Cerita ini sebenarnya sudah lama diberitakan dan seringkali dijadikan bahan perbincangan, namun memang hubungan antara kedua budaya yang berbeda  ini masih menarik untuk dikisahkan. Hubungan antara suku Yolngu di Australia Utara dan para pelaut Makassar dari Indonesia adalah contoh nyata bagaimana dua budaya yang berbeda dapat hidup berdampingan secara harmonis.
 Dimulai pada akhir abad ke-17, interaksi ini berlangsung selama lebih dari dua abad dan meninggalkan jejak yang mendalam dalam kehidupan kedua komunitas. Pelaut Makassar berlayar ke wilayah Arnhem Land untuk menangkap teripang, sementara suku Yolngu membantu mereka dengan pengetahuan lokal dan sumber daya.
Hubungan ini tidak hanya tentang perdagangan, tetapi juga mencakup pertukaran budaya, bahasa, dan keterampilan yang saling memperkaya. Meski perdagangan berakhir di awal abad ke-20 karena larangan pemerintah Australia, warisan hubungan ini tetap terlihat dalam seni, tradisi, dan identitas budaya suku Yolngu. Artikel ini akan mengupas asal mula, proses pertukaran, dan dampak dari hubungan bersejarah ini.
Asal Mula Hubungan
Pada akhir abad ke-17, pelaut Makassar dari Indonesia memulai perjalanan tahunan ke Arnhem Land di Australia Utara untuk mencari teripang, komoditas laut bernilai tinggi di pasar Tiongkok. Mereka menyebut wilayah ini sebagai "Marege," sementara penduduk asli Yolngu mereka kenal dengan sebutan "Mangathara."
Setiap tahunnya, para pelaut Makassar menetap di kawasan ini selama beberapa bulan untuk memanen, mengolah, dan mengawetkan teripang sebelum membawanya kembali ke Makassar.
Namun, hubungan ini tidak terbatas pada kegiatan ekonomi semata. Kedua komunitas menjalin hubungan yang erat, berbasis pada rasa saling menghormati dan kerja sama. Selain perdagangan, mereka juga saling bertukar budaya, bahasa, dan keterampilan.Â
Pelaut Makassar mengajarkan teknik perikanan dan navigasi kepada Yolngu, sementara masyarakat Yolngu memberikan pengetahuan lokal yang sangat membantu dalam eksplorasi dan pengolahan sumber daya alam di wilayah Arnhem Land. Interaksi ini menciptakan hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan.
Pertukaran dan Pengaruh Budaya
Hubungan antara pelaut Makassar dan suku Yolngu tidak hanya berbasis pada perdagangan, tetapi juga melibatkan pertukaran budaya yang memperkaya kedua belah pihak.Â
Apa yang Diajarkan Pelaut Makassar
Pelaut Makassar membawa berbagai keterampilan yang bermanfaat bagi suku Yolngu. Salah satunya adalah teknik memanen dan mengolah teripang secara efisien, sehingga menghasilkan produk berkualitas tinggi untuk diperdagangkan.Â
Selain itu, mereka memperkenalkan alat musik tradisional seperti gendang dan beberapa instrumen lainnya, yang kemudian menjadi bagian dari budaya Yolngu. Keahlian pembuatan perahu juga diajarkan, memungkinkan masyarakat lokal mengembangkan kemampuan navigasi yang lebih baik.Â
Bahkan, pengaruh bahasa Makassar masuk ke dalam kosa kata Yolngu, dengan kata-kata seperti prau (perahu) dan rupiah (uang) yang masih digunakan hingga kini.Â
Kontribusi Yolngu kepada Pelaut MakassarÂ
Sebaliknya, suku Yolngu memberikan dukungan besar kepada pelaut Makassar. Mereka berbagi pengetahuan lokal tentang wilayah Arnhem Land, seperti lokasi bahan makanan, sumber air, dan tanaman obat.Â
Teknik berburu dan pemahaman mereka tentang ekosistem setempat juga menjadi bantuan penting bagi pelaut Makassar untuk bertahan selama masa tinggal mereka. Kolaborasi ini menciptakan hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan, menjadikan kedua komunitas saling bergantung untuk keberhasilan mereka.Â
Dampak Larangan Pemerintah Australia
Pada awal abad ke-20, hubungan yang harmonis ini mengalami gangguan besar. Pada tahun 1906, pemerintah Australia melarang aktivitas nelayan asing di wilayah tersebut, termasuk pelaut Makassar. Keputusan ini mengakhiri hubungan perdagangan yang telah berlangsung selama lebih dari dua abad dan meninggalkan kesan mendalam pada masyarakat Yolngu.
Bagi suku Yolngu, larangan tersebut berarti kehilangan mitra perdagangan utama dan akses terhadap barang-barang serta keterampilan baru yang sebelumnya mereka terima dari pelaut Makassar. Sempat dikabarkan bahwa suku Yolngu bahkan menunggu berhari-hari dipinggir pantai menanti kedatangan saudara jauh mereka yang tak kunjung datang.Â
Walaupun para pelaut Makasar tak kunjung kembali ke Arnhem, namun warisan budaya dari interaksi ini tetap hidup. Pengaruh bahasa, teknik perikanan, dan alat musik yang diperkenalkan pelaut Makassar masih dapat ditemukan dalam budaya Yolngu hingga hari ini.
Tanggapan Suku Yolngu
Setelah hubungan perdagangan berakhir, Yolngu mulai memperjuangkan hak-hak tradisional mereka. Salah satu langkah penting adalah pengajuan Yirrkala Bark Petitions pada tahun 1963. Petisi ini menuntut pengakuan atas hak tanah adat mereka dan menjadi tonggak dalam perjuangan hak-hak Aborigin di Australia. Dalam konteks ini, warisan hubungan mereka dengan pelaut Makassar menjadi simbol penting keberlanjutan budaya dan identitas mereka.
Kelanjutan Hubungan dan Warisan Budaya
Meskipun perdagangan teripang antara pelaut Makassar dan suku Yolngu telah berakhir pada awal abad ke-20, warisan hubungan ini tetap terjaga. Jejak sejarah tersebut tidak hanya terlihat dalam seni dan tradisi budaya, tetapi juga dalam upaya modern untuk menghormati dan merayakan hubungan lintas budaya ini.Â
Salah satu contoh nyata adalah Yolngu/Macassan Project, sebuah inisiatif yang mempertemukan seniman dari kedua budaya untuk menciptakan karya seni yang menggambarkan interaksi bersejarah mereka. Proyek ini berfungsi sebagai jembatan budaya, memperkuat ikatan emosional antara masyarakat Indonesia dan Australia.Â
Di sisi lain, penelitian bersama antara Australia dan Indonesia terus digiatkan untuk memahami lebih dalam dampak dan makna dari hubungan ini. Dokumentasi dan studi ini bukan hanya tentang melestarikan sejarah tetapi juga tentang menginspirasi generasi masa depan untuk belajar dari interaksi harmonis antara dua budaya yang berbeda. Upaya-upaya ini mencerminkan pentingnya menghargai warisan budaya yang tak ternilai dan mempererat persahabatan antarbangsa.Â
Kesimpulan
Hubungan antara suku Yolngu di Australia Utara dan pelaut Makassar dari Indonesia adalah kisah inspiratif tentang harmoni antarbudaya. Melalui perdagangan teripang, kedua komunitas tidak hanya berbagi sumber daya ekonomi tetapi juga membangun pertukaran pengetahuan, keterampilan, dan tradisi. Hubungan ini membuktikan bahwa perbedaan geografis dan budaya bukanlah penghalang untuk menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan.Â
Meskipun larangan pemerintah Australia pada awal abad ke-20 mengakhiri hubungan perdagangan langsung mereka, jejak interaksi ini tetap hidup. Warisan tersebut terlihat dalam bahasa, seni, dan budaya yang terus dihormati oleh generasi penerus. Kisah ini menjadi pengingat bahwa harmoni antarbudaya tidak hanya memungkinkan tetapi juga dapat memperkaya kehidupan bersama, menciptakan hubungan yang berdampak melampaui waktu.Â
Referensi:
- Kemesraan Pelaut Makassar dan Orang Aborigin di Masa Lalu, https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/07/31/kemesraan-pelaut-makassar-dan-orang-aborigin-di-masa-lalu
- Kisah Mesra Pelaut Makassar dan Orang Aborigin pada Masa Lalu - Halaman 3 - National Geographic, https://nationalgeographic.grid.id/read/13306018/kisah-mesra-pelaut-makassar-dan-orang-aborigin-pada-masa-lalu?page=3
- Jejak Pelaut Makassar di Kehidupan Warga Aborigin,, https://news.detik.com/internasional/d-3262399/jejak-pelaut-makassar-di-kehidupan-warga-aborigin
- Reflections on sustaining Trade and Kinship Traditions between Makassans and Yolŋu | Melbourne Asia Review, https://www.melbourneasiareview.edu.au/reflections-on-sustaining-trade-and-kinship-traditions-between-makassans-and-yolnu/
- Wangany Mala documentary screened in NT and Bali explores pre-colonial trade between north-east Arnhem Land and Indonesia - ABC News, https://www.abc.net.au/news/2024-11-02/wangany-mala-documentary-yolngu-macassans-anindilyakwa-trade/104551472
- Yirrkala bark petitions - Wikipedia, https://en.wikipedia.org/wiki/Yirrkala_bark_petitions
- Yolngu/Macassan Project, https://collection.qagoma.qld.gov.au/page/yolngumacassan-project
- Fragmented Histories: the Yolngu and Macassan Exchange - ArtReview, https://artreview.com/fragmented-histories-the-yolngu-macassan-exchange/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI