Kisah Wei Gu menjadi salah satu kisah paling terkenal yang memperkenalkan konsep benang merah takdir. Suatu hari, di Kota Song, seorang pejabat muda bernama Wei Gu bertemu dengan seorang lelaki tua berambut putih yang duduk membaca sebuah kitab pernikahan.
Tertarik dan penasaran, Wei Gu mendekatinya dan menanyakan isi kitab tersebut. Lelaki tua itu memperkenalkan dirinya sebagai Yue Xia Lao, Dewa Pernikahan, yang memiliki tanggung jawab mengatur jodoh setiap manusia melalui benang merah yang mengikat mereka sejak lahir.
Dalam kitabnya, Yue Xia Lao menunjukkan bahwa pasangan takdir Wei Gu adalah seorang anak perempuan berusia tiga tahun yang tinggal di kota itu. Tidak mempercayai hal ini, Wei Gu merasa perlu membuktikan bahwa takdir bukanlah sesuatu yang bisa diatur.
Ia menyuruh pelayannya untuk melukai gadis kecil itu dengan harapan dapat mengubah takdirnya.
Namun, bertahun-tahun kemudian, Wei Gu bertemu dan menikah dengan seorang wanita cantik yang ternyata memiliki bekas luka di alisnya, bekas luka dari insiden saat ia masih kecil. Wei Gu akhirnya menyadari bahwa wanita tersebut adalah orang yang ditakdirkan untuknya, seperti yang telah dikatakan oleh Yue Xia Lao.
Pengaruh Kisah Wei Gu di Masyarakat Tiongkok
Kisah Wei Gu telah menjadi cerita yang menginspirasi dan menjadi bagian penting dari kepercayaan rakyat Tiongkok akan takdir. Dengan menyebarnya kisah ini, masyarakat semakin yakin bahwa pertemuan dalam hidup tidaklah kebetulan.
Konsep takdir yang tidak bisa dihindari ini memperkuat kepercayaan bahwa setiap orang yang memiliki peran penting dalam hidup kita adalah bagian dari takdir yang telah direncanakan sejak lahir. Bagi masyarakat Tiongkok, legenda ini menjadi lambang cinta sejati yang akan selalu menemukan jalannya, meskipun harus melalui berbagai rintangan.
Dari Tiongkok ke Jepang: Akai Ito
Konsep Yinyuan Hongxian kemudian diadaptasi dalam budaya Jepang dengan nama Akai Ito, yang juga berarti “benang merah takdir.” Dalam budaya Jepang, benang merah ini menghubungkan jari kelingking dua orang yang ditakdirkan untuk bersama.
Meskipun detailnya berbeda, konsep ini tetap mempertahankan esensi bahwa benang merah tersebut tidak akan pernah putus dan akan selalu mempertemukan dua orang yang telah ditentukan.