Hukum Ketiga Newton (Aksi-Reaksi)
Hukum ini menjelaskan bahwa setiap aksi memiliki reaksi yang sama besar dan berlawanan arah. Ketika dua benda saling menarik, gaya gravitasi yang mereka hasilkan akan sama besar tetapi dalam arah yang berlawanan. Dengan tiga benda, hukum ini menciptakan dinamika tarik-menarik yang saling terkait.
Hukum Gravitasi Universal
Hukum ini menyatakan bahwa setiap benda di alam semesta menarik benda lainnya dengan gaya yang berbanding lurus dengan massa keduanya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Rumus Gravitasi Universal inilah yang menjadi inti perhitungan gravitasi dalam Three Body Problem.
Sejarah Three Body Problem
Three Body Problem mulai menarik perhatian pada abad ke-17 ketika Sir Isaac Newton memperkenalkan hukum gravitasi universal. Newton mampu menjelaskan bagaimana benda-benda langit saling menarik, tetapi meskipun ia berhasil merumuskan dasar-dasar teoritis, Newton tidak dapat menemukan solusi lengkap untuk prediksi gerakan tiga benda yang saling berinteraksi.
Pada abad ke-18, matematikawan Joseph-Louis Lagrange memberikan kontribusi penting dengan menemukan solusi khusus untuk kasus tertentu, seperti konfigurasi segitiga stabil antara tiga benda. Namun, solusi ini hanya berlaku dalam kondisi tertentu dan tidak mencakup semua kemungkinan interaksi.
Kemudian, Henri Poincare pada abad ke-19 menunjukkan bahwa Three Body Problem memiliki sifat chaotic, di mana perubahan kecil dalam kondisi awal dapat menghasilkan perbedaan besar dalam hasil jangka panjang. Poincare juga menyimpulkan bahwa tidak mungkin menemukan solusi analitik umum. Baru dengan kemajuan teknologi komputer di era modern, simulasi numerik menjadi alat penting untuk mempelajari dinamika sistem ini secara lebih mendalam.
Kompleksitas Three Body Problem
Chaos dan Ketidakstabilan
Salah satu karakteristik Three Body Problem adalah sifat chaotic-nya, di mana gerakan benda sangat sensitif terhadap kondisi awal. Perubahan kecil dalam posisi atau kecepatan awal dapat menyebabkan hasil yang sangat berbeda. Fenomena ini dikenal sebagai "efek kupu-kupu" atau "the butterfly effect" dalam teori chaos.