Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Teori Pengingatan Socrates, Jiwa yang Abadi dalam Dialog Phaedo

3 September 2024   07:00 Diperbarui: 3 September 2024   07:05 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Sculpture of Thinking Socrates · Free Stock Photo (pexels.com)

Teori Pengingatan (Theory of Recollection) adalah salah satu gagasan paling penting yang dikemukakan oleh Socrates, salah satu filsuf terbesar dalam sejarah. Teori ini diabadikan oleh muridnya, Plato, dalam dialog "Phaedo." 

Dalam dialog ini, Socrates menjelaskan bahwa pengetahuan tidak diperoleh melalui pengalaman indria, melainkan merupakan ingatan dari apa yang telah diketahui oleh jiwa sebelum kelahirannya. 

Konsep ini tidak hanya menggambarkan pandangan Socrates tentang bagaimana pengetahuan diperoleh, tetapi juga mengungkapkan pandangannya tentang keabadian jiwa dan hubungannya dengan tubuh fisik. Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang Teori Pengingatan dan bagaimana teori ini membentuk pemahaman Socrates tentang kehidupan, kematian, serta konsekuensi etisnya.

Apa Itu Teori Pengingatan?

Teori Pengingatan Socrates menyatakan bahwa semua pengetahuan sebenarnya merupakan hasil dari pengingatan kembali dari pengetahuan yang telah dimiliki oleh jiwa sebelum lahir. Socrates berpendapat bahwa sebelum berinkarnasi ke dalam tubuh fisik, jiwa telah ada dan telah mengalami realitas yang lebih tinggi dan sempurna, yaitu dunia Bentuk (Forms). 

Bentuk ini adalah konsep-konsep ideal yang tidak berubah, yang merupakan kebenaran sejati dari segala sesuatu yang ada di dunia fisik. Ketika jiwa terikat dalam tubuh fisik, ia melupakan pengetahuan tentang Bentuk ini, tetapi melalui proses pengingatan (anamnesis), jiwa dapat mengingat kembali pengetahuan tersebut.

Contoh dalam Dialog Phaedo

Dalam "Phaedo," Socrates memberikan contoh yang jelas tentang Teori Pengingatan melalui eksperimen geometri. Ia menunjukkan bahwa seorang anak yang tidak pernah belajar geometri secara formal dapat memahami konsep-konsep dasar geometri ketika diberikan petunjuk yang tepat. Menurut Socrates, kemampuan anak untuk memahami geometri tanpa pendidikan sebelumnya menunjukkan bahwa pengetahuan ini sudah ada dalam jiwa anak tersebut. Pengetahuan tersebut bukanlah hasil dari pembelajaran baru, melainkan dari pengingatan kembali apa yang telah diketahui oleh jiwa sebelum kelahirannya.

Baca juga: Kerajaan D

Jiwa yang Abadi

Teori Pengingatan Socrates memiliki kaitan erat dengan gagasan bahwa jiwa adalah abadi. Dalam pandangan Socrates, jiwa adalah entitas yang tidak dapat dihancurkan dan terus ada setelah tubuh fisik mengalami kematian. Keabadian jiwa ini adalah dasar dari keyakinan bahwa jiwa memiliki pengetahuan yang tidak bergantung pada pengalaman fisik.

Argumen dari Kebalikan

Socrates menggunakan argumen dari kebalikan untuk mendukung pandangannya tentang keabadian jiwa. Ia berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini berasal dari kebalikannya: kehidupan berasal dari kematian, dan sebaliknya, kematian berasal dari kehidupan. Jika kita mengikuti logika ini, maka jiwa, sebagai sumber kehidupan, haruslah abadi dan tidak dapat dihancurkan. Karena jiwa adalah asal mula kehidupan, ia tidak dapat mengalami kematian dalam arti yang sama seperti tubuh fisik.

Jiwa sebagai Penggerak Diri

Socrates juga menggambarkan jiwa sebagai penggerak diri, yaitu entitas yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan dirinya sendiri tanpa bantuan eksternal. Ini menunjukkan bahwa jiwa memiliki eksistensi yang independen dari tubuh fisik. Dalam dialog "Phaedo," konsep ini mendukung gagasan bahwa jiwa tetap aktif dan berfungsi bahkan setelah kematian tubuh, karena ia tidak memerlukan tubuh untuk eksistensinya.

Hubungan antara Jiwa dan Tubuh

Socrates melihat tubuh sebagai penghalang bagi jiwa untuk mencapai pengetahuan sejati. Tubuh, dengan segala kebutuhan fisiknya, seperti rasa lapar, haus, dan keinginan duniawi lainnya, sering kali mengganggu jiwa dalam usahanya untuk mengingat kembali pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, kematian dianggap sebagai momen pembebasan jiwa dari belenggu tubuh. Dengan terlepas dari tubuh, jiwa dapat mencapai keadaan yang lebih murni dan bijaksana, di mana ia dapat mengakses pengetahuan sejati tanpa gangguan dari kebutuhan fisik.

Pendidikan sebagai Persiapan untuk Kematian

Socrates menganggap filsafat sebagai persiapan untuk mati. Menurutnya, seorang filsuf sejati tidak takut akan kematian, karena kematian adalah saat di mana jiwa akhirnya bebas dari keterikatan dengan tubuh dan dapat mencapai pengetahuan sejati yang telah lama dilupakan. Pendidikan yang benar, dalam pandangan Socrates, adalah proses yang membantu jiwa mengingat kembali pengetahuan yang telah dilupakannya dan mempersiapkan jiwa untuk kehidupan setelah kematian. Dalam konteks ini, pendidikan bukan hanya tentang akumulasi pengetahuan, tetapi juga tentang penyucian jiwa dari pengaruh duniawi.

Implikasi Etis dari Teori Pengingatan

Teori Pengingatan Socrates juga memiliki implikasi etis yang signifikan. Jika jiwa adalah abadi, maka tindakan yang kita lakukan selama hidup akan memiliki dampak yang abadi pada jiwa kita. Oleh karena itu, menjalani kehidupan yang bermoral dan beretika adalah esensial untuk menjaga kemurnian dan kebajikan jiwa.

Pengetahuan sebagai Kebajikan

Socrates mengajarkan bahwa kebajikan adalah bentuk pengetahuan. Mengetahui apa yang benar dan baik akan mengarahkan seseorang untuk bertindak secara etis. Dalam konteks Teori Pengingatan, kebajikan adalah pengetahuan yang diingat kembali oleh jiwa, yang menuntun individu untuk hidup sesuai dengan kebenaran yang telah diketahui oleh jiwa sebelum kelahiran. Karena jiwa adalah abadi, pengetahuan ini akan terus ada dan mempengaruhi keadaan jiwa setelah kematian.

Tujuan Hidup dan Eudaimonia

Menurut Socrates, tujuan utama kehidupan manusia adalah mencapai kebahagiaan sejati atau eudaimonia, yang hanya bisa dicapai melalui kebajikan. Kebajikan, dalam pandangan Socrates, mencakup kejujuran, keberanian, keadilan, dan kebijaksanaan. Karena jiwa adalah abadi, mencapai eudaimonia adalah tujuan yang melampaui kehidupan fisik dan berhubungan dengan keadaan jiwa yang kekal. Dengan demikian, pencapaian kebahagiaan sejati bukan hanya penting selama hidup di dunia ini, tetapi juga untuk kehidupan jiwa yang abadi setelah kematian.

Kesimpulan

Teori Pengingatan Socrates menawarkan pandangan yang mendalam tentang hubungan antara jiwa dan tubuh, serta implikasi etis dari keabadian jiwa. Memahami bahwa jiwa adalah abadi dan bahwa semua pengetahuan adalah pengingatan dari apa yang telah diketahui sebelumnya memungkinkan kita untuk menghargai pentingnya menjalani kehidupan yang bermoral dan beretika. 

Pendidikan dan filsafat, menurut Socrates, adalah sarana untuk mempersiapkan jiwa bagi kehidupan setelah kematian dan untuk mencapai kebahagiaan sejati yang melampaui kehidupan fisik. Dalam konteks ini, Teori Pengingatan bukan hanya sebuah konsep filosofis, tetapi juga panduan praktis untuk menjalani kehidupan yang berarti dan beretika.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun