, umat manusia tidak menyadari bahwa dunia yang mereka alami hanyalah simulasi komputer, sementara tubuh fisik mereka digunakan sebagai sumber energi oleh mesin.

Karakter utama, Neo, yang diperankan oleh Keanu Reeves, mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan realitasnya. 

Setelah bertemu dengan Morpheus dan Trinity, Neo diberi pilihan antara pil merah dan pil biru, pil biru akan membuatnya tetap hidup dalam ilusi, sedangkan pil merah akan membangunkannya ke realitas sejati. Neo memilih pil merah dan mulai memahami bahwa dunia yang ia ketahui hanyalah simulasi.

Pengaruh Budaya Populer

Film ini tidak hanya sukses secara komersial, tetapi juga membawa pengaruh besar terhadap budaya populer dan pemikiran filosofis.

Beberapa konsep yang diperkenalkan dalam film, seperti "bullet time" dalam efek visual dan pilihan antara pil merah dan pil biru, telah menjadi simbol dalam diskusi tentang realitas dan kebebasan berpikir. Bahkan, istilah "red pill" kini sering digunakan dalam diskusi tentang kesadaran terhadap realitas yang tersembunyi.

Teori Simulasi Nick Bostrom

Latar Belakang Teori

Pada tahun 2003, filsuf Swedia Nick Bostrom menerbitkan makalah berjudul Are You Living in a Computer Simulation?, yang mengajukan argumen bahwa kita mungkin hidup dalam simulasi yang sangat canggih. Bostrom mengemukakan tiga kemungkinan utama:

1. Hampir semua peradaban seperti kita akan punah sebelum mencapai tingkat teknologi yang cukup maju untuk membuat simulasi realitas.

2. Jika peradaban maju mencapai tingkat tersebut, mereka mungkin tidak tertarik untuk menjalankan simulasi realitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun