Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Teori Pengingatan Socrates, Jiwa yang Abadi dalam Dialog Phaedo

3 September 2024   07:00 Diperbarui: 3 September 2024   07:05 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Sculpture of Thinking Socrates · Free Stock Photo (pexels.com)

Argumen dari Kebalikan

Socrates menggunakan argumen dari kebalikan untuk mendukung pandangannya tentang keabadian jiwa. Ia berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini berasal dari kebalikannya: kehidupan berasal dari kematian, dan sebaliknya, kematian berasal dari kehidupan. Jika kita mengikuti logika ini, maka jiwa, sebagai sumber kehidupan, haruslah abadi dan tidak dapat dihancurkan. Karena jiwa adalah asal mula kehidupan, ia tidak dapat mengalami kematian dalam arti yang sama seperti tubuh fisik.

Jiwa sebagai Penggerak Diri

Socrates juga menggambarkan jiwa sebagai penggerak diri, yaitu entitas yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan dirinya sendiri tanpa bantuan eksternal. Ini menunjukkan bahwa jiwa memiliki eksistensi yang independen dari tubuh fisik. Dalam dialog "Phaedo," konsep ini mendukung gagasan bahwa jiwa tetap aktif dan berfungsi bahkan setelah kematian tubuh, karena ia tidak memerlukan tubuh untuk eksistensinya.

Hubungan antara Jiwa dan Tubuh

Socrates melihat tubuh sebagai penghalang bagi jiwa untuk mencapai pengetahuan sejati. Tubuh, dengan segala kebutuhan fisiknya, seperti rasa lapar, haus, dan keinginan duniawi lainnya, sering kali mengganggu jiwa dalam usahanya untuk mengingat kembali pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, kematian dianggap sebagai momen pembebasan jiwa dari belenggu tubuh. Dengan terlepas dari tubuh, jiwa dapat mencapai keadaan yang lebih murni dan bijaksana, di mana ia dapat mengakses pengetahuan sejati tanpa gangguan dari kebutuhan fisik.

Pendidikan sebagai Persiapan untuk Kematian

Socrates menganggap filsafat sebagai persiapan untuk mati. Menurutnya, seorang filsuf sejati tidak takut akan kematian, karena kematian adalah saat di mana jiwa akhirnya bebas dari keterikatan dengan tubuh dan dapat mencapai pengetahuan sejati yang telah lama dilupakan. Pendidikan yang benar, dalam pandangan Socrates, adalah proses yang membantu jiwa mengingat kembali pengetahuan yang telah dilupakannya dan mempersiapkan jiwa untuk kehidupan setelah kematian. Dalam konteks ini, pendidikan bukan hanya tentang akumulasi pengetahuan, tetapi juga tentang penyucian jiwa dari pengaruh duniawi.

Implikasi Etis dari Teori Pengingatan

Teori Pengingatan Socrates juga memiliki implikasi etis yang signifikan. Jika jiwa adalah abadi, maka tindakan yang kita lakukan selama hidup akan memiliki dampak yang abadi pada jiwa kita. Oleh karena itu, menjalani kehidupan yang bermoral dan beretika adalah esensial untuk menjaga kemurnian dan kebajikan jiwa.

Pengetahuan sebagai Kebajikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun